Bandara internasional baru di DIY dipastikan berlokasi di Kulonprogo.
Pengganti Bandara Adisutjipto itu akan beroperasi pada 2016, setelah
pembangunannya dimulai 2014. Bandara baru akan berlokasi di Kecamatan
Temon, tepatnya antara Pantai Congot dan Pantai Glagah.
Hal itu terungkap dalam presentasi hasil studi kelayakan (feasibility study) oleh PT Angkasa Pura dan investor GVK Group dari India di kompleks Kepatihan Yogyakarta, Kamis (9/8), dilanjutkan pembahasan master plan bandara internasional dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Pemerintah Provinsi DIY dan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo.
"Feasibility study sudah jadi, kami menerima dan Gubernur (DIY) juga setuju. Luas lahan yang dibutuhkan 637 hektar," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Herry Bakti S Gumay seusai pertemuan.
Menurut Herry, lokasi di Kulonprogo dipilih karena memenuhi kriteria terbaik dari seluruh aspek yang dianalisis dalam feasibility study, termasuk kondisi tanah, faktor keselamatan dan operasional. Nilai investasi belum dibahas, juga pembebasan lahan akan dibahas bersama Bupati Kulonprogo.
"Anggaran juga belum (dibuat), setelah detail desain diselesaikan," ujarnya.
Dijelaskan, bandara internasional baru DIY dibuat dengan konsep terminal dual linier yang mampu menampung hingga 10 juta penumpang/tahun. Bandara bisa menampung 28 pesawat, terdiri 11 pesawat di garbarata dan 17 sisanya di area remote. Panjang 'runway' 3.250 meter bisa didarati pesawat berbadan besar seperti Boeing 737 dan Airbus 380. Sebagai perbandingan, panjang runway di Bandara Adisutjipto sekarang hanya 2.200 meter.
"Kapasitas terminal bisa dikembangkan hingga bisa menampung 20 juta penumpang/tahun. Panjang runway bisa diperluas hingga 3.600 meter. Tapi pengembangan itu akan dilakukan pada tahap kedua, jika dibutuhkan. Bandara ini juga akan dirancang terpadu dengan moda kereta api, juga tidak tertutup kemungkinan dilengkapi jalan tol pada pembangunan tahap dua," katanya.
Hal itu terungkap dalam presentasi hasil studi kelayakan (feasibility study) oleh PT Angkasa Pura dan investor GVK Group dari India di kompleks Kepatihan Yogyakarta, Kamis (9/8), dilanjutkan pembahasan master plan bandara internasional dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Pemerintah Provinsi DIY dan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo.
"Feasibility study sudah jadi, kami menerima dan Gubernur (DIY) juga setuju. Luas lahan yang dibutuhkan 637 hektar," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Herry Bakti S Gumay seusai pertemuan.
Menurut Herry, lokasi di Kulonprogo dipilih karena memenuhi kriteria terbaik dari seluruh aspek yang dianalisis dalam feasibility study, termasuk kondisi tanah, faktor keselamatan dan operasional. Nilai investasi belum dibahas, juga pembebasan lahan akan dibahas bersama Bupati Kulonprogo.
"Anggaran juga belum (dibuat), setelah detail desain diselesaikan," ujarnya.
Dijelaskan, bandara internasional baru DIY dibuat dengan konsep terminal dual linier yang mampu menampung hingga 10 juta penumpang/tahun. Bandara bisa menampung 28 pesawat, terdiri 11 pesawat di garbarata dan 17 sisanya di area remote. Panjang 'runway' 3.250 meter bisa didarati pesawat berbadan besar seperti Boeing 737 dan Airbus 380. Sebagai perbandingan, panjang runway di Bandara Adisutjipto sekarang hanya 2.200 meter.
"Kapasitas terminal bisa dikembangkan hingga bisa menampung 20 juta penumpang/tahun. Panjang runway bisa diperluas hingga 3.600 meter. Tapi pengembangan itu akan dilakukan pada tahap kedua, jika dibutuhkan. Bandara ini juga akan dirancang terpadu dengan moda kereta api, juga tidak tertutup kemungkinan dilengkapi jalan tol pada pembangunan tahap dua," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar