semenjak perang dunia kedua berakhir, negara-negara
di dunia makin berlomba-lomba memasang “benteng-pertahanan” terkokohnya.
Dengan tujuan agar negaranya senantiasa tidak dipandang lemah dan
diserang negara lain. Yakni mereka berlomba-lomba memperkuat militernya
dengan persenjataan yang sangat canggih seperti peluru-peluru kendali
dan rudal yang hulu ledaknya dapat memusnahkan masa__dalam jumlah
banyak, bahkan sampai senjata yang super mutahir seperti senjata nuklir.
Semua, semata-mata agar negaranya tidak dipandang sebelah mata, atau
agar ditakuti negara-negara lain. dengan kata lain agar negaranya lebih
“berwibawa”.
****
Sebenarnya, kejadian semacam itu telah lama dilakukan oleh kerajaan-kerajaan di tanah jawa pada tempo dulu. Sebut saja “Mataram-islam” umpamanya. Akan tetapi; tentu sangat berbeda dengan negara-negara masa-kini. Kerajaan-kerajaan ditanah jawa kebanyakan membentengi negaranya dengan cerita-cerita mitos.
Anda tentu pernah mendengar logenda “Nyi-roro Kidul”, cerita yang sangat menakutkan dan melogenda di masarakat jawa dan sekitarnya, yang penuh mistik dan sirik tentunya.
Sedemikian terkenalnya logenda tersebut hingga para masarakat umum sampai kinipun masih; melekat dan mempercayai keberadaan-nya. Sampai-sampai “konon” disekitar pantai jogja tak ada yang berani sembarangan berucap apalagi melanggar__dengan memakai pakaian warna tertentu yang disiriki.
Dalam cerita, dikisahkan; Nyi-roro Kidul adalah istri dari semua raja-raja yang hendak bertahta dan berkuasa di tanah jawa. Makanya ada cerita “pangeran Rangga” seorang putra mahkota yang hendak naik tahta di kemudian hari__menjadi gagal naik tahta, gara-gara melihat persetubuhan antara ayahnya yang Raja dengan Nyi-roro Kidul. karena dia melihat, (artinya ia tidak mungkin lagi memperistri bekas istri ayahnya atau secara tidak langsung dia sudah menjadi Anaknya Nyi-roro Kidul :red)
Sedangkan sarat sarat mutlak untuk menjadi raja mataram adalah: harus memperistri sang Ratu-selatan tersebut dan Pangeran Rangga sudah tidak mungkin, tidak mungkin anak memperistri ibu tirinya, maka dia tidak bisa naik tahta menjadi raja. Itu hanya sepenggal kisah dari banyak kisah yang lainnya.
Cerita atau logenda Nyi-roro Kidul ini bermula dari: ketika kerajaan pajang hendak melakukan agresi militer ke kerajaan Mataram. agresi yang di lakukan Sultan Hadi Wijoyo atau Si-karebet alias Joko Tingkir terhadap Negara yang di bangun Sutawijaya alias Senopati ing Alogo atau Panembahan Senopati yang tak lain adalah anak angkatnya sendiri. Dia “Sutawijaya” mendapat hadiah “hutan mentaok” karena keberhasilannya melakukan misi besar kerajaan pajang bersama ayahnya Membunuh Aryo-Penangsang (adipati demak bintoro). Akan tetapi, konon agresi yang dilakukan kerajaan pajang itu menemui kegagalan karena: ketika prajurit pajang sampai di kaki gunung merapi tiba-tiba gunung tersebut meletus mengeluarkan awan-panas dan konon, tentara pajang yang jumlahnya lebih besar dari mataram menemui kekalahan.
Disinilah cerita Nyi-roro Kidul mulai berhembus. Karena tentu sangat tidak mungkin gunung meletus secara tiba-tiba, sudah begitu__tentunya tidak secara kebetulan bukan? Jika meletus pas ketika para prajurit pajang tengah melintas di bawahnya. Maka para masarakat yang mendengar kisah ini akan menyimpulkan pasti ada faktor-X, faktor lain yang menyebabkan gunung itu meletus. Disinilah para penyimpul ditarik__dibawa oleh cerita tersebut. Cerita akan adanya kekuatan gaib yang membantu meledakkan gunung merapi tepat pada waktu itu.
Kisah ini jika kita selidik jelas sangat-sangat menuai banyak kebohongan. Dan sangat diada-adakan dengan tujuan agar Mataram “berwibawa” dan punya keangkeran tersendiri di mata kerajaan-kerajaan lain di tanah jawa.
Mengapa tersimpul bohong? Karena baik Sultan Hadi Wijaya ataupun Ki-Agung Pemanahan(ayah sutawijaya) adalah sama-sama murid Sunan Kali Jaga (dimana “sunan satu ini mahir sekali merangkai cerita mistis” atau bisa dikatakan “sastrawan mistis” yang tiada duanya) anda tentu pernah mendengar cerita kesaktian Wali-Songo yang konon lebih sakti dari para nabi bukan? Cerita bagaimana dengan tangan menjulur beliau dapat memegang kubah masjid demak dan baitull-haram waktu mencari arah kiblat masjid tersebut__tanpa menyadari bahwah bumi itu bulat, dan jika dapat memegang keduanya maka tubuhnya akan melengkung karena mengikuti kebulatan bentuk bumi.
Kedua sedang Suta Wijaya adalah anak angkat Sultan Hadi Wijaya dan anak kandung Ki-Pemanahan jadi sudah pasti tidak mungkin SHW menyerang mataram lagi pula tanah Mataram adalah hadiah darinya.
Ketiga umpama penyerangan betul telah dilakukan tentu kekalahan yang di sebabkan karena kecelakaan gunung merapi itu, pasti akan diulangi menyerang kembali.
Bukti-bukti diatas jelas menunjukkan bahwa kisah atau logenda tersebut tidak mengandung kebenaran adanya. Jika tidak ada kebenaran cerita dari keberadaan tokoh yang sebenarnya tentu ada maksud dibalik cerita tersebut. Yakni demi melindungi atau membentengi kerajaan mataram dari negara atau kerajaan lain yang hendak menguasai kerajaan itu.
****
Sebenarnya, kejadian semacam itu telah lama dilakukan oleh kerajaan-kerajaan di tanah jawa pada tempo dulu. Sebut saja “Mataram-islam” umpamanya. Akan tetapi; tentu sangat berbeda dengan negara-negara masa-kini. Kerajaan-kerajaan ditanah jawa kebanyakan membentengi negaranya dengan cerita-cerita mitos.
Anda tentu pernah mendengar logenda “Nyi-roro Kidul”, cerita yang sangat menakutkan dan melogenda di masarakat jawa dan sekitarnya, yang penuh mistik dan sirik tentunya.
Sedemikian terkenalnya logenda tersebut hingga para masarakat umum sampai kinipun masih; melekat dan mempercayai keberadaan-nya. Sampai-sampai “konon” disekitar pantai jogja tak ada yang berani sembarangan berucap apalagi melanggar__dengan memakai pakaian warna tertentu yang disiriki.
Dalam cerita, dikisahkan; Nyi-roro Kidul adalah istri dari semua raja-raja yang hendak bertahta dan berkuasa di tanah jawa. Makanya ada cerita “pangeran Rangga” seorang putra mahkota yang hendak naik tahta di kemudian hari__menjadi gagal naik tahta, gara-gara melihat persetubuhan antara ayahnya yang Raja dengan Nyi-roro Kidul. karena dia melihat, (artinya ia tidak mungkin lagi memperistri bekas istri ayahnya atau secara tidak langsung dia sudah menjadi Anaknya Nyi-roro Kidul :red)
Sedangkan sarat sarat mutlak untuk menjadi raja mataram adalah: harus memperistri sang Ratu-selatan tersebut dan Pangeran Rangga sudah tidak mungkin, tidak mungkin anak memperistri ibu tirinya, maka dia tidak bisa naik tahta menjadi raja. Itu hanya sepenggal kisah dari banyak kisah yang lainnya.
Cerita atau logenda Nyi-roro Kidul ini bermula dari: ketika kerajaan pajang hendak melakukan agresi militer ke kerajaan Mataram. agresi yang di lakukan Sultan Hadi Wijoyo atau Si-karebet alias Joko Tingkir terhadap Negara yang di bangun Sutawijaya alias Senopati ing Alogo atau Panembahan Senopati yang tak lain adalah anak angkatnya sendiri. Dia “Sutawijaya” mendapat hadiah “hutan mentaok” karena keberhasilannya melakukan misi besar kerajaan pajang bersama ayahnya Membunuh Aryo-Penangsang (adipati demak bintoro). Akan tetapi, konon agresi yang dilakukan kerajaan pajang itu menemui kegagalan karena: ketika prajurit pajang sampai di kaki gunung merapi tiba-tiba gunung tersebut meletus mengeluarkan awan-panas dan konon, tentara pajang yang jumlahnya lebih besar dari mataram menemui kekalahan.
