Ajaran Orang Jawa Kuno


Menurut serat kadilangu, sebelum menjadi wali, wali songo adalah para pimpinan spiritual, mereka adalah ulama yang mencapai tingkatan tertinggi sehingga mengetahui segala hal gaib yang terdapat dalam setiap agama, termasuk agama hindu. Dan mereka kemudian membuat sebuah kita yang disebut Kitab Walisanga, dan dalam kitab tersebut bukan hanya ajaran islam semata, melainkan ajaran spiritual hindu juga, dan kemungkinan mereka mengharapkan pemahaman cara berpikir hindu jawa ini digunakan sebagai dasar untuk menyebarkan islam. Proses penyusunan kitab itu sendiri dilakukan melalui pertemuan rahasia, dan tidak dilakukan secara fisik. Dan Kitab Walisongo merupakan pengungkapan Ilmu Rahasia orang jawa mengenai wujud badaniah, roh, kekuatan terpendam dan kekuatan kemauan.
(1) Manusia dalam badan Jasmaniahnya
Memasuki dunia nyata manusia menggunakan tubuh jasad atau jasmani, tanpa jasad tidak akan mungkin itu terjadi, dan dalam jasad tersebut terdapat ruh atau jiwa adalah pemberi kekuatan dan pemberi kehidupan pada badan jasmani ini dan tanpa jiwa atau roh maka manusia akan sama saja dengan benda mati, karena roh adalah pemberi kekuatan, kekuasaan dan daya pemelihara badan jasmani (selaput) dan badan jasmaniah menyimpan dan memelihara isinya (roh).
Jiwa dan Budi
Roh yang disebut jiwa atau Atma adalah permulaan Dzat yang memiliki pertalian dengan Dzat Ketuhanan, yang merupakan mula tertinggi. Roh dicerminkan sebagai daya cipta dan daya imajinasi manusia yang meneruskan, yang memelihara, yang menjaga dan melindungi. Dalam tubuh jasmani, roh memiliki kendaraan (sarana) untuk berkomunikasi dengan dunia fisik yang disebut sebagai Budhi atau jiwa rohani, budhi mengahamba pada roh. Jiwa rohani ini tidak memilki kesenangan dan nafsu, karena mengembangkan sisi baik manusia, dan menjadi sumber suara bathin.
Pada saat kedatangannya dialam kehidupan, jiwa kerohanian ini mendapat selaput yang dinamakan Kama atau Kamarupa  atau sifat baik ( sifat kemanusiaan) dan nafsu buruk (sifat kebinatangan), dan ini merupakan badan halus yang akan tetap lengket pada roh selama roh berada didaerah astral setelah meninggalnya manusia. Akan tetapi badan halus ini akan ditanggalkan apabila roh memasuki daerah kelangitan. Sepeninggal roh, badan halus (kama) akan menjadi bayangan yang akan menguap dan hilang. Badan halus (kamarupa) memiliki pertalian langsung dengan dunia fisik, nafsu, kesenangan dan keinginan yang menghinggapi badan halus merupakan sumber kekuatan untuk bertindak dan pertumbuhan fisik manusia. Penggalian keinginan dan nafsu akan melahirkan tindakan fisik melalui badan kasar, yang baik maupun yang buruk.
Didalam nafsu yang melekat pada badan halus, terdapat jiwa kebinatangan yang memunculkan keinginandan rasa ( senang-susah, cinta-bencai, dsb) dan ini merupakan sebuah keburukan yang melekat pada manusia tetapi ini memberi kekuatan untuk bergulat dan berjuang dalam kehidupan di dunia. Lapisan di luar Kamarupa adalah badan jasmaniah atau badan kasar. Biasanya apabila ada kecenderungan dari jiwa kebinatangan terlalu kuat maka budhi akan memberi peringatan, dan pergulatan jiwa kebinatangan dengan jiwa kerohanian menentukan perkembangan moral dan intelektual manusia. .
Roh, Budhi, kamarupa adalah unsure kehidupan dan di luar unsure-unsur tersebut berkembanglah badan kasar manusia yaitu badan fisik yang kasat mata, pengikat atau jembatan antara unsure kehidupan dan badan kasar manusia adalah Nafas atau Prana
Kekuatan pemikiran atau pertimbangannya disebut Manas, jiwa kerohanian akan cenderung melekat dengan Manas yang lebih tinggi ( aku yang tinggi) dan jiwa kebinatangan cenderung melekat pada manas yang rendah ( aku yang rendah). Oleh karena itu merupakan suatu kesatuan, keduanya akan terbagi menjadi dua kekuatan terpisah dan mempunyai kecenderungan yang berbeda. Dan sebetulnya diluar badan kasar berkembang selaput yang disebut Lingga Sharira atau lapisan kedua yang merupakan selaput struktur halus yang menyelimuti badan manusia yang sering disebut sebagai kulit halus, dan setelah kematian manusia akan berubah menjadi kulit yang secara perlahan-lahan akan lenyap.
Kulit halus
Dikarenakan menyelimuti badan kasar maka ukuran kulit halus lebih besar dari badan kasar, yang merupakan sarana jiwa kebinatnagan manusia menguasai daerah astral, dan kulit halus ini tidak hanya menyelimuti bagian luar tubuh manusia, melainkan juga merasuk ke dalam tubuh fisik dan melapisi semua organ tubuh kasar, dan menyerap magnet-magnet alamiah dari atmosfir kedalam badan manusia, cara kerjanya sama dengan spons penyerap yang menghisap air. Dan pada saat menyerap berbagai kekuatan di atmosfir, kulit halus juga terkena pengaruh daya tarik jiwa, zat yang memang lebih kuat dan halus bila dibandingkan magnet badaniahnya. Tetapi kemampuan kulit halus untuk menyerap magnetis badaniah dari orang lain akan berkurang dengan bertambahnya umur, disebakan sifat penyerapannya ketika orang lebih tua bersentuhan dengan orang lebih muda maka “etheris ganda” dari orang yang lebih tua akan menyerap magnet badaniah orang yang lebih muda dan memang orang yang lebih tua memerlukan magnet tersebut untuk daya tahan tubuh kasarnya. Oleh karena itu hindarilah agar orang muda jangan tidur bersama dengan yang sudah berumur. Bila orang yang lebih lemah berhubungan dengan orang lebih kuat, maka yang kuat akan memberikan magnetr badaniahnya kepada yang lebih lemah, pada saat orang sakit maka umumnya kulit halusnya tidak berfungsi.
Kekuatan fisik seseorang sangat ditentukan oleh pengaturan keseimbangan antara daya menyerap magnet dari luar dan daya serap dari luar, maka dari itu pada saat mengunjungi orang sakit seseorang harus berusia 14 tahun agar cukup kuat menjaga keseimbangan antara menyerap dan diserap karena dibawah usia itu kulit halusnya harus dilindungi oleh ibunya. Sama dengan orang lebih tua bersenggama dengan orang lebih muda, maka daya magnet yang lebih tua akan menyerap daya magnet yang lebih muda tersebut dan apabi9la kekuatan magnet ini terus menerus diserap sesorang akan dapat meninggal karena kehabisan daya magnetnya.
Terdapat orang yang memiliki daya magnet kuat luar biasa dan dan harus dihindari karena semuanya dari mulai manusia, binatang, tumbuhan akan ditarik kekuatannya dan pada hari pertama meninggalnya kulit halus menjadi “kulit” dan keluar dari jenasah.
Tali Jiwa
Keluarnya kulit halus tersebut akan emmutuskan tali jiwa atau “suratma” yaitu penghubung antara tubuh fisik dan unsure halus seseorang, secara fisik suratma tampak dalam prana. Terputusnysa tali jiwa sebenarnya merugikan badan halus yang masih membutuhkan roh, tetapi bagi roh, putusnya tali jiwa merupakan suatu keuntungan karena roh akan terlepas dari kulit halusnya dan bisa bebas menuju ke kelangitan dan biasanya ini terjadi pada hari ke 3 meninggalnya seseorang dan apabila seseorang meninggal secara mendadak, pemutusan baru terjadi beberapa tahun kemudian. Dan juga kulit halusnya belum terbebaskan dari ikatan dengan roh selama beberapa tahun, dan dalam kondisi tersebut belum dapat melepaskan diri secara alamiah semacam itu, kulit dan badan halus akan mengembara dan amat mudah dimasuki oleh pemikiran sehingga akan mempunyai kehidupan sendiri. Badan halus yang masih mengandung roh tersebut biasanya akan kembali kerumah tempat kediamannya ketika dia hidup dan mencaoba meneruskan kehidupannya sementara sebagai makhluk halus dengan mengambil magnet badaniah dari para penghuni rumah tersebut, dan ini membahayakan bagi orang yang masih hidup.
Beberapa orang dapat tanpa sadar melepaskan kulit halusnya untuk sementara, dan kulit halus akan tampak seperti badan kasar, perginya kulit halus dapat terjadi sesaat atau sebelum dan sesuadah kematian, pada kematian mendadak atau kecelakaan , kulit halus dapat segera keluar dari badan kasar. Bila keluar sebelum kematiannya, kulit halus akan miriop sosok hidup termasuk luka-lukanya apabila mengalami cedera. Bila keluar sesudah kematian, kulit halus akan keliahatan sebagai orang yang mati itu, sering kali sosok kulit halus ini akan muncul pada tempat yang jauh dari tempat meninggalnya yaitu tempat dimana yang diingat seseorang sebelum meninggalnya.
Kulit halus tanpa badan halus menjadikan badan halus tanpa pemikiran dan tergantung dari setiap pemikiran atau niat dari pemiliknya, dan selama tidur, kulit halus juga sering meninggalkan badan namuan disertai dengan badan halusnya dan ketika orang terbangun ia ingat apa yang ada dalam mimpinya adalah bukti bahwa badan halusnya telah keluar dari badan jasmaniahnya. Melalui suatu latihan seseorang dapat mengeluarkan ‘etheris ganda’  berikut badan astralnya dari badan kasar, dengan cara ini orang dapat muncul di suatu tempat yang dikehendaki dan tampat seperti badan kasarnya, sementara badan kasarnya yang ditinggalkannya seolah mati suri di tempatnya. Walaupun dalam praktek ini ada bahayanya, yaitu bdan kasar yang ditinggalkan badan halus dan kulit halus akan berada dalam kondisi tanpa magnet alamiah yang diperlukan dan tidak bisa bertahan terlalu lama tanpa perlindungan magnet dan badan halus, tetapi bila dapat melatih supaya roh keluar namun tetap meningalkan badan halus dan kulit halus maka kondisi badan halusnya tidak begitu berbahaya, karena badan halus dan kulit halus dapat melindungi dan memberi makan badan kasar yang ditinggalkannya, dan ini dapat terjadi bila sering dilatih secara keras. Dalam kondisi ini jiwa tetap terikat dengan tali kejiwaan pada badan kasarnya, pemutusan sedikit saja dari ikatan tali jiwa dapat mengakibatkan kematian pada badan kasarnya, artinya selama jiwa diluar, ikatan tali jiwa harus dijaga, dengan cara badan kasar harus dijauhkan dari banyak orang, tidak ada keributan disekitar badan kasar atau menyentuh tubuh yang mati suri itu. Tali kejiwaan jangan dipandang sebagai tali atau benang keduniawian, suratma adalah kekuatan jiwa yang menhubungkan jiwa dengan badan kasar dan berasal dari hokum Kshetrjna ( hokum kekuatan yang membentuk )
Proses Kematian
Jiwa di selimuti oleh 4 lapisan, yaitu;
  1. Roh kerohanian dan badan Kejiwaan ( budhi)
  2. Jiwa kemanusiaan atau kebinatangan yang disebut juga badan halus
  3. badan kasar jasmani
  4. Selaput jalus yang menyelimutinya yang di sebut “kulit halus” atau ‘pancaran magnet’
Dalam proses kematian seseorang, secara berurut lapisan-lapisan tersebut akan mengalami kematian dan proses perubahan:
  1. badan kasar (mati fisik, biologis)
  2. Selaput halus ( kulit halus) setelah keluar dari badan menjadi “kulit” dan lenyap
  3. Bdan halus pada kematiannya yang kedua dan dalam peralihan kekelangitan yang pertama dan
  4. Roh setelah peralihan ke kelangitan yang kelima
Melalui proses inilah, roh atau jiwa mengalami pemurnian, meninggalkan semua cacat, dan roh yang murni akhirnya setelah melalui kelangitan yang kelima, keenam dan ketujuh kembali kepada Tuhan.
(2) Kekuatan Penghidupan
Unsur Kehidupan Badan Kasar
Kekuatan yang menghidupkan jasmaniah (badan kasar ) manusia terdiri dari 3 unsurutama, yaitu Prana ( kekuatan yang menggerakkan bagian tubuh ), Saman ( kekuatan magnet badaniah), dan Karma atau naluri ( hokum dari perbuatan sebab dan akibat). Tubuh jasmani dan magnet badaniah merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan yang membentuk kepribadian. Tubuh jasmaniah sendiri terdiri dari aliran berbagai zat kecil yang tidak terlihat, gas yang dipadatkan, dan udara yang merupakan campuran antara gas zat asam, gas zat nitrogen, gas zat air, dan gas zat asam arang. Zat gas-gas ini adalah unsure-unsur yang berdiri sendiri, namun karena kerja sama dari kedua unsure utama, maka menjadi satu kesatuan, dan dengan cara ini maka semua bagian tubuh akan selalu ada penggantian dan dalam selang jeda waktu 3 bulan akan diperbaharui atau diganti lagi.
Organ tubuh terdiri dari 4 kekuasaan, yaitu pernapasan, panas tubuh, peredaran darah, dan pencernaan makanan. Seluruh kekuatan ini berjalan karena magnet badaniah, dan pada kelahiran seorang bayi ketika bayi terkena udara yang disebabkan daya tarik magnet badaniah, terjadilah gerakan naik turun paru-paru dan gerakan mengembang mengempis jantung, dan dengan gerakan ini maka zat asam akan masuk dalam tubuh. Dalam makanan yang masuk kedalam tubuh, terdapat asam arang yang akan dikeluarkan lagi oleh udara yang masuk, karena pernapasan menghirup zat asam arang maka hasilnya bukan hanya panas tubuh, melainkan juga darah akan mengalir disebabkan makan yang dimakan. Darah dialirkan melalui pembuluh darah dan pencernaan akan bekerja untuk mengeluarkan sisa-sisa sari makanan dan air dari dalam tubuh. Kerjasama dari 4 kekuatan tubuh ini menimbulkan darah dank arena ini timbul daging dan menyusul lagi terjadinya lemak, tulang, rambut, kuku, air mata, dan keringat. Sebetulnya darah adalah penjelmaan dari kekuatan hidup dan dalam darah terdapat rahasia kehidupan, bila seseorang sedang sakit maka kekuatan dalam darah melemah, namun kekuatan magnet dapat menguatkan kembali, dan ketika seorang meninggal, selama darahnya belum berubah menjadi air, orang ini belum meninggal secara keseluruhan.
Kulit bukan hanya selaput pelindung tubuh manusia, melainkan juga merupakan organ tubuh utama, susunan kulit cukup rumit, terdiri dari 2 lapis yaitu kulit luar dan kulit dalam. Bagian kulit luar yang kuat memiliki banyak lubang kecil-kecil yang menghubungkan dengan kulit dalam. Kulit bagian dalam terdiri dari pembuluh darah dan syaraf yang dijalankan oleh gerakan naik-futon dari tubuh disebabkan pernafasan.
Melalui lubang kecil kulit luar inilah darah yang tidak terpakai atau berakibat buruk, seperti uap dan keringat akan dikeluarkan. Dikulit luar ada selaput serupa minyak yang harus selalu di bersihkan, bila tidak maka lubang-lubang kecil pada kulit luar akan tertutup dan akan berakibat buruk bagi darahdan dapat menyebabkan seseorang akan sakit, bahkan penyumbatan akan menyebabkan kematian, karena lubang pori dilindungi oleh lapisan halus yang membentuk daya magnet maka sebenarnya lubang itu tidak tertutup sepenuhnya.
Lapisan kulit halus membawa magnet alam ke dalam badan dan dapat mempengaruhi badan dari daya tarik magnet asteral dari roh karena badan halus merupakan jembatan antara badan kasar dan jiwa, kerja dari kekuatan ini secara bersamaan melahirkan pancaran aliran magnetis yang mengalir ke otak dan menyebabkan magne kepribadian dan menyebabkan terjadinya tenaga syaraf, tenaga otot dan energi manusia, dan juga dapat terjadi pemikiran, raut muka, pendengaran, bunyi suara, perasaan, penciuman dan rasa.
Karena daya-daya ini maka terjadilah tindakan yang dapat dibagi ke dalam beberapa macam. Organ tubuh dan magnet alam bekerja secara alamiah dan dibawah pengaruh hokum alam yang menyebabkan manusia makan, minum, dan tidur yang di perlukan untuk bertahan hidup oleh badan kasar.
Magnet kepribadian melalui daya pikiran dari seorang manusia bersih dan tindakan baik maka bentuk badannya akan baik dan halus, bila seseorang selalu berpikir buruk dan bertindak jahat maka bentuknya akan menjadi kasar dan jelek, dan bila seseorang melakukan perbaikan tindakan maka badannya juga akan membaik. Dan dalam keadaan normal sebetulnya lemahnya organ manusia dan kurangnya pengaruh dari magnet alami akan menyebabkan penyakit dan bila unsure organic tubuh dan magnet keduanya tidak bekerja akan menyebabkan kiematian, walaupun dengan latihan seseorang dapat meniadakan kekuatan organiknya yang menyebabkan msuri.