Disinilah cerita Nyi-roro Kidul mulai berhembus. Karena tentu sangat tidak mungkin gunung meletus secara tiba-tiba, sudah begitu__tentunya tidak secara kebetulan bukan? Jika meletus pas ketika para prajurit pajang tengah melintas di bawahnya. Maka para masarakat yang mendengar kisah ini akan menyimpulkan pasti ada faktor-X, faktor lain yang menyebabkan gunung itu meletus. Disinilah para penyimpul ditarik__dibawa oleh cerita tersebut. Cerita akan adanya kekuatan gaib yang membantu meledakkan gunung merapi tepat pada waktu itu.
Kisah ini jika kita selidik jelas sangat-sangat menuai banyak kebohongan. Dan sangat diada-adakan dengan tujuan agar Mataram “berwibawa” dan punya keangkeran tersendiri di mata kerajaan-kerajaan lain di tanah jawa.
Mengapa tersimpul bohong? Karena baik Sultan Hadi Wijaya ataupun Ki-Agung Pemanahan(ayah sutawijaya) adalah sama-sama murid Sunan Kali Jaga (dimana “sunan satu ini mahir sekali merangkai cerita mistis” atau bisa dikatakan “sastrawan mistis” yang tiada duanya) anda tentu pernah mendengar cerita kesaktian Wali-Songo yang konon lebih sakti dari para nabi bukan? Cerita bagaimana dengan tangan menjulur beliau dapat memegang kubah masjid demak dan baitull-haram waktu mencari arah kiblat masjid tersebut__tanpa menyadari bahwah bumi itu bulat, dan jika dapat memegang keduanya maka tubuhnya akan melengkung karena mengikuti kebulatan bentuk bumi.
Kedua sedang Suta Wijaya adalah anak angkat Sultan Hadi Wijaya dan anak kandung Ki-Pemanahan jadi sudah pasti tidak mungkin SHW menyerang mataram lagi pula tanah Mataram adalah hadiah darinya.
Ketiga umpama penyerangan betul telah dilakukan tentu kekalahan yang di sebabkan karena kecelakaan gunung merapi itu, pasti akan diulangi menyerang kembali.
Bukti-bukti diatas jelas menunjukkan bahwa kisah atau logenda tersebut tidak mengandung kebenaran adanya. Jika tidak ada kebenaran cerita dari keberadaan tokoh yang sebenarnya tentu ada maksud dibalik cerita tersebut. Yakni demi melindungi atau membentengi kerajaan mataram dari negara atau kerajaan lain yang hendak menguasai kerajaan itu.
1 komentar:
Tulisan yang menarik, kunjungi blogku juga ya pak.bu, mas dan mbak!. Tak ada yang lebih menyedihkan dan mengharukan dari kisah Mangir Pembayun (Pembayun adalah juga sahabat dari Pangeran Jayakarta, bahkan gugur di Matraman tahun 1625, tertembak peluru VOC karena dikira istri Pangeran Jayakarta), seperti juga ketika saya bersimpuh di makam Pembayun Putri Panembahan Senopati Mataram di Kebayunan Tapos Depok Jawa Barat, bersebelahan dengan makam anaknya Raden Bagus Wonoboyo dan makam Tumenggung Upashanta, kadang sebagai trah Mangir, aku merasa bahwa akhirnya Mataram dan Mangir bersatu mengusir penjajah VOC Belanda di tahun 1628-29, cobalah cermati makam cucu Pembayun yang bernama Nyimas Utari Sandi Jayaningsih, Yang dimakamkan di Tapos Depok Jawa Barat Penyanyi Batavia yang akhirnya membunuh dan memenggal kepala Jaan Pieterz Soen Coen pada tanggal 20 September 1629, setelah sebelumnya membunuh Eva Ment istri JP Coen 4 hari sebelumnya, kepala JP Coen yang dipenggal oleh Utari inilah yang dimakamkan di tangga Makam Sultan Agung Imogiri, Spionase Mataram lagi lagi dijalankan oleh cucu Pembayun dan ki Ageng Mangir, informasi buka http://kelompok-tani.com : pahlawan kali sunter.
Posting Komentar