Gangguan Badan Kasar
Kerja organic kita jelek bila lapisan halus kurang membawa magnet alam kedalam tubuh seseorang, bila pemasukannya terhenti maka keseimbangan astral dan magnetis alami akan terputus sehingga gerakan pernafasan dari paru-paru dan gerakan mengembang mengempis dari jantung berhenti. Dan ini dapat di perbaiki dengan mengambil nafas dalam-dalam dan mengeluarkannyadan gerakan ini dilakukan dalam keadaan berbaring, karena tarikan nafas yang kemudian masuk dalam tubuh akan membakar benih-benih penyakit dan akan mengalirkan banyak magnet alam kedalam tubuh seseorang, dana penyaklit serta gangguan peredaran darah dapat dihindari dengan latihan pernafasan “ Pranaijama”.
Naluri
Naluri adalah tindakan kejiwaan yang tidak disengaja, karena itu tindakan ini sering dianggap sebagai tindakan di luar kendali pikiran sadar manusia, dan naluri itu muncul karena memang tidak ada tindakan lain yang dapat dilakukan untuk selamat, dengan melihat, mendengar, merasa adanya bahaya, secara otomatis badan digerakkan, kekuatan indera berasal dari magnet kepribadian yang merupaka kekuatan rohaniah atau kekuatan jiwa seseorang.
Naluri bekerja tanpa pemikiran dan tidak memihak, dan mengendalikan pemakaian magnetisme kepribadian dan tindakan baik dan buruk sehingga dalam pelaksanaan juga hokum dari sebab akibat, dan naluri berasal dari ingatan luar atau jaringan ingatan alaminya jiwa dan ingatan bagian dalam atau ingatan kejiwaan roh.
Ingatan luar merekan segala sesuatu selama hidup di dunia; apa yang dilihat, didengar atau dirasakan, setelah kematian ini akan tetap menyertai jiwanya, akan tetapi ingatan ini tidak akan mempengaruhi evolusi dari jiwa kebinatangannya, ingatan ini akan hilang bersama dengan jiwanya bila rohnya sudah mencapai daerah kelangitan..
Ingatan dalam atau ingatan kerohanian merekan semua pikiran manusia, tindakan baik buruk, apa yang dibaca, dialaminya, perilaku dalam keseharian dan dipengaruhi oleh pergaulannya dengan orang lain dan tidak akan hilang meski manusia berupaya melupakan pikiran dan tindakan di masa lalu, dan ketika ajl tiba ingatan akan muncul kembali dan menjadi saksi atas semua kejadian, pikiran dan tindakan yang dialaminya, dan ingatan akan mempengaruhi bentuk wajah baik dan buruk sesuai ingatan yang disimpannya dan ini sangat berpengaruh besar dalam perkembangan jiwa seseorang
Dan sebagai hukuman atas mereka yang berbuat tidak baik selama hidupnya maka ingatan akan dimunculkan kembali dalam bentuk nyata dan dengan ini akan timbul penyesalan.
Ikatan Roh dan badan Kasar
Pengikat dari semua kekuatan, daya dan upaya dari badaniah seseorang adalah jiwanya. Manusia adalah makhluk yang punya roh, untuk sementara diselimuti oleh lapisan badaniah yang tiap waktu dapat musnah, akan tetapi daya piker dan kemauan manusia selalu diperbaharui lagi, ini akan berlangsung terus menerus hingga akhirnya selaput ini rusak dan ditinggalkan oleh rohnya. Meskipun demikian, kematian tidak lain daripada kelahiran dari rohnya yang yang akan berpindah dalam kehidupan lai, karena roh tidak dapat musnah dan akan mempertahankan kepribadiannya.
Lapisan organic hanya dipinjam untuk tampil sementara di daerah kehidupan seseorang, jadi badan hanya alat, karena mata dan syarafnya akan terikat pada aether dan bagian magnet yang lebih halus melalui telinga dan paru-paru dengan atmosfir, dengan indera lainnya yang merupakan alat perasaan akan berhubungan dengan badan kasar dan dunia fisik, baik yang keras maupun yang cair.
Hubungan jiwa dengan badaniah menyebabkan manusia yang berwujud organic dapat berhubungan dengan dunia rohaniah, ketika meninggalkan badan organic, rohnya tidak berubah dalam bentuk, kemampuan, sifat, dan juga dalam ilmu yang diperoleh. Ketika manusia meninggalkan selimutnya akan menjadi ringan tanpa ada perubahan pada badan rohaniahnya, badan rohaninya tidak akan lebih baik atau lebih buruk.
Seperti badan organic, badan rohaniah juga memiliki indera, akan tetapi berbeda dengan organic, cara kerja indera rohaniah lebih tajam dan lebih menyenangkan dengan daya serap pikiran yang lebih tinggi.
Setelah kematiannya, roh binatang seperti manusia, tetap memiliki kepribadian. Hanya saja roh ini tidak memiliki kesadaran Aku. Kadar intelektualnya tetap dan tidak berkembang, sesuai dengan hokum kehidupan, bila seekor binatang mati maka rohnya akan masuk ke badan organic lainnya, tumbuh-tumbuhan, logam, dan batu, setelah kematiannya akan berada dalam keadaan yang sama meskipun badan halusnya tidak begitu sempurna seperti binatang.
(3) Kekuatan Pemikiran
Baik buruk perbuatan manusia tergantung pada perkembangan magnet pribadinya dan perkembangan magnet pribadi sangat tergantung pad hati nurani atau perasaan manusia pada saat itu.
Bila kekuatan magnet manusia sama maka semua manusia akan mempunyai kekuatan bdan sama, pemikiran yang sam, dan energi tindakan yang sama, tettapi pada kenyataannya tidak demikian karena sangat bergantung pada perkembangan kemauan dan pemikirannya. Magnet pribadi manusia terletak di otak, melalui daya piker otak daya magnet menimbulkan getaran-getaranyang mengalir melalui syaraf-syaraf ke seluruh badan dan ini akan menetukan gerakan tubuh berupa tindakan, daya piker juga menentukan perbuatan baik buruk dan ini tergantung dari nurani atau perasaan hati.
Perasaan hati manusia dapat dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu yang membuat gembira dan magnet pribadi bekerja sehingga menimbulkan perasaan nyaman pada otak dan perasaan ini akan disalurkan ke seluruh badan dan yang membuat sedih akan terjadi sebaliknya yaitu akan membua5t lesu di seluruh badan dan atau sakit. Orang yang selalu gembira dapat menyalurkan energi pada orang lain tanpa merugikan dirinya. Aliran magnet yang terkuat terdapat pada ujung jari atau melalui mata dan dari mulut . Perlu diketahui bahwa orang yang magnetis badan halusnya lebih kuat disbanding magnet badan kasarnya akan mempunyai pengaruh buruk pad manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan  dan oleh orang hindu disebut “jettatura” dan oleh orang jawa dinamakan “mata nasar” atau tangan panas.
Penyerahan diri dari orang yang daya magnetisnya lemah ke yang kuat  dapat dilakukan dengan meniup mukanya, dan inilah yang disebut terhipnotis atau dharana, dan dalam keadaan demikian sebenarnya orang yang terhipnotis kesadaran atau jiwanya terlepas dari tubuhnya, dan pasti tidak berdaya sama sekali dank arena kepribadiannya hilang maka dapat dihinggapi roh lain. Dan dalam keadaan ini roh juga akan ingat pada semua kejadian masa lalu, kebangkitannya kembali sebagai manusia, menceritakan rasa sakitnya dimasa itu, dan pengobatan sampai kesembuhannya. Tubuh jasmaniah sedemikian aneh sehingga dapat dianggap berlawanan dengan hokum alam yang ada.  Orang yang terhipnotis dikarenakan syaraf organiknya tidak aktif( tertidur), kesadaran hilang sehingga tidak ada lagi kemauannya. Beberapa sifat (kemampuan ) tersebut juga dapat dimiliki oleh orang yang meninggal, beberpa jam sebelum meninggal tubuh seorang tersebut dalam keadaan tidur secara organic, rohnya karena ingin mengucapkan selamat tinggal kepada keluarganya atau teman , daya pikernya memiliki kekuatan untuk mewujudkan diri, oleh karena itu dapat menampakkan diri pada teman atau keluarga. Ketika roh orang yang hamper meninggal merasuk ke seseorang bisa terjadi orang itu bisa berbicara bahas roh, melukis, mengetok-ketok pintu, menggerakkan benda karena roh halus ini menggunakan magnet pribadi orang lain, dan ini menunjukkan bahwa tindakan manusia tidak tergantung dari badaniahnya. Semua tindakan manusia berasala dari kecerdasan yang tidak tampak.
Apa yang menyebabkan orang kehilangan magnet pribadi ? diantaranya adalah terlalu sering melakukan seks, hidup tidak teratur, menghamburkan nafsu, tidak menjaga badan, sedih, terharu yang berlebihan, marah-marah, minuman keras, bumbu pedas, tembakau, dan terlalu banyak kopi, the atau daging dan untuk mengembangkan magnet pribadi hidup teratur, makan sayur, buah, dan minuman air asli. Kemampuan menggunakan pertimbangan(rasa) ketika hendak menggunakan pikiran, yang merupakan asal-usul dari magnet kepribadian yang menyebabkan magnet kepribadian berkembang, kekuatan hidup juga akan memperkuat pengembangan otot dan syaraf, kehilangan dari magnet kepribadian menyebabkan seseorang sakit syaraf dan mengendor kekuatan fisiknya.
(4) Kekuatan Terpendam
Setiap perbuatan manusia yang dilakukan dengan sadar, baik maupun buruk pasti didahului oleh pemikiran, dan dalam lingkungan aura setiap pemikiran akan menimbulkan getaran. Lingkungan aura adalah dunia debu material atau lingkungan magnetisme manusia, getaran tersebut akan menimbulkan warna yang akan menciptakan bayangan, bukankah Tuhan menciptakan alam semesta melalui daya pemikiranNya ?
Warna buah Pikiran ( Aura)
Dapat dibagi dalam 3 jenis ;
Buruk, biasa, baik, pikiran yang biasa dapat dibagi lagi menjadi pemikiran yang condong pada keburukan dan kebaikan, dengan demikian buah pemikiran dapat dibagi menjadi buruk, biasa condong ke buruk, biasa, biasa condong ke baik, dan baik, dalam lingkungan auranya pemikiran tersebut menimbulkan warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu dan mempunyai arti sbb ;
1. Coklat kemerahan              : nafsu dan tamak
2. Merah jambu                      : nafsu kemarahan
3. Merah muda                       : nafsu dalam cinta
4. Merah jambu                      : nafsu cinta kasih
5. Jingga                                  : Keberanian
6. Kuning                                : Daya pikiran
7. Hijau                                   : Simpati
8. Biru, biru nila                      : Rasa ketuhanan, keberagamaan
9. Ungu                                   : Kerohanian, pertalian dengan jiwa
10. Hitam atau gelap (tidak menunjukkan warna) : perasaan iri, warna ini muncul pada orang yang tidak beradab atau sedang sakit
11. Putih, seperti bulan           : menjukkan keimanan
Gerak dan Daya Buah Pikiran
Bayangan buah pikiran dapat keluar dan dapat masuk kedalam manusia, dan dapat secara alamiah, yaitu pada saat seseorang melihat, mendengar, merasakan sesuatu. Meski begitu penyerapan juga dapat berjalan secara tidak alamiah, yaitu ketika bayangan buah pikiran seorang memiliki daya magnet sehingga dapat menarik bayangan buah pikiran orang lain yang punya sifat sama dan lalu bercampur jadi satu dan kondisi ini yang dapat menimbulkan ikatan dan memunculkan rasa simpati dan senang, dan ini bisa terjadi juga pada manusia dengan makhluk halus dan yang perlu di waspadai bahwa adanya daya pengaruh dapat berakibat baik ataupun buruk.
Buah pikiran sifat laten, dan agar menjadi kekuatan nyata harus disatukan dengan kekuatan, bila pemikiran tidak disatukan dengan kemauan maka buah pikiran akan padam dengan sendirinya kecuali bila dapat disalurkan ke buah pikiran orang lain yang sejenis, bila pikiran banyak orang mempunyai sifat sama dapat tarik menarik, saling memperkuat, dan menyatu sehingga menjadi satu bayangan dengan kekuatan yang dahsyat. Berbagai bencana nasional, kekacauan, peperangan, perseteruan dan bencana alam merupakan dampak dari saling tarik mjenarik buah pikiran banyak orang.
Mantra dan Kekuatan Terpendam
Dan kekuatan pikiran dapat dihasilkan dengan mengucapkan mantra karena dengan ini seseorang dapat menyerap kekuatan buah pikiran. Mantra dapat digunakan untuk menciptakan buah pikiran yang diarahkan pada orang lainuntuk mempengaruhi orang yang dituju, dan tergantung mantra yang diucapkan dan mantra yang baik akan menjadi pelindung orang atau roh yang didoakan, dan mantra yang buruk akan berakibat sebaliknya, dan seseorang yang hidupnya lurus dan bersih serta tidak punya pikiran jahat akan dilindungi oleh makhluk-makhluk yang menjaganya dari dampak sumpah serapah.
Bayangan buah pikiran akan dapat merasuk dan mempengaruhi badan halus (astral) orang yang sudah meninggal (mayat astral) yang mengembara tanpa tujuan, mayat astral dapat disebut sebagai roh “tanpa jiwa” dan ini berasal dari orang yang semasa hidup bersifat jahat, mengumbar nafsu dan kesenangan atau roh orang yang meninggal sebelum waktunya yang disebabkan bunuh diri, dibunuh atau kecelakaan, dan roh seperti ini akan tetap terikat dalam jasadnya di kuburan hingga akhir kulitnya rusak disebabkan ketuaan dan rohnya terus mengembara dan tidak dapat meninggalkan dunia. Bila mayat astrak ini bertemu dengan hasil bayangan daya piker buruk maka dapat menjelma menjadi setan jahat dan memiliki sifat, seperti mantra yang diucapkan oleh pembuatnya dan dapat dipakai untuk segala tujuan, inilah kekuatan terpendam dan mantra ini disebut “wethala siddhi”, dan biasa disebut jimta, sarat,  guna-guna, atau tumbal.
Kekuatan pikiran dapat mengubah roh tak berjiwa yang tanpa wujud tersebut menjadi berwujud, dengan dihinggapi buah pikiranhasil mantra, roh tanpa jiwa menjadi hamba dari mantra ini dan dapat digunakan untuk maksud apapun. Dalam ilmu kekuatan terpendam, roh jahatdapat dibagi ke dalam beebrapa jenis, seperti; awici, ngalu, dan kasasar dan roh yang berbuat baik dinamakan saija dan mengenai cara kerja kekuatan terpendam dan pemanfaatannya tidak dapat diceritakan lebih lanjut karena alasan keselamatan ( ada dalam beberapa kitab lainnya ).
Pelajaran dari Buah Pikiran
Pikiran menghasilkan bayangan dan bila digabung dengan kemauan disebut Issha, dan pikiran menhasilkan perbuatan baik dan buruk Keluarnya bayangan pikiran demikian dan akibatnya dinamakan “karma” manusia, bila manusia dapat menguasai bayangan buah pikiran maka hawa nafsunya akan dapat dikendalikan dan karmanya dapat dikuasai. Orang dengan sifat yang baik bila meninggal selubung halusnya atau kamarupa akan lepas dengan mudah, dan rohnya akan terbang menuju ke daerah kelangitan, roh yang tidak dapat melepas selubung halusnya tetap diselubungi badan halus dan mengembara di dunia menjadi roh tak berjiwa.
Tugas hidup orang di dunia adalah menolak setiap buah pikiran jahat yang timbul, karena dorongan jahat akan melahirkan perbuatan, daya piker bisa dikembangkan sedemikian tinggi sehingga dapat mengerjakan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa.
(5) Kekuatan Kemauan
Ketika dilahirkan, manusia tidak memilikipengetahuan dan belum mengenal keadaan sekitarnya, dan seiring dengan pertumbuhannya manusia mulai belajar tentang kejadian, dan tindakan mana yang berakibat menguntungkan dan merugikan. Bedasar hukum sebab akibat itulah, manusia kemudianmengenal baik dan buruk, dan pikiranlah yang merekam semua kejadian. Meskipun demikian, pikiran sifatnya belum terjadi, potensi ini berubah menjadi tindakan ketika pikiranbergabung dengan kemauan, kemauan berasal dari jiwa kebinatangan yang melahirkan keinginan, nafsu, danm kesenangan, kemauan akan menerima yang baik berdasarkan perintah pikiran, dan melawan sesuatu yang berdasarkan pikiran tidak baik.
Pemahaman manusia berdasarkan daya pikirannya dinamakan “kenyataan” atau “ kebenaran”. Sesuatu yang diinginkan ( kemauan) dinamakan sebagai “baik”. Manusia akan melakukan tindakan baik setelah melalui pertimbangan pikiran, pada orangyang dya pikirannya belum berkembang tindakannya didasarkan atas pertimbangan baik buruk perbuatan hanya berdasarkan dorongan keinginan semata, demikian pula pada orang yang berpikiran picik, mereka berbuat atas dasar nafsu semata tanpa memperhitungkan bahwa tindakan akan mencelakakan diri sendiri. Pemikiran dan kemauan mengalir menjadi satu dalam tindakan dan membentuk manusia yang hidup dalam tindakannya. Kemauan sifatnya netral, dan akan mejadi tindakan baik atau buruk tergantungpada pengembangan kesadaran pikirannya. Karena perbedaan adanya perkembangan daya pikir membuat setiap manusia berbeda dan disitu akan terjadi sesuatu tindakan yang baik oleh orang lain akan menganggap buruk oleh lainnya. Perkembanga manusia akan menentukan kesadaran dirinya, akan timbul penyesalan pada manusia yang melakukan kesalahan bila daya pikirnya berkembang baik dan juga sebaliknya.
Perkembangan diri adalah pengalaman dimana manusia belajar untuk berpikir lebih baik, bertindak lebih baik, dan menjaga agar tidak melakukan sesuatu yang dapat merugikan atau menyakitkan dirinya, semakin baik daya piker seseorang semakin merasa dirinya lebih bebas dan tidak terganutng kepada orang lain.
Kemauan Bebas
Setiap manusia pada dasarnya mempunyai kemauan bebas, yaitu dorongan untuk tidak tergantung pada sesuatu diluar dirinya, kemauan bebas berhubungan dengan tanggung jawab atas tindakan. Hal ini bertentangan dengan pandangan yang keliru terhadap takdir, manusia mempercayai takdir juga akan mempercayai hokum alam yang tidak berubah. Bumi dan benda-benda langit terjadi dan akan musnah disebabkan oleh hokum alam. Oleh karena itu hidup binatang, tumbuhan dan yang berhubungan dengannya, nasibnya sudah ditentukan sebelumnya. Kemungkinan matinya seseorang dimedan perang sama saja dengan yang mati di rumah ; tidak akan meninggal sebelum waktu yang di tentukan artnya manusia adalah makhluk lemah, karena tindakannya sudah ditentukan sebelumnya maka mereka tidak bertanggung jawab atas kemauannya dan keyakinan semacam itu tidak sepenuhnya benar.
Tuhan adalah sumber kebenaran, kebaikan dan kecintaan. Tidak ada makhluk yang diciptakan untuk menjadi jahat, bila manusia dalam keadaan yang tidak menguntungkan membunuh maka dia akan mempertanggung jawabkan perbuatannya dan yang dipandang sebagai nasib, kesialan, kesempatanatau kebetulansebetulnya merupakan kumpulan perbuatan yang dilakukan pada waktu masa sekarang, sebelumnya, dan mungkin juga kehidupan selanjutnya. Dan segala tindakan akan pasti kembali pada pelakunya dan setiap perbuatan ada kaitannya dengan kejadian sebelumnya dan akibat sesudahnya dan inilah yang menentukan nasib seseorang.
Hukum karma
Ini adalah hokum perbuatan dan akibat, yang pada intinya setiap perbuatan ada akibatnya (perbuatan dating dari kesadaran kemauan) dan ini hanya ada pada manusia, karma hanya berlaku pada manusia, tetapi merupakan hokum alam yang memang harus ada, secara umum, hokum karma dapat dibagi sebagai berikut :
  1. Karma perbuatan baik, yaitu bila seseorang melakukan perbuatan baik maka akan dihormati dan disegani oleh orang lain
  2. Karma tidak melakukan perbuatan baik, yaitu orang hidup menyendiri, tidak menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi orang sekitar
  3. Karma kejahatan, yaitu tindakan dari orang yang menjadi beban dan berbuat jahat terhadap orang lain sehingga dia dibenci dan dihina orang lain
  4. Karma keluarga atau kelompok, yaitu karma yang dibentuk oleh kebiasaan atau adapt istiadat, ini dimiliki keluarga, suku atau suatu bangsa dan Negara.
  5. Karma pribadi dibagi lagi ke dalam 3 bagian, yaitu :
  1. Akibat segera yang tidak dapat dicegah lagi disebabkan oleh tindakan yang dilakukan dalam kehidupan sekaran, disebut karma Prarabdha
  2. Penumpukan keinginan akibat pengalaman yang akibatnya masih dapat diubah oleh karma, disebut karma Sancita
  3. Perbuatan masa kini yang berakibat pada kehidupan  di masa yang akan dating atau Kriypmana
Jadi karma adalah merupakan Evolusi dari jiwa kebinatangan manusia Bebrapa waktu setelah meninggal, manusia tetap harus menanggung akibat perbuatannya. Bila waktu kelahirannya kembali tiba maka bayangan pikiran yang diciptakan sebelumnya akan membentuk dirinya sesuai hokum karma. Wajahnya akan terbentuk sesuai perbuatannya terdahulu, dan akan menentukan sifat, temperamen, bakat, dan kepribadian baru setelah kelahirannya, bahkan perbuatannya terdahulu ikut menentukan dilingkungan seperti apa dia akan hidup. Hukum karma membuat manusia sadar bahwa dia tidak menjadi boneka dari nasib yang tidak menentu, dan mengajari manusi untuk menggunakan suara batinnya untuk mendapatkan kebahagiaan. Tuhan mengatur hokum alam yang berlaku untuk semua, termasuk yang ada dalam diri manusia, pada manusia ada kebebasan untuk memakai anugerah kekuatan dari Tuhan untuk dipergunakan dengan baik atau buruk dan disamping itu manusia akan dilindungi oleh malaikat dari 8 bahaya, dimana tanpa pertolongannya manusia dapat terjerumus ke dalam bahaya, manusia juga telah dilengkapi dengtan suara batin (budhi) yang akan memperingatkannya apabila hendak berbuat jahat
(6) Ilmu Rahasia
Dalam mempelajari Ilmu rahasia  harus dibiasakan tenang dalam segala keadaan yang dilihat, didengar, atau dirasakan. Rasa tegang rohaniah ataupun badaniah akan menyebabkan hilangnya magnetisme pribadi atau daya pikirnya
Kekuatan daya piker manusia akan tampak bila seseorang melakukan tindakan dengan penuh keyakinan, bila seseorang melakukan tindakan sembunyi-sembunyi maka sebuah aliran dingin akan keluar dari otak melalui syaraf-syarafnya, hal ini akan membuat tubuh tidak mengikuti perintah otak. Bila manusia berbuat baik maka aliran hangat akan keluar dari otaknya dan melalui syaraf akan mempengaruhi keseluruh badan, dan hasilnya pipinya berubah kemerahan dan matanya menyinarkan sinar percaya diri. Alam semesta menyatu dengan Aku yang Tinggi, disebabkan hokum getarannya maka alam menjadi obat penyembuh terhadap niat buruk dan keinginan Aku yang rendah. Cara terbaik mempelajari dan melatihnya adalah dengan menaruih perhatian pada orang lain berdasarkan Keadilan dan Kejujuran, menolong orang lain dengan itikad baik, karena dengan begini maka Aku tertinggi tengah menolong dengan kuat si manusia tersebut, bahkan untuk masalah sesulit apapun maka orang tersebut akan bisa menyelesaikannya. Syarat utama dalam mempelajari ilmu rahasia adalah mengarahkan buah pikiran ke satu tujuan baik dan pikirannya harus terpusat (konsentrasi).
(7) Kekuasaan Rahasia
Asal Muasal Kehidupan
Ilmu rahasia berasal dari Nabhas Tala yaitu, tempat dimana benda-benda langit bergerak, tidak ada permulaan, tidak ada akhirnya, sesuatu yang tidak terjangkau, dan akan ada selam-lamanya. Dalam ruanagn ini ada sesuatu yang kekakl, taka dapat diduga dan tanpa batas, yang berkuasa dan bekerja sebagai kekuatan abadi, yang mengetahui semuanya dan penyebab semua yang ada, dan yang berada di luar jangkauan manusia. Inilah yang disebut Tuhan
Alam semesta berasal dari Adi Tattwa, kekuatan dasar penciptaan alam semesta, masa penciptaan alam semesta berasal dari Sat, yang melahirkan Anupadaka Tattwa, atau asal Dzat roh yang merupakan ikatan antara Dzat roh dan debu. Dari Anupadaka Tattwa terjadi 5 kekuatan alam yang besar, yaitu Akasha Tattwa, yaitu Dzat aether yang memberikan bunyi, Wayu Tattwa atau Dzat aether berupa gas, Teyas Tattwa atau Dzat aether yang memberikan terang, pas tattwa atau Dzat aether yang cair, dan Prithiwi Tattwa atau aether yang padat. Dalam setiap Tattwa terdapat 7 jenis karma yang menghasilkan 49 kekuatan alam. Dari 49 kekuatan ala mini terjadi lagi 2400 kekuatan lagi dan tergantung dari keadaan Dzat alam, benda langit dan semua yang berada disana, juga manusia, binatang, tumbuhan, logam, batu berasal dari tattwa dan akhirnya akan kembali ke tattwa.  Kerja sama dari 5 Tattwa menhasilkan Prana sebagai asal muasal kehidupan. Pda permulaan kehidupan di bumi terdapat 60.000 juta makhluk halus berupa manhusia dan 330 juta makhluk alam.
Makhluk halus manusia akan selamnya berada di dunia sebagai orang dan bayangannya atau sebagai setan sesuai keadaan yang dimungkinkan, sedangkan makhluk halus alam akan menjaga bumi dan bayangannya sesuai keadaan dirinya sebagai penjaga.
Karena pengaruh kerja dari 5 Tattwa pada Prana, terjadilah 10 kumpulan kekuatan, kekuasaan dan kemampuan yang memberi kekuatan hidup dan kemampuan gerak pada tubuh yang hidup. Hukum evolusi perkembangan tiap makhluk akan berjalan dari logam atau batu hingga tumbuh-tumbuhan, dari tumbuhan hingga binatang dan dari binatang hingga manusia dari manusia hingga roh. Pemimpin roh tertinggi disebut juga sebagai malaikat yang membantu Tuhan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini. Perbedaan antara malaikat dan manusia sangatlah jauh, sama dengan perbedaan manusia pada tingkat yang paling rendah dengan binatang.
Wilayah Alam Semesta
Terdiri dari 3 wilayah besar, yaitu daerah kehidupan yaitu daerah kita hidup, daerah astral daerah peralihan dimana badan halus manusia yang sudah meninggal masih melekat pada rohnya dan daerah halus yang merupakan tempat berdiamnya para roh.
Mereka yang hidup di daerah astral dapat memperlihatkan diri dalam daerah halus, juga mereka yang hidup di daerah kehidupan juga dapat memperlihatkan diri di daerah halus karena manusia memerlukan zat-zat “roh halus” dalam perkembangan jiwanya. Daerah halus dinamakan “yang ada”, daerah astral dinamakan “daerah antara”, sedangkan daerah kehidupan dinamakan “alam yang kelihatan” dan daerah kehidupan dan astral dibagi lagi masing-masing ke dalam 3 daerah sehingga akan terdapat 7 bagian.
Daerah Kehidupan
Dalam daerah ini terdapat beberapa kelompok tata surya, yang terdiri dari 7 kelompok yang mengelilingi 1 matahari sebagai pusat, satu peredaran mengelilingi matahari kita lakukan dalam 31.200 tahun matahari.
Tiap tata surya terdiri dari 7 kelompok planet, tiap kelompok planet terdiri dari anak planet dalam formasi yang sama dan lapisan uap yang mengelilinginya. Tata surya terdiri dari  planet : Merkurius dan Bumi sebagai kelompok yang paling tidak berkembang, Venus, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus. Planet beredar mengelilingi matahari sebagai pusat, terganutng dari jarak terhadapnya.
Planet-planet menerima kehidupan dan kekuatan serta penerangan dari matahari, akan tetapi kehidupan alam tidak hanya tergantung pada matahari, tetapi saling tergantung satu sama lain. Masing –masingplanet dihuni oleh makhluk yang berbeda-beda perkembangannya, tiap planet dinamakan “naraka” yaitu tempat perkembangan. Dan planet yang tidak berkembang adalah planet yang dikelilingi oleh 7 bola (lingkungan kehidupan) yang karena hokum alam berada di seputarnya. Bola yang dimaksud ini adalah lingkungan kehidupan makhluk dan dari 7 bola ini hanya satu yang diterangi matahari, sedangkan 6 lainnya berada dalam kegelapan atau daerah bayangan sehingga tidak kelihatan. Planet-planet yang paling tidak berkembang mempunyai lapisan udara yang kasar sekelilingnya dan dihuni manusia yang baru mengalami perubahan dari binatang menjadi manusia.
Angka 108
Planet-planet yang lebih berkembang hanya terdiri dari satu bola yang di beri penerangan oleh matahari, dan planet-planet ini mempunyai lapisan udara yang lebih halus dan dihuni oleh manusia yang dulunya pernah mendiami planet –planet yang tidak berkembang tetapitelah mengalami kemajuan. Semakin mengalami kemajuan manusia akan mendiami planet dengan lapisan udaranya lebih halus dan lebih baik keadaannya, alam semesta di bentuk sesuai rencana yang sudah tetap , diatur dan ditata oleh hokum-hukum umum.
Ukuran lingkar sebuah planet adalah 108, dan ditata surya kita bila diameter bumi dikalikan 108 kita akan mendapatkan diameter matahari, apabila angka yang didapat dikalikan dengan 108 maka kita akan mendapat jarak antara bumi dan matahari, bila mana diameter dari bulan dkalikan 108 maka kita akan mendapatkan jarak dari bumi ke bulan.
Susunan dari semua yang berada dalam tiap planet, juga susunan tubuh manusia dan susunan tubuh binatang berdasar perbandingan dari 1:1.618 yang dinamakan “kecil” dan “besar”, oleh karena itu kita mengenal jagad besar dan jagad kecil, perbandingan ini akan kita dapat di alam dari ukran yang paling kecil hingga ukuran paling besar di dunia ini.
Kekuatan Penciptaan
Kekuatan penciptaan mengikuti dalil-dalil yang tetap, ukuran itulah yang telah membentuk alam yang ada sekarang ini. Meskipun demikian, kekuatan saja tidaklah cukup untuk membentuk ini semua maka dari itu diperlukan kemauan yang dituntun oleh kecerdasan untuk menggerakkan kekuatan itu. Kekuatan kemauan adalah kekuatan dasar yang dapat membuat semuanya terjadi, kemauan dan kecerdasan hanya dapat terwujud oleh sesuatu yang mempunyai kekuatan, kemampuan, dan daya tertinggi. Kekuatan kemauan dan kecerdasan yang juga mengatur alam semesta berasal dari tuhan Sang Pencipta, yaitu kekuatan Tuhan yang terdapat dimana-mana yang tidak mengenal waktu dan tempat, dan setiap planet diciptakan pada waktu dan kedudukan serta gerak yang teratur terhadap yang lain .
Tiap makhluk yang diciptakan, bahkan batu telah diisi dengan kekuatan tersebut, tiap mahkluk dimana kekuatan Tuhan berada, akan hidup kekal, kematian hanyalah proses berkembang dan beralih.
Hukum Pantulan
Dari hasil kerja 5 Tattwa terhadap Prana , yaitu permulaan kehidupan akan terjadi hokum pantulan atau persamaan. Semua planet, segala benda dan keadaan diatas planet, cahaya, bunyi, penciuman, dan semua perbuatan serta pikiran manusia yang berada di daerah kehidupan akan dipantulkan ke dalam daerah astral dan daerah halus. Pantulan atau persamaan ini merupakan pancaran yang tidak tampak, atom-atom yang bila sampai ke daerah astral dan daerah makhluk halus akan memadatkan diri menjadi bentuk, seolah ketika mereka masih hidup, yang dapat diraba ataupun dipegang oleh makhluk halus dan jin-jin atau malaikat.
Oleh karena itu, dunia astral dan dunia makhluk halus terdiri dari planet-planet astral dan planet-planet halus dengan segala isinya, seperti gunung, bebtauan, sungai, tumbuhan dan semua benda serta peralatan yang sama seperti masih berada di dunia. Planet yang kurang berkembang disebabkan pantulannya di dunia keastralan akan membentuk 7 bola yang sama dengan 7 bola di alam kehidupan. Bola-b ola yang memantulkan ini semua dikenai cahaya matahari dan mempeunyai lapisan udara yang lebih halus dari bola-bola kehidupan. Bola-bola ini merupakan hunian dari roh-roh halus atau neraka-neraka yang ada diatas dunia kehidupan (Kamaloka). Bola-bola ini terletak dalam lingkaran dan ikatan dengan bola-bola dari kehidupan berdasarkan hokum alam dan juga dari jalan astralnya. Planet-planet yang kurang berkembang memiliki pantulan ke dunia astral dan terus memantul ke dunia halus, akan tetapi untuk planet yang berkembang, hanya ada stau planet besar yang memantul ke dunia astral, lainnya langsung memantul ke dunia halus.
Daerah kelangitan
Dalam dunia halus, pantulan dunia kehidupan akan membentuk 7 daerah kelangitan yang dinamakan “Swarga”. Pantulan planet yang berkembang dari tiap kelompok, yang juga mempunyai lapisan udara yang lebih halus terletak di daerah langit ke 7(tujuh), yang perkembangannya kurang akan diletakkan didaerah langit ke 6, dan begitu seterusnya hingga pantulan dari planet yang itdak berkembang dari tiap kelompok akan terletak didaerah langit pertama.
Tiap benda atau sesuatu pada planet yang paling tidak berkembang dari tiap golongan dipantulkan ke dunia halus dan daerah kelangitan hingga ke langit ke 7, sedang setiap benda atau sesuatu pada daerah kelangitan yang lebih berkembang hanya dipantulkan di daerah kelangitan hingga ke langit ke 7. Juga dari benda atau sesuatu yang dulunya pernah ada, namun musnah atau tidak terpakai lagi masih terdapat pantulan-pantulan cahayanyayang tetap. Kekuatan dari pantulannya sedemikian kuatnya sehinggas tiap bekas benda yang musnah masih secara nyata di pantulkan pada benda-benda sekelilingnya yang ada sehingga tampak oleh roh-roh yang ada dan juga yang tampak oleh manusia yang mempunyai penglihatan halus (astral)
Pantulan Buah Pikiran
Disebabkan hokum pantulan maka tiap perbuatan atau pikiran dapat diibaratkan dengan batu yang dilempar ke permukaan air yang membentuk lingkaran yang makin lama makin membesar, yang juga menggetarkan udara yang di teruskan dari lapisan-ke lapisannya. Dikarenakan oleh pikiran atau perbuatan maka aether mendapat tekanan yang diteruskan hingga ke daerah astral dan daerah halus. Cermin pikiran dan perbuatan tersebut akan ditampakkanpada sebuah kitab besar yang dinamakan Agna Sandhani dan membentuk sebuah bayangan nyata dari pikiran dan pebuatan. Agna sandhani dapat dianggap hasil penerapan hokum pantulan. Karena hukumini pula maka tiap perbuatan atau pikiran ada akibatnya yang cepat atau lambat akan tampak dalam bentuk sekarang atau yang akan datang dan akan mempengaruhi pada kelahiran kembali yang kelak akan terjadi.
Tiap bunyi akan dipantulkan dan menghasilkan bunyi yang sama dalam dunia astral dan dunia halus dan pantulannya berakibat baik atau buruk, sebuah bunyi yang harmoni akan menghasilkan getaran halus dalam atmosfir  dan menciptakan suasana segar sekelilingnya, serta berpengaruh kuat pada jiwa dan tubuh dari segala sesuatu yang hidup di muka bumi ini. Benda yang dalam keadaaan membusuk akan dipantulkan dalam dunia astral dan dunia roh halus dan akan membentuk atom-atom yang membentuk suatu benda. Matahari dalam dunia kehidupan juga dipantulkan ke dunia astral dan roh halus, tapi cahaya matahari di daerah astral tidak memberikan panas atau dingin dan juga tidak ada pergantian siang maupun malam serta tidak begitu menyengat seperti yang dalam dunia nyata ( segala sesuatu yang terjadi dalam alam kehidupan dipantulkan kea lam lain dan menjadi suatu “benda’ dialam lain)
Bumi kita termasuk planet yang disinari oleh matahari dan merupakan salah satu dari planet yang kurang berkembangh. Bumi mempunyai lapisan udara paling kasar dan terdiri dari 7 bola  dimana hanya bumi yang diberikan cahaya oleh matahari , sedangkan bola lainnya berada dalam kegelapan. Bentuk bumi semacam ini diperlukan untuk perkembangan penghuninya, pantulan dalam daerah astral dari bumi dengan ke 6 bolanya yang lain terletak di sebelah kiri matahari. Diatas bumi merupakan hunian dari 7 daerah roh halus yang disinari matahari, sedangkan pantulan dari bumi terletak daerah roh halus di langit yang pertama.
Bumi dihuni oleh makhluk manusia, disamping beberapa pemimpin roh tertinggi yang dikirim ke bumi untuk membimbing manusia. Manusia yang baru mengalami perubahan dari binatnag ke manusia (melalui proses kelahiran kembali) setelah kematiannya tidak dapat pergi ke kelangitan sebelum berusaha meninggalkan kebinatangannya dan Rohilla menjadimurni. Proses pemurnian ini berjalan berangsur-angsur di Naraka. Naraka adalah bola atau lingkunga kehidupan yang posisinya “dibawah” lingkungan kehidupan bumi. Setelah kematiannya roh manusia menjalankan kehidupan di neraka “dibawah tanah” diaman ia akan belajar karena dipaksakan dan ketakutannya untuk tidak jatuh lagi ke keadaan yang lebih buruk dalam mengekang nafsu kebinatangannya.
Bila sudah mencapai kemajuan dalam perkembangannya sehingga sadar bahwa nafsu dan kesenangan akan mencelakakannya maka setelah kematian, rohnya akan berdiam di nerka diatas tanah atau dalam dunia halus, dengan ini oikiran akan belajar untuk sukarela menhilangkan keseluruhan nafsu kebinatangan, sehingga manusia bila mencapai tahap ini maka akan dilahirkan kembali dalam pantulam bumi ke kelangitan yang pertama( Swarga)
Bumi dihuni oleh berbagai manusia, pada tingkat yang paling rendah, yang dala warna, baud an secara kemakhlukannya belum menanggalkan sifat kebinatangannya, bila dalam kehidupan selanjutnya memperoleh kenajuan dia akan menempati sebuah lingkungan kehidupan kelangitan yang pertama, setelah kematiannya dan mengalami kemajuan maka manusia akan menempati planet di kelangitan yang kedua, ketiga, ini terjadi terus menerus sampai pada kematian terakhir akan berada dalam bentuknya untuk mendiamai “planet utama” yang terletak di langit ke 7 (tujuh), disini manusia sudah mencapai tingkat sebagai roh tertinggi, pendidikan dari manusia dengan sifat kebinatangannya hingga menjadi roh tertinggi memerlukan waktu berjta-juta tahun
Pengaturan Alam Semesta
Pengaturan bumi diserahkan pada Prithu yang mengatur bumi sesuai dasar kelakiannya dan mempunyai istri yang dinamakan Prithiwi yang mengatur sesuai sifat keperempuannya, didlam mengatur dan melindungi manusia, Tuhan dibantu oleh berjuta-juta malaikat, segal tindak tanduk dan kejadian pada manusia yang terpantul akan dilaporkan oleh malaikat kepada Tuhan. Dalam mengatur alam, Maha tertinggi dibantu oleh malaikat alam yang dinamakan Agni, Pawana, Waruna dan Kshiti yang berkuasa atas elemen api, udara, air dan tanah, dan dalam pengaturannya mereka dibantu lagi oleh berjuta-juta roh halus dengan pangkat atau tingkatan yang berbeda-beda yang dinamakan Salamandala atau jin api, Gandaruwa atau jin udara, Apsara atau jin air dan Yaksha atau jin tanah.
Naraka
Naraka bukanlah tempat hukuman dimana manusia disiksa atau disakiti, karena naraka diperlukan utuk membentuk manusia ke kehidupan yang lebih tinggi, dimana pembentukannya tidak dapat dilakukan di daerah kelangitan karena tempat-tempat ini merupakan tempat dimana alam semesta di kendalikan, manusia untuk pembentukannya akan dilahirkan kembali.
Di bumi, manusia belum dapat menjadi manusia dalam arti sebenarnya apabila tidak dapat meninggalkan nafsu kebinatangannya, karena sifat ini akan menghalangi manusia untuk menikmati kebahagiaan sebenarny. Alasannya adalah karena di bumi masih berlaku hokum “siapa yang kuat”. Sebelum roh manusia dapat masuk dalam kelangitan pertama yang ada di bumi, sifat tersebut harus di tinggalkan. Wilayah kehidupan di daerah kelangitan hanya dapat di huni oleh roh yang semasa menjadi manusia hatinya bersih.
(8) Naraka, Dunia Roh Halus dan Swarga
Alam semesta terdiri dari 3 daerah besar, yaitu daerah kehidupan, astral, halus. Daerah kehidupan adalah daerah dimana kita hidup, astral adalah daerah peralihan dimana badan halus manusia yang sudah meninggal masih melekat pada rohnya, alam halus adalah alam tempat berdiam para roh, juga disebut daerah langitan atau swarga.
Dilingkungan bumi terdapat 2 wilayah yang disebut sebagai kehidupan nyata yang berada pada bumi kitadan dan daerah astral yang terbagi dalam Kamaloka dan Naraka. Naraka terbagi terdiri dari 7 bola (wilayah kehidupan) dan sesuai hokum pantulan, kamaloka juga terdiri dari bola.
Bumi kita adalah bola 1 dilingkungan naraka dan bumi ke 1 di kamaloka. Bola ke 1 di naraka adalah bumi yang menjadi daerah kehidupan manusia. Bola ke 1 di Kamaloka adalah bumi kita juga, namun wilayah astral tempat rohberbadan halus hidup. Jadi kedua bola ke 1 tersebut adalah bumi, namun di wilayah kehidupan yang berbeda.
Diwilayah naraka, hanya bumi kita disinari matahari pada siang hari. Bola-bola yang ke 2,3 dan 4 hanya sebagian dapat penerangan dari matahari, sedangkan bola-bola ke 5,6,dan 7 selalu berada dalam kegelapan.
Tujuh bola di lingkungan naraka dinamakan neraka-neraka hidup, juga disebut neraka yang berada di bawah bumi. Pantulan dari ke 7 bola tersebut ke daerah astral akan membentuk 7 bola lain yang disebut bola-bola astral, yang karena hokum alam tidak saja terikat satu sama lainnya, tetapi juga berhubungan dengan bola-bola di naraka. Bola-bola astral ini bersama-sama membentuk satu bola yang dinamakan kamaloka (tempat tinggal roh halus ), yang juga merupakan neraka, namun berbeda dengan nerka yang berada di bawah bumi ( seperti gambar atas )
Jarak dari bola yang ke 1 dari Naraka dan bola ke 1 dari kamaloka adalah jalan astral. Jalan ini juga dinamakan jembatan Wot-agil-agil yaitu jembatan yang terdiri dari rambut-rambut perempuan yang dipecahmenjadi 7 dan diikat kembali menjadi 1, dan ini adalah jembatan bayangan dan ini bisa dianggap sebagai hokum alam yang akan membawakan roh sesudah kematian badaniahnya menuju suatu bola yang sesuai.
Wilayah di Naraka
Lapisan-lapisan uap dari berbagai bola di Naraka berbeda-beda, bumi atau neraka yang pertama mempunyai lapisan yang paling kurang panas dan terhalus, yang sesuai untuk berbagai jenis manusia hidup yang ada dib u,I, akan tetapi apabila dibandingkan dengan bola-bola lain di kamaloka, bumi terlalu kasar, oleh karena itu sangat berat makhluk-mahkluk halus untuk hidup di bumi.
Lapisan-lapisan uap dari 6 bola dari naraka dibawah bumi lebih kasar dan lebih berat lagi, karenanya juga lebih panas, oleh karena itu naraka dan kamaloka dibedakan dengan istilah neraka panas dan dingin. Lapisan uap dari bola 2,3 dan 4 dari naraka mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga manusia hidup tidak akan dapat bertahan disan, sedangkan lapisan uap dari bola ke 5,6 dan 7 sedemikian berat dan panas sehingga manusia hidup akan langsung mati disana.
Ketujuh bola dari naraka diberi nama Saptaloka (7 tempat tinggal), ketujuh bola (lingkungan hidup) diberi nama secara berurut : 1. Jambu, 2. Kasha, 3. Plaksha, 4. Shamalia, 5. Krauntsha, 6. Shaka, 7. Puskhara. Ketujuh lapisan uap secara berurut dinamakan 1. Mahatala, 2. Rahatala, 3. Atala, 4. Sutala, 5. Witala, 6. Tala-Tala, dan 7. Patala.
Setelah meninggalnya manusia, badan halus (astral) dari badan jasad akan memasuki suatu tempat yang sesuai, apakah ke lingkungan Naraka (dibawah bumi) atau kelingkungan kamaloka (kelangitan). Neraka adalah tempat tinggal setan, iblis yang ketika masa hidupnya sebagai manusia tidak baik. Karena takut jatuh ke lembah yang lebih dalam lagi maka mereka memaksakan diri untuk mengekang nafsu, kesenangan, dan keinginannya. Penyaringan di dalam narakan adalah dengan keadaan yang tidak menyenangkan yaitu kegelapan yang mencekamatau panas yang menghancurkan. Dineraka tidak penyiksaan terhadap roh jahat, roh yang masuk dalam neraka lama kelamaan akan biasa, bakhan keadaan disana dapat lebih baik disbanding ketika masih hidup di dunia. Ketika di dunia mungkin manusia yang memiliki roh tersebut hidup miskin, sakit-sakitan, atau tidak mempunyai tempat tinggal
Lingkugan Kamaloka
Ketujuh bola dari lingkungan kamaloka (kediamn roh) sesuai nomor urut ; 1. Lokantarika, 2. Mahakala, 3. Ambarisha, 4. Raurawa, 5. Maharaurawa, 6. kalasutra, 7. Andathasamisra. Bola-bola astral ini berbeda banyak dalam lapisan udaranya. Lapisan udara dari bola ke 1,2,3 dan 4 tidak berbeda banyak dengan lapisan udara di bumi. Lapisan udara dari bola ke 5 dan 6 lebih tipis, sedangkan lapisan udara dari bola ke 7 tidak berbeda banyak dengan lapisan udara dari lapisan udara pertama.
Semua bola dari kediaman roh halus mendapat cahaya dari matahari, tempat kediaman ro-roh halus diperuntukkan bagi roh-roh orang yang semasa hidupnya berlaku baik, disini mereka mendapat kesempatan untuk melaksanakan pikiran dan niatnya, bahkan kesenangannya. Tempat tinggal roh-roh halus dapat juga dianggap sebagai tempat belajar dari roh yang sesuai dengan perkembangannya untuk melakukan pekerjaan di surga. Waktu dari pendidikan dan waktu beberpa kali roh harus dilahirkan kembali sehingga cukup untuk berdiam di lapisan pertama surga sangat bergantung dari kelakuannya sebagai manusia sewaktu dilahirkan kembali secara berkali-kali. Juga berapa banyak ilmu yang dapat di lakukan dalam beberapa kali kelahirannya.
Ilmu yang diserap dan pengalaman yang didapat di dalam dunia roh halus akan dikembangkan lagi, oleh karena itu manusia di bumi pada tiap kelahirannya akan diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi, roh halus tidak perlu menjalani semua tingakat di dunia roh halu. Sesuai perkembangan kebaikan dan ketaatannya akan ditempatkan dalam bagian dimana ia akan berada. Roh halus yang melakukan perjalanan dari bumi ke dunia roh harus melewati jembatan yang menghubungkan antara Naraka dan kamaloka yang disebut wot agil-agil, karena roh badan astral sangat ringa maka daapt melayang hingga mencapai dunia roh. Roh manusia yang masih hidup tidak baik, yang separuh badan halusnya masih hidup, tidak sesuai untuk berdiam di Kamaloka. Sesuai dengan bagian tubuhnya, badan halus akan menuju suatu lingkungan di neraka yang lapisan udaranya sesuai.
Lingkungan Naraka
Lingkungan Naraka dibagi menjadi enam bulatan yang hanya separo atau seluruhnya gelap, bentuk dan rupanya sama dengan yang ada di bumi. Demikian pula bola (lingkungan) di kamaloka juga sama dengan keadaan di bumi karena hokum pantulan, akan tetapi perbedaannya yang ada di lingkungan kamaloka semuanya terbuat dari bahan astral.
Kehidupan di Naraka dibagi dalam 5 bagian dimana berdiam roh-roh dari bangsa putih, kunign, coklat, merah dan hitam. Tiap bagian naraka dibagi lagi ke dalam bagian sesuai bahasa yang berlaku dan dibicarakan. Selanjutnya tiap bagian Naraka dibagi lagi ke dalam Negara, kota, kampong jalanan, daerah, dan lainnya, seperti ap yang terdapat di bumi
Di dalam Naraka di bagi tumbuh tanaman hidup, sedangkan dalam dunia roh halus tumbuh pepohonan astral, didalam naraka terdapat gunung dan bukit yang sebenarnya, sedangkan di dunia roh halus terdapat gunung gunung astral dan lainnya yang serba astral, semua tampak dan dapat diraba, serta dapat dihuni oleh roh-roh halus yang tinggal di sana.
Tiap lingkungan dari neraka  dan dari roh halus dipimpin oleh roh tertinggi, yang dibantu oleh roh-roh lainnya, roh yang meemrintah di naraka tidak tinggal disana karena di naraka semua dikendalikan oleh hokum-hukum alam. Pengendalian naraka hanya melihat apa yang terjadi dan mengatur kelahiran kembali.
Kamaloka
Kamaloka disebut juga daerah kelangitan yang merupakan daerah yang memiliki gambaran seperti orang berdiri. Langit dibagi dua bagian utama, yaitu langit bagian dalam atau “daerah arupa” (langit dalam)dan langit bagian luar atau daerah “rupa’ (langit luar) adalah bagian dengan bentuk. Daerah langit luar di bentuk serupa benda langit yang terletak pada : 1. bagian kaki kiri, 2. bagian kaki kanan, 3. bagian lengan kiri, 4. bagian lengan kanan. Bagian langit luar juga dinamakan langit depan atau bagian pikiran, bagian langit dalam serupa bagian benda langit yang terletak : 5. didalam perut, 6. di dalam dada, 7. di dalam kepala. Bagian langit dalam dibagi lagi ke dalam 2 bagian yang terpisah, yaitu badan dan kepala.
Mengenai lapisan udaranya di tiap-tiap benda langit, benda langit ke 7 mempunyai lapisan udara yang sangat tipis dan mempunyai sifat sedemikian rupa sehingga para roh tertinggi dari lingkungan (bulatan) kamaloka ke 1,2,3 dan 4 tidak dapat berdiam disana. Benda langit ke 6 dan 5 mempunyai lapisan udara yang sama, namun banyak bedanya dengan lapisan udara benda langit ke 7, daerah benda langit ke 4,3,2 dan 1 mempunyai lapisan udara yang sama, namun bila dibedakan dengan lapisan udara di bagian langit ke 6 dan 5 menjadi kasar sekali.
Swarga
Bentuk badan manusia dari daerah langit  adalah contoh persamaan yang ada dalam Swarga atau surga, dimana persamaannya adalah sedemikian eratnya dengan penataan alam semesta, dan hal ini juga sama dengan gerakan badan manusia yang saling kerjasama dalam melakukan suatu gerakan. Roh tertinggi utama dan roh-roh tertinggi yang ada dalam ke 7 daerah langit dalam mengendalikan alam semesta mempunyai tugas melaksanakan pekerjaan yang hamper sama dengan kerja dari anggota badan manusia, dengan demikian para roh tertinggi yang berada dalam daerah “rupa” mempunyai tugas mengatur alam semesta, dan roh tertinggi yang berada di daerah “arupa” mengendalikannya.
Seperti juga di bumi, dimana para pegawai ada yang menjalankan dan mengatur tugas administrative, para roh tertinggi di di ke7 daerah langit menjalankan pemerintahan. Tuhan dan para malikat utama mempunyai tempat di langit yang ke 7. Kuasa, langit, dan malaikat bawahannya mempunyai tempat di jantung dan paru-paru, yaitu di dada atau daerah langit ke 6, tempat didaerah langit yang diumpamakan jantung dan paru-paru mendapat nama khusus yaitu “Suralaya”.
Pembagian kerja di dunia kelangitan juga sama dengan di bumi, perbedaannya hanyalah bahwa di daerah langit (surga) tidak ada perbedaan status dan kepangkatan. Tiap tempat di bagi ke dalam kelompok yang tidak terhitung jumlahnya. Tiap kelompok dibagi lagi ke dalam 7 kumpulan dan tiap kumpulan terdiri dari roh tertinggi yang mempunyai kesengan yang berbeda-beda. Kelompok-kelompok dan kumpulan-kumpulan ini mempunyai bentuk manusia dan berhubungan sangat erat satu sama lainnya , seperti bagian aggota tubuh manusia, tiap kelompok harus menjalankan 1 tugas.
Nama dari bagian langit secara berurut adalah : 1. Sukhawati, 2. Hukhta, 3. Tribhuwana, 4. Howarst, 5. Pariwana, 6. Amithaba, 7. Nirwana. Keadaan di langit ke 7 tersebut dinamakan juga “ Apawarga “ artinya adalah kedamaian yang abadi dan kehidupan yang kekal, serta pemusnahan dari semuanya yang tidak murni yang mungkin dapat mencemari roh tertinggi utama yang berada disana dan mungkin dapat menghalangi untuk menikmati kebahagiaan yang sedang dirasakan. Ke 7 bola (tempat tinggal) dalam Swarga secara berurut dinamakan : 1. Bhurloka, 2. Bhuwarloka, 3. Swarloka, 4. Maharloka, 5. Yanarloka, 6. Taparloka, dan Satyaloka. Hanya ke 7 surga ini yang diketahui namanya.
(9) Kematian Jasad Manusia
Kematian badan jasmani dari orang berusia lanjut berlangsung tanpa sakit. Peralihan dari kehidupan nyata k eke hidupan lain, seperti seorang yang terbangun dari tidur lelap. Setelah dikubur dan mayatnya membusuk maka kulit halus atau kulit keduanya ( yang disebut Wethala) tidak mati. Dalam jangka waktu 7 hari, lapisan wethala ini akan meninggalkan badan yang membusuk. Wethala atau badan halus ini dan jiwanya akan tetap terikat pada mayat oleh kekuatan tali jiwa (Suratma) selama magnet badabiah mayat belum hilang sama sekali. Magnet badaniah ini yang menjaga mayat tidak cepat membusuk.
Bila magnet badaniah yang tertinggal dalam mayat telah musnah maka darah dalam mayat berubah menjadi air. Pada saat itu kekuatan penghidupannya hilang dan kematian badaniah telah sempurna, saat itu pula ikatan antara roh dan badannya terputus akibat putusnya tali jiwa, pada kematian yang biasa, peristiwa ini terjadi 3 hari sesudah kematian.
Pada orang mat8i mendadak, bunuh diri atau kecelakaan, wethala masih dapat terikat dengan badannya karena kekuatannya sendiri dan kondisi ini memungkinkan wethala untuk dapat menyerap magnet badabiah dan pada orang sakit biasa dan belum ada organ tubuh yang rusak berat, selama tali jiwa belum putus, orang tersebut masih dapat disembuhkan menggunakan mantra ilmu putih. Dan pada orang mati mendadak disebabkan magnet badaniahnya dipakai terlalu banyak untuk menghamburkan hawa nafsu dan kesenangan, dalam hal ini wethala masih sangat dan masih mungkin untuk bisa menyerap magnet badaniah tubuhnya sehingga wethala tetap terikat pada mayat. Pencairan wethala baru dapat terjadi bila wethala musnah sendiri karena tua.
Ketika orang meninggal sebebnarnya roh dan badan halus masih terikat pada wethala sehingga roh tidak dapat meninggalkan bumi. Bilamana orang meninggal semasa hidupnya berkelakuan baik dan akhirnya meninggal secara mendadak maka rohnya tetap berada dalam keadaan tidur sampai wethalanya musnah.tapi bila sebaliknya maka rohnya akan terbangun dari tidur kematiannya dan selanjutnya roh memendam masuk ke badan halus berikut roh kebinatangannya, karena kebiasaan jeleknya, roh akan tetap berkeliaran, melalui tali jiwanya masih melekat, roh ini akan berusaha tetap menghubungi manusia yang mempunyai kebiasaan jelak yang sama.
Setelah wethala karena tua maka dengan kekuatan tali jiwanya, roh akan bergabung dalam badan halus, dengan masa persiapan 4 hari, roh sudah harus berpisah dari badan halusnya dan meninggalkan kehidupan  dunia. Jiwa yang sudah terlepas dari wethala dan badan halus akan banyak kehilangan tanda kehidupannya. Roh tanpa wethala dan tanpa badan halus ini tidak dapat melihat makhluk halus yang masih terikat pada wethalanya, demikian pula sebaliknya, roh yang sudah tidak berwethala dan tidak berbadan halus juga tidak tampak oleh roh yang masih berbadan halus. Mahkluk-mahkluk halus hanya akan saling menampakkan diri bila mempunyai persamaan.
Wethala orang meninggalterkadang dapat dilihat sebagai hantu, namun tidak mempunyai pikiran, oleh karena itu dengan bantuan mantra wethala dapat diisi dan menjadi wujud bayangan, bisa juga pertemuan wethala dengan buah pikiran berlangsung secara tidak sengaja dan menghasilkan bayangan, pertemuan demikian sering terjadi bilamana wethala sudah terlepas dari mayat dan selama 4 hari melayang tanpa tujuan sebelum menghilang dan setelah wethala menghilang, mayat akan berhenti sebagai manusia dan menjadi mahkluk alam .
Wethala yang terisi untuk sementara waktu akan mendapat kehidupan tersendiri dan mempunyai kekuatan untuk memperlihatkan dirinya sebagai bayangan manusia akan tetapi penampakan ini berbentuk bayangan atau sebagai hantu berdasarkan buah pikiran yang telah dirasukinya. Menjiwai sebuah wethala dapat dilakukan untuk tujuan baik yaitu, untuk membantu roh dan badan halus segera lepas dari Wethalanya. Akan tetapi bantuan itu dapat dilakukan dengan mengirim doa. Doa yang diucapkan sebelum atau setelah waktu meninggalnya seseorang akan mewujudkan buah pikiran yang tidak hanya memutuskan tali jiwa , tetapi juga melindungi rohnya
Orang dapat berdoa kepada Tuhan supaya jiwa orang yang mati selamat, yaitu supaya rohnya segera meninggalkan nafsu dan kesenangan yang masih tertinggal. Sifat roh merupakan bukti bahwa kekuatan hidup badaniah manusia akan berhenti dengan putusnya tali kejiwaan. Dalam waktu 7 hari setelah kematian manusia, rohnya masih belum sadar akan kehilangan wujud badaniahnya. Roh akan tetap berusaha berada di dalam rumah tempat kediaman meskipun sudah terlepas dari wethala. Baru setelah dari 7 hari roh sadar bahwa ia tidak mempunyai wujud lagi, kini hanya badan halus dank arena hokum alam maka ia harus meninggalkan rumah tempat tinggal dan dunia, bila manusia selama hidup di dunia menggunakan waktunya untuk membersihkan diri dari segala keburukan, setelah 7 hari kematian dari badannya, roh akan melayang langsung ke Kamaloka tanpa kesukaran.
Kamaloka adalah tempat tinggal roh-roh manusia yang sudah meninggal dan di tempat inilah roh yang baru tiba akan belajar untuk menanggalkan pikiran dan kesenangan(kama) dan roh yang sudah berhasil melepas sifat kebinatangannya dan melalui kematian kedua, berpindah tempat ke bumi yang terletak pada lapisan langit pertama. Badan ini merupakan sebuah roh( ajal) yang disebabkan hokum alam ditarik kea lam dunia dan akan melebur disana secara perlahan-lahan. Bayangan yang diisi akan menjadi sebuah makhluk alam dan berhenti menjadi manusia, pikiran dan kekuatan tindakannya didapat dari pikiran yang dimaksudkan di dalamnya dan tidak akan mengingat lagi kehidupannya terdahulu.  
Manusia yang selam hidupnya mengumbar nafsu dan terbiasa dengan cara hidup semacam itu, rohnya dihinggapi dengan berbagai keburukan dan setelah meninggal keburukan ini mempengaruhi badan halusnya dan ketika roh dan badan halus terlepas dari wethala pada hari ke 3 hingga 7, sifat badan halusnya tidak akan mengalami perubahan artinya badan halus itu tetap berada dalam keadaan kecenderungan ke kehidupan yang ada sehingga menjadi terlalu berat untuk berpindah ke Kamaloka.
Dalam perjalanan menuju dunia roh halus, roh dan badan halus orang yang sudah mati akan melewati terlebih dahulu jembatan wot agil-agil, dan selanjutnya badan halus berikut rohnya akan menuju ke salah satu wilayah di Naraka, badan halus akan menuju lingkungan neraka yang sesuai.
Bila terjadi roh (yang diselimuti badan halus) terlalyu baik untuk masuk kedalam neraka kedua, namun belum selesai untuk masuk kedalam kelangitan lapisan pertama. Ada beberapa sebab mengapa hal itu bisa terjadi, karena semasa menjadi manusia orang tersebut memiliki cita-cita dan belum tercapai hingga meninggalnya atau ketika ajal tiba orang tersebut masih mengkhawatirkan keluarganya yang terbengkalai atau semasa hidup orang tersebut terpaut pada satu kesenangan yang menghalangi rohnya untuk berpindah ke kamaloka, dan pada kejadian seperti ini roh akan tetap tinggal di bumi, pada bola wilayah pertama neraka hingga ikatan kesenangannya di bumi berhenti. Banyak roh yang berada dalam keadaan seperti ini belum mempunyai kesem[patan untuk berpindah ke dunia roh halus dan mereka yang semasa hidup berbuat jahat dan badan halusnya sudah berbentuk sesuai untuk keadaan neraka wilayah 7 maka akan langsung menuju ke tempat tersebut.
Roh yang tinggal di bulatan wilayah lapisan pertama Naraka tidak akan lebih lama dari 30 tahun, karena sifatnya yang sangat berbeda dengan bumi, roh yang berada di lapisan neraka kedua sampai tujuh merasa tidak nyaman, dan semakin rendah posisi neraka, semakin tidak nyaman roh tersebut dan maik tidak nyaman bila letak bulatan ini lebih rendah lagi. Pendek kata roh , baik yang tinggal di tempat hunian roh(kamaloka) maupun yang di naraka, merasa tidak senyaman tinggal di bumi.
Mereka yang dilahirkan kembali, namun juga belum lunas menebus karmanya setelah kematiannya dapat menempati ligkungan yang terletak pada lapisan langit pertama. Lamanya tinggal di neraka atau alanm roh tidak hanya tergantung pada umur semasa meninggal sebagai manusia, tetapi juga cara hidupnya sebgai manusia. Lama tinggal di tiap-tiap alam bila meninggal pada umur yang sangat tua tidak akan melebihi 1500 tahun matahari. Anak-anak yang meninggal pada usia belum mengerti sifat buruk, baik, akan dilahirkan kembali dalam waktu beebrapa bulan, kemungkinan anak tersebut akan dilahirkan kembali dari ibu yang sama.
Binatang-binatang yang mati dalam umur dewasa, seperti manusia, memerlukan waktu untuk mengembangkan dirinya, mereka akan dilahirkan kembali dengan panca indera yang lebih tajam, tumbuhan yang atau batuan juga memerlukan waktu dalam pepengembangannya dan akan dibentuk kembali berupa batuan yang lebih mulia. Bila manusia sudah beberapa kali dilahirkan kembali dan tetap tidak dapat menanggalkan nafsu buruk manusia, akan meninggl dengan karma yang terakhir. Sesudah tiu akan dipindahkan ke dalam alam roh halus tertinggi. Setelah 33 hari hari persiapan, roh tersebut akan mengalami kematian yang kedua dan rohnya akan selalu bersama badan kerohaniannya dan akan pindah kedaerah bumi yang terletak dalam lapisan langit pertama menjadi salah satu tertinggi atau sering disebut “malaikat”. Disana akan diberi tugas untuk mengatur salah satu bagian alam semesta. Bilamaan roh tertinggi dalam perbuatan kebaikan, pengembangan dan kesadaran telah berkembang  sedemikian rupa hingga dapat menempati salah satu bagian langit yang terletak di lapisan langit yang kedua, dia akan dilahirkan kembali diatas planet yang terletak menyerupai keadaan sebagaimana dilapisan langit kedua. Biloaman disini telah dicapai pengetahuan yang layak agar dapat berpindah tempat dilapisan langit yang kedua, akan berpindah tempat setelah kematiannya ke sebuah planet yang menyerupai tempat tinggal planet dimana sebagai manusia ia pernah hidup. Dengan cara demikian roh akan terus berkembang untuk mencapai lapisan langit yang lebih tinggi sehingga setelah mencapai lapisan langit yang lebih tinggi lagi akhirnya akan tiba di langit yang ke tujuh, dan disinilah roh tertinggi tidak akan dilahirkan kembali, dan disinlah roh manusia kembali ke Tuhannya.
Selama bertempat tinggal di daerah luar kelangitan  atau bertempat tinggal di lapisan pertama, lapisan kedua, ketiga, keempat, roh akan berada dalam wujud yang dinamakan “ rupa “ atau berbentuk, adalah masih mempunyai badan halus yang masih berwujud. Bila roh dengan beberap kali kelahirannya akhirnya tiba di lingkungan yang terletak di lapisan langit kelima atau  lapisan langit dalam yang terendah maka bentuknya hilang atau menjadi “arupa” atau tidak tampak.
Roh akan mempunyai bentuk seperti yang diciptakan oleh Tuhan. Wujudnya dapat seperti bentuk manusia, namun begitu agung hingga tidak tampak, sehingga layak untuk tinggal dilapisan udara yang paling halus. Harus dimaklumi bahwa di daerah “rupa “ pikiran masih mempunyai bentuk, namun di daerah “arupa “ tidak mempunyai bentuk lagi.
Roh-roh halus yang tinggal di daerah halus akan menjadi”roh tertinggi”, roh halus yang tinggal di daerah astral akan menjadi “jin” dan yang tinggal di daerah kehidupan dinamakan “setan. Mengenai roh halus akan dijelaskan pada bab selanjutnya .

(10) Badan Halus Manusia  

            Ketika seseorang menghadapi kematian, pengalaman pertama roh adalah ingatan atas segala perbuatan yang pernah dilakukan selama hidupnya. Seluruh pengalaman yang pernah dilakoni akan tampak sebagai bayangan panorama yang melewati mata kalbunya, Dirinya seperti mendapat pantulan dari buku besar Agna Sandhani, dimana segala perbuatan atau pikran selama kehidupannya, seperti cermin yang dipantulkan kembali, rasukan kedalam sebagai ingatan diperlukan karena rekaman tindakan selama hidup sebagai manusia memang ditunggu oleh rohnya di daerah astral. Kebaikan dan keburukan yang dialami selama menjelang kematian bukanlah hukuman, semua adalah hasil kerja perbuatan sendiri selama hidup, sebagai bagian dari hukum karma ( manusai akan menerima dan mempertanggung jawabkan akibat dari semua perbuatannya ).
            Ketika Prana atau napas atau kekuatan hidup telah hilang dari badan kasar, semua yang pernah dimiliki akan hilang, isinya pindah ke badab halus, badan jasmani atau badan kasa rseolah menjadi sebuah baju yang ditanggalkan dan tidak dipakai lagi. Keadaan ini tidak segera di sadari oleh manusai yang telah berbadan halus, hal ini karena sifat kebiasaan dan juga nafsu kesenangannya ikut berpindah ke badan halusnya. Pada saaat bangun dari tidur kematian selam 3 hari, dia masih belum merasa kehilangan badan kasarnya, tindak tanduknya masih menyerupai ketika dia hidup, setelah 7 hari barulah badan halus akan mengalami perubahan besar, lepasnya lapisan kulit halus dari kulit kasar menyebabkan semua aliran magnetisme bumi yang mengikat pada badan halus ke dunia nyata berhenti secara total. Badan halus hanya akan menerima magnetisme astral (dunia halus) yang menyebabkan dari hari ke hari menjadi semakin dingin, akhirnya sesuai dengan hokum karma, badan halus ini akan berubah bentuk sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya ketika hidup di dunia nyata.
            Dalam proses ini badan halus diubah dan dibentuk melalui pemurnian pikiran secara paksa. Berdasarkan hokum alam yang tidak berubah, keadaan ini hamper sama dengan keadaan manusia yang jatuh ke air dan mencoba untuk mencapai tepi daratan dengan berenang demi keselamatan dirinya. Hukum ala mini yang memaksakan roh dalam badan halus menyadari bahwa dirinya tidak lagi memiliki badan sebagai manusia. Bagi manusia yang semasa hidupnya bertingkah laku baik, proses perubahan ini dinamakan Iyatama yaitu badan halus berubah menjadi bentuk yang sesuai untuk bertempat tinggal di dunia roh halus atau dunia kelangitan. Roh yang badan halusnya telah bebas dari hawa nafsu dan kesenangan dinamakan Moksha, dan roh ini menuju ke kelangitan pertama.
            Proses perubahan badan halus dari manusia yang selama hidup berbuat jahat dinamakan Dhruwan yaitu badan halus  akan berubah bentuk aksar, roh dengan badan halus yang “kasar” leboh cocok untuk tinggal di lingkungan Naraka ( suatu lingkungan yang digambarkan memiliki kedudukan lebih rendah dari bumi tempat kehidupan nyata ). Terdapatroh-roh yang terlalu baik untuk menempati daerah neraka, namun belum cukup baik untuk memasuki lapisan pertama  Kamaloka (kelangitan ). Ada juga roh yang masih ingin tinggal di bumi yang sukar ditinggalkannya. Dalam kejadian ini, badan halus tidak akan mengalami perubahan, sebagaimana yang dijelaskan diatas, tetapi akan tetap berada dlam wujud biasa. Badan halus tersebut baru dapat meninggalkan dunia dengan cara menghilangkan keinginan atau nafsu yang mengikatnya sehingga sesuai untuk bertempat tinggal di Kamaloka. Perubahan badan halus pada roh semacam itu berjalan lambat, yaitu sekitar 30 tahun, sebenarnya perubahan badan halus sudah dimulai ketika manusia masih hidup, perubahan badan halus tersebut tampak pada badan kasarnya.
            Tiap nafsu dan keinginan akan membawa tanda-tanda pengenal tersendiri, secara perlahan tanda pengenal ini akan tampak dan dengan garis-garis yang nyata akhirnya menjadi tanda yang tetap bagi seluruh tubuh yang menggambarkan nafsu dan keinginan itu.  Perbuatan yang telah dan akan dijalankan manusia juga terlihat dalam gerak-gerik badannya ataupun nada bicaranya. Nafsu dan keinginan ini selalu membentuk diri manusia karena jiwa yang dijalankan oleh nafsu dan keinginan akan diubah menjadi bentuk fisik manusia. Oleh karena itu bisa disebut badan manusia adalah gambaran jiwa. Jiwa kebinatangan mengubah manusia dan badan manusia menyesuaikan diri denga jiwa tersebut. Kemaksiatan dan kejahatan adalah penyebab yang membentuk garis – garis menyeramkan pada wajah manusia yang dapat dilihat oleh semua orang. Akan tetapi kebaikan juga dapat mengubah bentuk muka manusia yang buruk menjadi tampak menarik
            Oleh karena itu setelah kematian manusia maka badan halus akan mempunyai bentuk yang sama ketika badannya masih hidup dan mempunyai sifat yang sama yang dibentuk oleh nafsu dan keinginannya. Semasa hidup karena ajaran dan pendidikan, manusia berusaha menyembunyikan sifat yang sebenarnya, disebabkan hokum karma maka setelah kematiannya dan kebangkitan kembali, rohnya akan menyatu kembali dengan pikiran dan kemauan sehingga menjadi satu kesatuan. Dalam dunia halus(astral), semua kekuatan yang ada lebih kuat dari kekuatan badan halusnya, oleh karena itu, manusia akan memperlihatkan sifat sesungguhnya tanpa malu-malu, bilamana manusia itu memiliki sifat buruk maka keburukan ini akan di pancarkan keluar melalui badan halus dan perbuatannya, dalam dunia halus tiap roh akan berbuat sesuai sifatnya.
Bagi manusia yang baik, karena keadaan terpaksa berbuat jahat, tidak akan menampakkan keburukan. Sifat aslinyalah yang di tunjukkan, oelh hokum karma , keburukannya dihapus dan akan menunjukkan sifat murninya, semuanya akan tampak dalam gerakan badan halusnya, edngan demikian melalui badan halus setelah kematian dan kebangkitan, roh akan tampak seperti sifat asli seseorang.
            Bagaimana bila roh yang jahat dan roh yang bai,k bertemu ? dalam hokum karma , roh sesudah perubahan badan halus seakan dipaksa untuk sukarela berpindah ke daerah yang sesuai dengan sifat dan kelakuannya. Hukum karma bekerja untuk mengubah badan halus seseorang sesuai dengan gambaran yang dibuat oleh manusia ketika ia masih hidup. Dan hokum karma ini sangat kuat sehingga menempatkan tiap manusia pada tempat yang seharusnya, dan akibat dari hokum ini, kelahiran kembali memberi kesempatan kepada setiap manusia untuk memperbaiki dirinya dan juga untuk melakukan perjalanan yang panjang untuk sampai ke daerah di kelangitan pertama, demikianlah manusia dinilai sesuadah kematiannya.
            Roh tidak akan langsung menghadap Tuhan, tetapi mereka harus melewati saringan dan hukuman yang mengikuti hukum, sebab dan akibat, dan darisinilah manusia menentukan nasib dan kebahagiaannya sendiri. Badan halus sesuadah mengalami perubahan dapat menjadi indah, halus, ringan namun juga dapat sebaliknya. Ketika roh meninggalkan alam nyata akan tergantung dari derajat kehidupan badan halusnya, bila badan halus tiba dalam keadaan Iyatana maka rohnya akan “terbang”menuju wilayah di kelangitan ke tujuh. Bila badan halus berada dalam keadaan Dhruwan maka badan halus beserta rohnya akan masuk ke wilayah neraka karena lapisan hawa yang menahan berat roh ini.
Ada juga keadaan yang lebih tinggi dari Moksha, yaitu bila roh dapat mencapai lapisan langit yang keempat, yang kemudian sampai didaerah langit yang kelima. Disini, roh dalam badan halus berubah dari “rupa” ke “arupa”. Keadaan ini dinamakan Saiyadiyam, yaitu mencapai satu kiesatuan dengan Tuhan. Bilamana roh telah sampai dalam keadaan ini maka setelah kematian dalam wujudnya akan sampai pada daerah di kelangitan kelima, dan jiwanya telah murni atau”arupa”. Roh-roh dari daerah “arupa” ini dikirim kemabli ke bumi melalui proses kelahiran kembali, dan dalam proses ini mereka dilahirkan kembali sebagai manusia dan seperti manusia biasa, mempunyai badan hidup dan jiwa kebinatangan, bila sudah mencapai umur dewasa, melalui sebuah proses akan menanggalkan jiwa kebinatangannya yang hanya diketahui oleh mereka sendiri, dan selanjutnya bersama dengan roh keluhuran yang mulia, mereka didunia dalam keadaan suci dan bebas dari nafsu, kesenangan, dan keinginan. Keadaan ini dinamakan Muti dan mereka dapat berkomunikasi dengan daerah halus dan daerah roh, hal ini terjadi karena rohnya tidak mengalami hambatan dan bebas untuk meninggalkan badannya untuk beberpa waktu. Manusia-manusia semacam ini menyadari keadaaanya dan jarang meninggalkan tempat tinggalnya, mereka bebas dari penyakit dan kesedihan.
            Tujuan hidup orang dengan roh dari daerah “arupa” adalah untuk menolong orang lain, dan orang ini memiliki kekuatan dan kemampuan yang tidak mungkin dilakukan olehnya pada kehidupan sebelumnya. Kemampuan istimewa ini juga tidak dimiliki oleh orang pada umumnya, bila tugasnya di bumi selesai maka rohnya akan meninggalkan badan keduniawiannya dan akan berada kembali dalam keadaan Saiyadiyam untuk kembali lagi ke daerah kelangitan.
Roh tertinggi mendapat tempat di kelangitan ke tujuh, mereka dikirim ke bumi sebagai manusia terpilih, menggunakan badan wujud keduniaan untuk mengajarkan agama di dunia, akan meninggalkannya kembali bila tugasnya di bumi sudah selesai, dan kembali lagi ke langit ke tujuh. Roh para “utusan” tidak akan dilahirkan kembali di bumi, mereka menjadi roh utama dilangit ke tujuh yang dinamakan Wikhonddham, yaitu Kesempurnaan yang paling sempurna.

(11) Keadaan di Naraka 

Roh badan astral dari orang yang mati dalam keadaan Dhruwan tidak dapat memasuki daerah kamaloka, roh tersebut akan tergiring masuk ke dalam lingkungan di Naraka yang sesuai untuk menampung badan halusnya.

Roh dalam 7 Lingkungan Naraka
Lingkungan dalam Naraka terdiri dari 7 jenis, yaitu lingkungan ke 7, 6 dan 5 secara keseluruhan adalah lingkungan “nafsu” dan “kesenangan” yang dinamakan juga “nerakanya Naraka”. Disana tinggal roh-roh manusia yang memiliki sifat kebinatangan, roh yang tinggal disini merupaakan roh manusia yang derajatnya paling rendah.
Naraka ke 7 ditempati para pembunuh yang melakukan kejahatan berencana dengan maksud mencari keuntungan, termasuk mereka yang menghuni naraka ke 7 adalah orang yang memilih kejahatan sebagai pilihannya, diantaranya adalah para pencuri.
Bola atau lingkungan ke 6 naraka ditempati roh-roh dari orang yang ketagihan madat, termasuk juga golongan ini adalah manusia yang mengumbar hawa nafsu dan kesenangan, mereka adalah orang yang sewaktu semasa hidup telah memilih untuk membiasakan diri hidup buruk.
Bola ke 5  ditempati roh-roh dari manusia yang semasa hidupnya menjalankan kehidupan bengis dan kasar, mereka tidak mengenal sifat baik dan hanya mencari kesenangan untuk mengumbar nafsu kebinatangannya dan pada saat kematiannya tidak mengubah sifat-sifatnya, dan setelah kematiannya roh ini akan merana karena telah kehilangan bentuk badaniahnya, dengan demikian mereka tidak dapat lagi mengumbar hawa nafsunya, keadaan mereka seperti orang yang memakai obat bius dan secara tiba-tiba harus berhenti, roh-roh ini secara terus menerus merasakan kesengsaraannya.
Sebenarnya istilah “kehilangan” kesenangan mereka tidaklah tepat, karena pengalaman hidup di naraka adalah merupakan hasil perbuatannya sendiri semasa hidupnya berperilaku buruk, inilah hokum alam baka bahwa perilaku buruk akan menghasilkan akibat buruk bagi pelakunya, dan setelah kematiannya bila nafsu dan keinginannya telah padam maka badan halus juga akan terasa ringan dan memnuhi syarat untuk dilahirkan kembali sebagai manusia, oleh karena hukum karma, hal yang sama menimpa roh halus yang menghuni lingkungan Naraka yang lain.
Bola Naraka ke 4 di tempati oleh makhluk-makhluk halus dari manusia yang selama hidupnya hanya mengenal kepentingannya sendiri dan memiliki sifat rendah, selalu merugikan orang lain, tidak perduli terhadap kesenian, ilmu pengetahuan dan hanya mengahbiskan waktu untuk mengobrol kesana sini tanpa tujuan, senang membicarakan orang lain, atau mencelakakan orang lain, pembohong, dan mereka selalu melihat bayangan dari roang-orang yang dirugikan oleh perbuatannya, bayangan itu begitu kerasnya sehingga menimbulkan penyesalan tiada henti.
Bola atau lingkungan Naraka ke 3 ditempati oleh roh-roh orang yang semasa hidupnya menjadi manusia fanatic atau keras meskipun dalam kehidupan sehari-hari kelakuannya baik, dalam melakukan ibadah mereka menyimpang sehingga menjadikannya egois, serta berpandangan sempit terhadap orang-orang di sekitarnya. Ketika hidup di dunia mereka selalu berbicara Naraka dan dosa serta menuduh orang disekitarnya tidak beragama, dengan selimut keshalehan mereka berbuat tidak senonoh, mulutnya selalu menyebut nama Tuhan namun hatinya iblis, mereka memandang agama hanya sebagai kepercayaan yang daapt memberi keuntungan bagi dirinya.
Bola atau lingkungan naraka ke 2 ditempati roh yang ketika semasa hidupnya mengembangkan pikiran hanya untuk kepentingan dunia semata, kemampuannya hanya untuk mengejar duniawi saja, materialistis, merek tidak percaya Tuhan dan utusannya, roh ini bisa segera dibebaskan dari jalan menyimpang karena sebagai roh dapat segera melihat akibat yang diderita oleh yang lain. Merka di taruh di naraka ke 2 agar untuk menginsyafkan dari pikiran menyimpangnya, karena sebebnarnya pikiran mereka berkembang dengan baik, dan setelah insyaf badan halusnya menjadi lebih ringan sehingga dapat mudah mencapai bumi untuk memberi pertolongan pada orang yang membutuhkan, dengan keinsyafannya mereka mencoba menyadarkan orang-orang di bumi menuju jalan yang baik.
Roh-roh ini juga menempati lingkungan Naraka pertama, ke2, ke 3 dan ke 4 dapat kembali ke bumi untuk memberi tahu manusia mengenai datangnya suatu bencana dan disampaikan melalui mimpi dan dialami pukul 02.00 hingga 06.00 dan ini disebut Daradasih, yaitu karena jiwa meninggalkan badan dan bertemu dengan roh yang kembali ke bumi dari lingkungan naraka, para roh dari naraka juga dapat memberi peringatan menggunakan “medium” yaitu orang yang dijadikan sarana oleh roh untuk menyampaikan berita. Bila roh-roh yang berdiam di naraka ke 2 mampu melihat kesalahan  yang telah dibuatnya dan memperbaikinya mereka akan bahagia tinggal disana. Bagi mereka yang telah menyadari kesalahannya, tinggal dilingkungan pertama Naraka, Lingkungan pertama adalah bumi tempat kita berdiam, ditempat ini roh berdiam dalam bahasa kehidupannya dan oleh hukum karma diberikan kesempatan untuk mengambangkan dirinya untuk menjadi lebih tinggi lagi, dengan cara ini akan dilahirkan kembali dan akan terus-menerus demikian sehingga setelah kematiannya akan berdiam di tempat hunian roh-roh (Kamaloka). Roh tidak perlu mendiami semua lingkungan Naraka, roh yang telah dilahirkan kembali sebagai manusia, setelah kematiannya akan menempati lingkungan yang sesuai dengan perilakunya di bumi setelah kelahiran kembali tersebut
Bumi dan Kematian
Selama bediam di bumi atau neraka pertama, para roh dimana jiwa masih terikat pada badannya, jiwanya masih mencari kesana kesini tanpa tujuan, roh akan berkelana hingga akhirnya kulit halus(wethala) tidak dapat menjalankan fungsinya lagi, setelah sekian lama, badan halus akan bersatu lagi dengan rohnya dan dalam 4 hari sesuadah pertemuan ini, akan dilahirkan kembali sebagai manusia.
Roh-roh yang telah dilahirkan kembali, setelah kematiannya menjadi 2 jenis. Pertama, roh sebagai manusia yang tidak mengumbar nafsunya dan sesuai cara hidupnya, kemudian ditempatkan disalah satu dari 7 bola atau lingkungan dari dunia roh halus (kamaloka). Kedua, kemungkinan roh akan ditempatkan dilingkungan kedua, ketiga atau keempat Naraka. Mereka yang semasa hidup mengumbar nafsu habis-habisan akan tinggal di lingkungan Naraka ke 5, keenam atau ketujuh, bagi mereka yang mengumbar nafsu, akan direnggut dari tidur kematiannya.
Setelah kematian seseorang karena roh terikat pada kulitnya dan tidak dapat melepaskan dirinya sebelum tali jiwa di putus, rohnya akan berkelanan dan hanya berhubungan dengan roh kebinatangannya melalui tali jiwanya, dan disebut roh”tanpa jiwa”, dan ini dapat dipengaruhi oleh pikiran buruk atau mantra yang menyebabkan roh menjadi hantu atau sebaliknya dapat dipengaruhi oleh pikiran yang baik. Bila la kulitnya tua maka roh dan jiwanya akan bersatu lagi, setelah bersatu selama 4 hari rohnya akan berada dalam lingkungan yang sesuai dengan badan halusnya.
Bagaimana roh dari orang yang belajar ilmu hitam ? sebenarnya mereka sudah mengetahui bila ia mati, mereka tidak dapat menunda atau hindari akibat yang akan diterimanya, oleh karena itu, jalan satu-satunya adalah mencoba mempraktikkan ilmunya terhadap dirinya sendiri, dan setelah kematiannya maka badan berada dalam keadaan mati suri, selama itu badan tidak dapat hancu dan hukum karma tidak akan berpengaruh terhadapnya, bila ia meninggal, badannya tidak “rusak” sehingga kulit halusnya dipaksa untuk tetap berfungsi. Roh akan tetap terikat dibumi, sedangkan badannya akan berada dalam keadaan tidak sadar, dalam keadaan dimana badan keduniawiaan berusaha agar tetap hidup, diperlukan zat-zat kehidupan, dan ini diperoleh dari dengan menghisap darah dari orang yang sedang tidur untuk dialirkan kedalam badannya, hantu demikian dinamakan hantu penghisap darah dan banyak melakukan kejahatan dengan memanfaatkan mantra ilmu hitam. Dan ini berada dalam kuburan kering, dalam kondisi mati suri dan berlangsung lama hingga akhirnya selaput keduanya (kulit halus) tidak berfungsi lagi, badannya hancur menjadi tanah. Sesungguhnya setalh 7 hari kematian, rohnya dipaksa meninggalkan bumi dan tunduk pada hukum karma  dan salah astu cara agar mau meninggalkan dunia adalah mengeluarkan jasadnya dari kubur dan membakarnya, dan umumnya badan mati suri yang dikeluarkan dari kubur tergenang darah. Setelah dibakar jasadnya , barulah proses hukum karma berlaku dan sebagai akibat menahan hukum karma terlalu lama badan halusnya akan masuk lingkungan ke 7 Naraka dalam keadaan lumpuh dan tidak berdaya, karena lumpuh maka mereka merangkak selama berabad-abadsebelum sampai kediamannya di Naraka, dan diperlukan menunggu berabda-abad lagi untuk menunggu kelahirannya kembali sebagai manusia.
Makhluk celaka demikian disisa waktu dariKalpa (waktu beribu-ribu tahun menurut perhitungan dunia) akan tetap tinggal di Naraka yang ke 7, kemajuan menuju kebaikan sangat lambat
Keadaan naraka
Sebagai bagian dari hukum karma, roh dalam lingkungan naraka mengalami perubahan sebagai berikut. Apa yang dikerjakan oleh manusia selam ini akan menentukan keberadaan badan halusnya setelah kematian. Kejadian tidak menyenangkan yang terjadi di narka adalah karena roh tidak menanggalkan sifat buruknyadan akan selalu mencoba untuk memuaskan nafsu dan kesenangannya, bila bisa menanggalkan maka keadaan di naraka tidak yang tidak menyenangkan akan berhenti dengan sendirinya.
Karea hukum karma maka roh di Naraka akan diajarkan untuk menghilangkan nafsu kebinatangannya, bila sudah dalam demikian jauh maka nafsu dan keinginan akan berhenti dan badan halusnya mati untuk dilahirkan kembali sebagai manusia dan ini adalah kesempatan untuk melaksanakan kehidupan yang lebih baik.
Keenam lingkungan Naraka bagian bawah, masing-masing dibagi menjadi lima bagian daratan, seperti hunian dibumi. Dalam setiap lingkungan juga seperti di bumi, akan terjadi sore dan malam hari, disebabkan oleh kegelapan yang ada, keadaan disana sanagt buruk, air yang ada di danau dan sungai dalam keadaan kotor, tanahnya lembab, basah dan berbau busuk. Burung yang ada disana adalah burung malam pemangsa, binatang berkaki empat dan melata adalah binatang  yang ada di bumi, hanya saja dising hari mereka bersembunyi dan malam hari mencari mangsa, serangga juga hanya terbang dimalam hari, binatang buas sering menyerang, merusak dan memangsa penghuni neraka. Karena badan halus adalah badan yang berkeinginan dan nafsu artinya, dapat hidup dan mati, maka mahkluk-mahkluk halus disana juga dapat mati karena perbuatan kekerasan.
Karena menurut hukum roh akan abadi maka 3 hari setelah kematian tersebut badan halusnya harus dihidupkan lagi, seluruh luka sembuh, ini akan berlaku untuk pakaian yang dipakai roh halus di neraka, bila pakaiannya terpotong-potong maka lubang akibat potongan tersebut dengan sendirinya akan menutup, seperti keadaan sebelumnya..
Wujud roh, melalui badan halusnya, di naraka mencerminkan nafsu, keinginan, dan kesenangan yang ada pada padanya, oleh karena itu roh halus yang ada disana akan berwujud sebagai mahkluk yang mengerikan dan dinamakan setan. Roh-roh halus yang di neraka ini berdiam di celah-celah rumah yang hamper ambruk, seperti orang kere di kota besar, dank arena panca indera dari setan lebih tajam maka kesenangan atau kesusahan yang dialami akan memberikan kesan yang jauh lebih mendalam daripad di bumi, dan setan dalam naraka tidak memiliki “rasa bersalah”, karena sesuai hukum karma, rasa bersalah akan menyebabkan dilahirkan kembali ke bumi. Setan di naraka tidak pernah menyesalsehingga tidak dilahirkan kembali ke bumi, sebagaimana manusia. Akakn tetapi kesenangan disini berbentuk kasar dan tidak beradab, pengaturan roh-roh halus di Naraka dilakukan oleh malaikat yang juga akan menentukan kapan roh dapa tdilahirkan kembali, dan pengaturan oleh malaikat hanya bersifat sementara, penghuni narka selalu dilanda “ketakutan”  seperti orang jahat di bumi takut pada penjara maka penghuni naraka juga takut pada hukum karma.  
(12) Keadaan Dunia Roh

            Dalam waktu 7 hari setelah seseorang meninggal, roh dan badan halusnya akan menuju ke dunia lain, dan dalam badan halusnya roh mempunyai kemampuan melayang dan ini tergantung derajat berat ringannya badan halus. Roh akan melayang sedemikian tinggi hingga akhirnya akan masuk ke salah satu lingkungan dalam Kamaloka atau dunia roh, dan berat ringannya badan halus akan menentukan jenis lingkungan (bola) dunia roh halus yang sesuai.
            Terdapat 7 lingkungan yang dihuni oleh makhluk halus, dalam lingkungan tersebut , roh belum dapat meninggalkan seluruh nafsu, keinginan, dan kesenangan, akan tetapi mereka telah mengetahui baik buruk prilakunya, dalam kehidupan sebagai manusia mereka telah mencoba menghilangkan sifat-sifat buruk tersebut, namun belum berhasil seluruhnya. Derajat kesempurnaan yang telah dicapai sebagi manusia akan menentukan tinggi rendahnya lingkungan yang akan dihuni, ditempat tersebut juga tinggal roh-roh halus dari manusia yang semasa hidup hanya dipengaruhi sedikit nafsu dari keinginan dan kesenangan, oleh karena itu roh-roh itu akan bergerak dari bola bagian bawah ke arah atas yang paling sesuai dengan perkembangan dan derajat kesempurnaannya, jadi disini juga berlaku hukum karma.
            Dalam bola pertama berdiam roh-roh yang semasa hidupnya sebagai manusia dikaruniai kepandaian, hanya saja kepandaian tersebut hanya dimanfaatkan untuk diri sendiri, mencapai kemakmuran tanpa peduli manusia lainnya.
            Dilingkungan ke dua bertempat tinggal roh-roh yang dikaruniai kepandaian dan mengatur dirinya sesuai pemikiran bersama dalam hidupnya sebagai manusia
            Dilingkungan ketiga bertempat tinggal roh-roh dari manusia yang dikaruniai kepandaian namun memanfaatkan nya untuk mencari ketenaran diri semata.
Dilingkungan keempat bertempat tinggal roh-roh yang berbakat dengan kepandaian demi kepentingannya sendiri.
            Dilingkungan kelima bertempat tinggal roh yang dari manusia yang berbakat dengan kepintaran yang murni dan sebagai manusia menjalankan hidup bersihtanpa mementingkan diri sendiri dengan menolong orang lain.
            Dilingkungan keenam bertempat tinggal roh-roh dari manusia dengan kepandaian sempurna dengan kepandaian, menjalankan hidup baik murni dan murni dan menghambakan hidupnya demi kepentingan orang lain.
            Dilingkungan ketujuh bertempat itnggal roh-roh dari manusia dengan kepandaian yang sempurna dan sesuai untuk memberi pelajaran kepada orang banyak, sebagai manusia dia banyak berkorban untuk orang banyak agar orang lain tidak berbuat jahat. Roh-roh di lingkungan ke 7 sebenarnya telah mendapat anugerah dari swarga (surga), mereka hidup di dunia roh tertinggi untuk mempersiapkan kematiannya yang kedua agar dapat menanggalkan badan halus atau jiwa kebinatangannya
            Terdapat manusia yang memanfaatkan kekeuatan terpendamnya untuk kepentingan kebaikan manusia “ilmu putih” dan dapat dipakai untuk mati suri, dan saat itu roh dapat melakukan penyelidikan ke dunia halus para roh, seseorang yang menjalankan hidup penuh kesucian  dan hidup menyendiri telah mendapat rahmat kesurgaan, dan dengan kekuatan terpendamnya mereka dapat berdiam dalam waktu yang lama di bumi untuk melayani kepentingan orang-orang yang ada. Tujuh hari setelah kematiannya, rohnya akan mencapai langit atau lingkungan ke 7 dan disini roh melakukan persiapan untuk berpindah ke kelangitan yang pertama
            Kondisi dalam dunia roh lebih menyenangkan dari pada di bumi, kebahagiaan dalam dunia roh disini disebabkan karena roh-roh halus lebih mudah bergerak, pancaindera dan pikirannya menjadi lebih tajam dan berkembang. Karena disini hubungan antara pikiran dan kemauan bersifat murni maka semua hal yang sifatnya mengganggu, seperti basa basi, malu, ketakutan dan berpura-pura akan hilang sehingga tiap roh akan bertindak seperti apa adanya ( yang ada pada roh adalah Kebenaran)
            Karena keadaan ini maka roh tidak dapat berbuat dosa meskipun nafsu, kepentingan dan keinginannya di dunia roh belum hilang sama sekali, segala nafsu dan keinginan baru akan hilang bila roh berada dalam peralihan ke daerah yang sama dengan bumi yang terletak di lapisan langit pertama, ditempat hunian, roh-roh harus belajar untuk pekerjaan yang akan dilakukan kemudian di dunia kelangitan.
            Dunia roh dalam hal ini dapat dianggap sebagai kawah pendidikan  tertinggi roh, dimana roh diberi pelajaran untuk melakukan sesuatu yang lebih tinggi. Dibeberapa bagian kediaman roh-roh, ada perpustakaan berikut buku-bukunya yang berisi masalah dan persoalan yang belum dikenal di bumi untuk kemudian hari akan disiarkan di sana oleh roh yang akan ditunjuk. Bila roh sudah menjalani dan menamatkan suatu kelas maka ia akan dilahirkan kembali sebagai manusia untuk menyebarluaskan di bumi apa yang telah dipelajari, dengan cara ini secara bertingkat ia dapat menyebarkan ilmunya dibumi secara terus-menerus akan dilakukan kembali untuk menyebarkan ilmu yang lebih tinggi lagi bila ia dilahirkan kembali sebagai manusia . APapbila dengan cara menyebarkan ilmu di bumi tidak berhasil maka manusia ini setelah kematioannya akan berada kembali di lingkungan dimana ia dulunya berada. Dengan pengalamannya dibumi semula, ia akan lebih mudah belajar untuk menjalankan tugas berikutnya. Smeua yang dipelajari dan dilakukan oleh manusia sewaktu hidup di bumi, dalam dunia roh akan terus dikembangkan sehingga ia akan lebih maju, dan hidup di dunia roh hampir sama dengan hidupdi bumi, untuk roh menjadi 365% lebih ringan. Perbandingan ini juga berlaku dalam hal kemampuan untuk melakukan sesuatu, seperti penglihatan, pendengaran, perasaan, gerakan dari imamnya, dan semua yang berhubungan dengan penghidupan roh-roh
            Walau di tempat hunian, roh-roh berjalan lebih cepat  daripada di bumi, waktu 1 hari di dunia roh sama dengan waktu 1 tahun matahari dibumi, meski demikian percepatan waktu di dunia roh tidak dapat diterangkan, apa yang dinyatakan kekal di bumi, didunia roh menjadi “waktu sekarang”
            Badan halus dalam dunia roh halus sama dengan badan dari manusia yaitu dari zat padat, namun lebih halus dan dari sifat yang berlawanan. Tanpa memiliki kemampuan khusus, manusia berbadan kasar tidak dapat melihat roh halus, juga roh halus dari lingkungan yang rendah tidak dapat melihat tidak dapa tmelihat roh halus dari lingkungan yang lebih tinggi sebelum roh yang lebih tinggi menyelimuti roh yang rendahdengan auranya. Roh didunia, roh menjalani kehidupan seperti dibumi dan jga melakukan kesenangan antar sesamanya, mereka mempunyai kekautan untuk mewujudkan apa yang sedang dipikirkan atau yang sedang diinginkan dan diperlukan. Dengan cara ini, pakaian yang dipakai diciptakan melalui pikirannya, kemauan dalam pikirannya sendiri dapat menciptakan sesuatu yang diinginkan, cara menciptakan ini menjadi salah satu dan kebahagiaannya, jika barang yang diinginkan tidak diperlukan lagi maka barang tersebut akan lenyap, percakapan diantara para roh dilakukan melalui jalan pikirannya, cara berpikir dalam daerah halus merupakan latihan yang berat seperti juga menguasai pikiran sebagai manusia .
            Tiap pikiran adalah bentuk di dunia halus disebabkan daerah halus adalah dunia pikiran, sebagaimana seorang anak dibumi yang harus belajar bicara, maka tiap roh halus yang berasal dari badan keduniawian harus belajar untuk menggunakan pikirannya sebagai alat bicara.
            Mereka juga harus belajar untuk melihat dengan baik, pada awalnya semua yang mereka lihat tampak sebagai kabut, demikian pula pikirannya, pada awalnya pada awalnya tampak semua sebagia kabur. Bila roh sudah biasa memersatukan pikirannya untuk mewujudkan sesuatu maka bentuk tersebut terwujud, seperti zat ether yang menebal. Berwujud nya pikiran disebabkan dikelilinginya buah pikiran oleh aura jiwa. Demikian jug yang terjadi bila melihat sesuatu, roh perlu melihat benda-benda berwujud, baik jarak jauh maupun pendek agar jiwanya dapat dikelilingi oleh aura.
            Roh halus makan minum sesuai dengan ketika mereka hidup dibumi, karena makanan yang dimakan oleh roh-roh adalah makan yang ada dibumi. Jatuhnya buh yang belum matang dari pohon atau matinya tumbuh-tumbuhan sebelum waktunya adalah karena dimakan oleh roh halus.
            Bila roh sudah mencapai daerah astral maka badannya dihidupkan oleh 7 unsur, yang dilakukan oleh jiwa hanya mengambil pernafasan untuk mengambil magnet astralnya. Dengan cra ini roh mengambil energi dan kekuatan untuk mewujudkan buah pikirannya, bila roh halus dalam lingkungannya ingin bergerak maka buah pikiran membentuk tempat yang dikehendaki, cukup dengan berpikir saja . Mereka akan berpindah sesuai dengan kecepatan buah pikirannya. Daya cipta roh-roh ini dapat berkembang sedemikian rupa sehingga dengan mewujudkan buah pikirannya saja dapat memberi peringatan kepda seorang manusia di bumi. Merek juga dapat mengirimkan buah pikirannya dan merasuk kepada orang yang hidup dibumu, roh yang dimasa hidupnya pernah menjalankan pembunuhan, dengan buah pikirannya yang keras dapat mewujudkan sejenak. Daya lihat roh jauh lebih tajam, lebih jauh dari manusai dan dapat menembus barang-barang yang padat. Sebuah benda boleh dikata dapat dilihat dari semua sudut, bagian dalamnya juga dapat kelihatan dengan jelas seperti bagian luarnya, karena dari daerah astral dapat melihat semua kejdian di bumi maka penglihatan jauh dari sebuah roh yang baru bangun dari mati surinya akan mengalami kesukaran untuk mengerti apa yang dilihatnya.
            Dengan beebrpa persyaratan, roh yang telah berkembang dengan pikirannya saja dapat mewujudkan badan halusnya supaya tampak dalam sekejap. Hal ini dapat dilakukan tanpa perantaraan, roh berubah menjadi manusia, dapat berbicara atau menampakkan diri, mengeluarkan bunyi-bunyian atau membuat tulisan yang tampak. Roh-roh dari kalangan yang lebih tinggi dapat mengadakan hubungan dengan roh-roh dari kalangan rendah, akan tetapi sebaliknya roh dari kalangan yang lebih rendah tidak dapat berhubungan dengan roh dari kalangan yang lebih tinggi.
            Untuk roh-roh yang berdiam dilingkungan kelima dan keenam, sulit untuk mengunjungi lingkungan roh di bawahnya karena keringanan tubuhnya menyebabkan sulit untuk turun, roh-roh yang tinggal dilingkungan yang ke 7, yang menuju ke dunia kelangitan, tidak dapat lagi mengunjungi bumi karena lingkungan mereka tidak mempunyai hubungan sama sekali dengan bumi.
            Karena ke 7 lingkungan hunian roh adalah pencerminan dari bumi maka keadaan disana sama dengan yang di bumi, tiap lingkungan hunian dibagi sama sesuai dengan bumi, yaitu dalam 5 bagian dimana 5 golongan bangsa berada. Tiap bagian dibagi lagi kedalam beberapa Negara dan bahasa, seperti yang ada di bumi. Tiap Negara mempunyai kota, desa dan kampong, seperti yang ada di bumi, dan tiap tempat dibagi lagi ke dalam golongan sesuai dengan tingkat di masyarakat dan kelompok keluarga, seperti di bumi. Cahaya di dunia astral lebih lembut daripada di bumi, tidak menyebabkan dingin atau panas, disana juga tidak ada perubahan suhu. Cahaya matahari yang dipantulkan ke dunai roh tidak membedakan antara siang dan malam, tetapi memberika cahaya yang tidak menyilaukan pandangan. Selanjutnya ditemukan didaerah astral gunung, bukit, laut, danau, sungai, rawa, hutan, kebun dan lainnya, seperti di bumi sesuai bentuk dan tempat di bumi.
            Semua dipantulkan kembali, juga gedung,, rumah dan barang-barang, dibuat seperti yang ada di bumi, disana juga terdpat “pantulan barang dan benda yang pernah dibuat, namun sudah tidak ada dibumi. Pemerintahan terhadap 7 bola atau lingkungannya ditugaskan kepada roh tertinggi yang berasal dari daerah “arupa”, sedangkan pengawasan terhadap kelompok-kelompok dari roh halus akan dilakukan oleh para roh tertinggi dari jenis yang sama, seperti roh-roh yang ada. Roh tertinggi ini memberi pelajaran terhadap roh-roh halus pada waktu tertentu dan juga menentukan kelahiran kembali dari roh.


(13)  Keadaaan di Swarga

Seseorang yang meninggal pada hari ke tujuh setelah kematiannya , ada yang rohnya dalam keadaan Moksha, terbebas dari nafsu, kemauan dan keinginan dan memungkinkan roh dan badan halusnya berada pada lingkungan bola ke tujuh dalam alam roh, dan ini merupakan lingkungan peralihan ke kelangitan pertama.
Setelah melewati waktu persiapan selama 33 hari, yaitu 40 hari matinya badan kasar, badan halusnya akan binasa. Roh bersama-sama badan kerohaniannya akan tiba di daerah sejenis bumi yang terletak di lapisan pertama dan disanalah mereka menjadi roh tertinggi atau roh kahayangan. Berdasar kecakapannya, mereka akan diberi tugas untuk membantu mengatur alam semesta dan diangkat lagi ke lapisan yang lebih tinggi berdasarkan tingkat kecakapannya. Semuanya akan diatur oleh hukum alam yang tetap dimana roh kahayangan, seperti juga roh yang berada dialam roh yang akan menempatkan diri sesuai dengan kecakapannya, mereka akan di tempatkan di area tujuh bagian kelangitan, penempatannya ditentukan oleh keberadaannya ketika berada dialam roh saat dilingkungan bumi .
Karena dialam nyata manusia diciptakan untuk meemrintah bangsanya sendiri didunia, roh halus di kelangitan juga seperti itu. Roh kahayangan . yang dengan maksud tertentu menampakkan diri di alam nyata, penampakannya hanya di tujukan kepada manusia satu jenis ras atau suku, atau bangsa yang sama. Mereka juga berbicara sesuai daerah asal atau bangsa ketika mereka hidup sebagai manusia dialam nyata, dengan demikian, roh leluhur pelindung kita berasal dari bangsa diri kita juga. Tiap bagian kelompok benda yang kita lihat menyerupai “seseorang yang berdiri”. Tatanan ditiap bagian langit akan sama diseluruh alam semesta , langit dibagi menjadi tujuh bagian dimana masing-masing bagian dihuni oleh roh kahayangan yang sesuai dengan sifat ketika mereka masih hidup sebagai manusia.
Kelompok tersebut adalah :
  1.  
    1. Yang mengutamakan ilmu dan kebijaksanaan
    2. Yang mengutamakan kemampuan tertentu
    3. Yang mengutamakan kebaikan dan sifat-sifat yang berrtautan dengannya
    4. Yang mengutamakan kejujuran dan yang berkaitan dengannya
    5. Yang mengutamakan keterbukaan dan yang berkaitan dengannya
    6. Yang mengutamakan keadilan dan yang berkaitan dengannya
    7. Yang mengutamakan hubungan yang jujur dan kesetiaaan dalam perkawinan

Cara hidup roh dikelangitan akan menyamakan dengan tata cara kehidupan di bumi. Tiap manusia dibumi mempunyai lingkungan pekerjaan masing-masing, bedanya adalah bahwa didunia kelangitan ia tidak akan menemui kesukaran, roh kahayangan mampu mengerjakan segala hal kebaikan yang diinginkannya. Pandangan, pendengaran, dan perasaan mereka lebih baik daripada roh yang berada didalam daerah astral, gerakan mereka juga lebih bebas dan tidak ada yang mengulanginya, jarak yang jauh dapat ditempuh dalam beberapa detik saja.
            Tata cara kehidupan didaerah asteral juga sama dengan keadaan di daerah kelangitan, meskipun demikian, di daerah kelangitan segalanya lebih menyenangkan dan lebih mudah. Karena roh kahayangan telah menanggalkan sifat kebinatangannya maka ia telah menjadi makhluk lain. Pikiran dan tindakannya hanya berdasarkan kebenaran dan kebaikan. Semua sifat yang terkait dengan keburukan telah ditiadakan karena roh kahayanga hanya di selimuti oleh badan jiwa kerohaniannya. Sedangkan jiwa kerohanian nya terdiri atas segala kekuatan, kekuasaan dan kemampuan yang terdapat di langit dan akan membantu roh dalam melakukan tugaznya. Keadaan kelangitan terdiri dari kenikmatan dan kesenangan, para roh sesuai sifat dirinya ditempatkan oleh pimpinan roh kahayangan sesuai daerah penugasannya, disini ia akan berbuat kebaikan demi kebaikan bagi manusia, binatang dan tumbuhan. Dalam skala yang kecil, kenikmatan yang sama terdapat dibumi, bedanya adalah bahwa untuk mencapainya untuk dibumi harus dengan mengalahkan kesukaran yang besar dan pengorbanan, di kelangitan untuk melakukan kebaikan sangatlah mudah.
            Karena roh kahayangan didunia kelangitan telah menanggalkan secara keseluruhan “nafsu kesenangan, dan keinginannya”, mereka hanya mengenal “kejujuran, keterbukaan, kebajikan dan cinta”, di dunia kelangitan, keadaanya ideal, yaitu bebas dari kebencian, iri hati, kecemburuan dan sifat buruk lainnya. Roh yang baru tiba di dunia kelangitan aan disatukan dengan “kembaran jiwa atau jodohnya”, bila jodohnya sudah berada disana. Bial belum ada, ia akan menunggu kedatangannya, bisa dibayangkan kebahagian roh di kahayangan ini. Perkawinan di dunia kelangitan bukan merupakan pertemuan badaniah, melainkan pertemuan cinta abadi dunia kelangitan. Cinta dalam perkawinan di dunia kelangitan dapat disamakan dengan kepuasan yang di dapat oleh manusia semasa hidupnya. Bagi yang menikah di dunia kelangitan akan bertempat tinggal dirumah-rumah yang letaknya tersendiri, dan kadang juga di kelilingi oleh keluarga terdekatnya. Pasangan di dunia kelangitan belum tentu sama dengan pasangan nya sewaktu masih menjadi manusia di bumi, akan tetapi bisa juga pasangannya adalah roh dari pasangannya ketika menjadi manusia di bumi apabila ketika di bumi sudah menemukan “kembaran jiwanya”. Meskipun demikian jarang sekali terjadi satu perkawinan yang sempurna di bumi.
            Sifat yang sama seperti dibumi terdapat pada bayangannya yang terletak di kaki kiri tingkat langit pertama, disana terdapat suatu bayangan bumi yang sama dengan apa yang terdapat di bumi kita  ini. Di daerah langit pertama terdapat planet-planet yang tidak terhitung banyaknya, akan tetapi keadaannya lebih baik dari bayangannya yang ada di bumi. Semakin tinggi tingkat kelangitan semakin baik, kelangitan kedua merupakan tempat yang lebih baik lagi bagi kelahiran kembali roh kahayangan, tiap peralihan dari dunia nyata ke dunia kelangitan atau sebaliknya, terjadi melalui proses kematian yang tunduk pada hukum yang sama, seperti yang ada di bumi. Pada tahap peralihan ke dunia yang nyata, roh yang baik akan dilahirkan kembali dan diberi kesempatan untuk menambah kemampuannya, keadaan  diplanet-planet diman roh yang baik akan dilahirkan kembali, tidak berbeda banyak dengan apa yang terdapat di daerah kelangitan,.
            Planet-planet kelangitan merupakan surga bila dibandingkan dengan apa yang ada dibumi kita ini. Cara pengaturannya pemerintahan dari tujuh buah kelangitan ditugaskan pada roh utama, yang dinamakan “ penguasa kelangitan”. Penguasa ini bertempat tinggal di daerah kelangitan yang keenam. Pekerjaannya di Bantu oleh dua roh kahayangan yang berpangkat lebih rendah dan yang menguasai daerah “ arupa” dan daerah “rupa”. Sedangkan tiap daerah kelangitan dan tiap benda langit  di suatu daerah kelangitan dipimpin lagi oleh “ roh kahayangan utama” lainnya. Roh kahayangan ini memimpin juga daerah kelangitan di samping “ Yang maha Kuasa”. Sang maha Kuasa berada pada tiap benda langit di daerah “astral”, dan daerah “ nyata” di wakili oleh roh-roh kelangitan utama serta berjuta-juta roh lainnya. Pemerintahan ini begitu sempurnanya sehingga “ Yang Maha Kuasa” terwakili juga di benda yang sekecil-kecilnya sampai di dalamnya diri seorang “manusia”.
            Seperti digambarkan dalam tiga bab terakhir ( kelahiran kembali), manusia naik dari batu hingga menjadi roh kelangitan utama, ketika menjadi manusia, seseorang menghadapi begitu banyak kesulitan, meski demikian kesulitan itu terbilang kecil dibandingkan dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Hidup sebagai manusia sangat pendek apabila dibandingkan hidup “roh”, kehidupan sebagai manusia hanya satu langkah apabila dibandingkan kita melihat perjalanan panjang ini.  Bagi manusia yang hidup wajar, orang yang meninggal karena sakit atau usia lanjut adalah tidur secara perlahan, dengan demikian kematian bukanlah sesuatu yasng perlu ditakuti. Kematian bisa jadi merupakan akhir dari penderitaaan panjang di bumi, meskipun perpisahan dengan keluarga melalui kematian sangat berat, masih ada harapan untuk bertemu kembali di alam fana atau di kehidupan lain yang baru.

( 14) Roh Halus yang berasal dari Alam
            Selain roh-roh yang berasal dari manusia, di bumi juga terdapat roh-roh halus alam yang tidak kelihatan. Mereka bukan berasal dari roh manusia, melainkan merupakan makhluk halus dari tujuh unsur alam. Lima unsur diantaranya telah ditampakkan, dua lainnya tidak ditampakkan. Tjuh unsur ini berasal dari kekuatan “Ketuhanan”  berikut kekuasaannya dan kemampuanNya yang merupakan “penyebab” (uphadi) dari terjadinya semua yang ada. Diantara lima unsur utama tersebut adalah Ether, yang masuk dalam segala ruangan (akasha) yang ada. Ether merupakan lapisan udara atas atau “udara ringan” yang menutupi atau menyelimuti segala benda langit dan merupakan sumber dari semua yang ada. Makhluk halus alam dari Ether adalah I’Vasu’. Kepala dari I’Vasu dinamakan Indra.
            Empat unsur alam lainnya adalah bumi, air, udara dan api. Ini merupakan kekuatan penerus dalam ala mini yang menyebabkan kehidupan dan pertumbuhan . Makhluk halus dari unsur – unsur alam ini mengendalikan “unsur utama” yang berada dalam diri manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, bebatuan dan unsur pertambangan. Unsu ini peka terhadap pikiran manusia dan dapat dipengaruhi oleh getaran pikiran manusia, baik yang sengaja maupun tidak. Roh halus yang dijadikan alat oleh pikiran dan kemauan manusia akan memiliki kekuatan maha dahsyat.
            Roh-roh halus yang berasal dari unsur bumi dinamakan Lyaksha, dari unsur air dinamakan Apsara, dari unsur udara dinamakan Granduwa, dan dari api dinamakan Salamadala. Kepala roh yang bersal dari unsur bumi dinamakan KshPti, dari air dinamakan Waruna, dari udara dinamakan Pawana dan api dinamakan Agni, roh halus tersebut memiliki jenis laki-laki atau perempuan.
            Semua roh halus yang berasal dari unsur ala mini mempunyai bentuk tubuh manusia meskipun melalui daya pikirannya mampu mengubah dirinya menjadi bentuk lain. Makhluk-makhluk halus dan unsur yang berada di dunia halus disebut “ roh halus alam” dan menempati dunia daerah astral dan daerah nyata, dan mempunyai 2400 tingkatan, sesuai dengan tingkatan zat alam yang menjadi sumbernya. Mereka adalah “wahana“  yang menjadi sarana atau kendaraan makhluk halus tersebtu juga memiliki 2400 tingkatan, dari segi jenis, di dunia ini terdapat 350.000 jenis roh halus alam. Roh tertinggi yang berada dalam alam mempunyai badan kerohanian, sedangkan roh halus alam mempunyai badan halus. Roh halus yang berada di daerah nyata mempunyai bentuk badan “etheris”. Untuk menampakkkan diri kepada manusia dalam bentuk badan yang nyata, mereka tidak dapat menggunakan zat tubuh manusia, mereka membentuk diri dengan pertolongan daya pikirannnya, dan penampakan dirinya berbentuk ringan dan transparan. Mereka tidak seperti jiwa manusia yang dengan menggunakan zat tubuhnya dapat menampakkan dirinya dalam bentuk padat. Meskipun roh halus alam dapat berbicara sesuai dengan daerah keberadaannya, mereka tidak dapat memasukkan diri dalam pikiran atau ingatan dari manusia, jadi mereka dapat menampakkan dirinya seolah jiwa dari manusia, namun tidak dapat menampakkan dirinya sebagai bentuk jelmaan manusia. Meski mereka dapat berbicara dalam bahasa dari Negara dimana mereka tinggal, mereka tidak mungkin untuk mengerti pikiran atayu niat dari roh yang berasal dari manusia. Mungkin mereka dapat meniru rupa atau bentuk roh badan manusia, namun tidak dapat menyerupai bentuk badan jelmaan roh manusia.
            Di Naraka bagian bawah atau bumi, terdapat roh-roh alam yang perkembanganntya dapat disamakan dengan binatang-binatang yang mempunyai tingkat agak tinggi, perkembangan dirinya akan meningkat cepat bila mereka meningkat lebih tinggi. Roh halus alam yang berdiam di bumi atau naraka yang pertama dapat disamakan perkembangannya dengan manusia dalam perkembangannya yang rendah. Roh-roh alam halus yang berada dalam daerah astral perkembangannya lebih baik daripada roh manusia yang ada disana. Hal yang sama juga berlaku bagi roh halus alam yang berada di daerah halus.   
            Perkembangan dari roh-roh halus alam ternyata garisnya lebih pendek, namun sukar dibandingkan roh-roh halus manusia. Hubungan antara roh-roh halus alam dan roh-roh halus manusia yang berada di naraka tingkat tujuh, keenam dan kelima sangat buruk. Mereka selalu bermusuhan, karena roh-roh halus alam dapat mempunyai kekuatan yang maha dahsyat, roh-roh halus manusia yang berada di daerah ini menjadi sangat menderita.  Di Naraka yang keempat, ketiga dan kedua hubungannya lebih baik, namun tidak bersahabat, di bumi atau naraka tingkat pertama, roh-roh halus alam ini takut terhadap manusia. Roh-roh halus ala mini dapat menipunya namun tidak berbuat jahat, mereka mengganggu manusia karena itulah dinamakan “setan” dan ditakuti oleh manusia. Di dunia roh halus, hubungan antara roh manusia dan roh alam cukup baik, meski cara hidupnya mereka berbeda, mereka tetap saling menolong. “Dilangit, mereka saling menduduki jabatan yang penting-penting, perbedaannya, dalam lingkungan pekerjaan makhluk halus yang berasal dari alam dan roh-roh yang berasal dari manusia di daerah kelangitan adalah yang berasal dari alam adalah merupakan pemelihara dari daerah kelangitan, sedangkan roh-roh yang berasal dari manusia memegang pemerintahan di daerah ini”.
            Sifat “tbuh” roh halus dari alam tidak dapat dirusak dan tidak dapat sakit atau mengalami penderitaan, karena masing-masing dari roh halus alam mempunyai lingkungan tugas tersendiri maka mereka tidak bersaing satu sama lain. Disebabkan badan halusnya, roh halus alam dapat berdiam di bumi tanpa halangan, mereka juga dapat bergerak amat cepat diudara, dan di daerah keduniawian menghidupkan dan memperkuat dirinya dengan bernafas dan menghisap zat etheris yang tersedia, mereka juga menyukai bau harum bunga tetapi mereka tidak menyukai beberapa bau manusia, oleh karena itu mereka menghindari tinggal di daerah tempat tinggal manusia. Mreka punya warna tersendiri yang menandakan tingkatan dan jenisnya, karena itulah mereka hidup berkelompok sesuai dengan warnanya, mereka juga mematuhi mantra yang dapat menghasilkan warna sesuai kelompoknya.
            Perkembangan roh-roh halus ala mini dapat melampaui perkembanga tumbuhan, binatang ataupun manusi, umur mereka juga tidak lebih panjang dari umur manusia, namun mendekati umur manusia rata-rata, bila mati, setelah melalui proses pembusukan, badan halus mereka kembali ke daerah astra untuk kemudian melalui inkarnasi dilahirkan kembali sebagai roh halus alam di dalam badan etheris, meski demikian , proses kelahiran kembali mereka tidak seperti proses kelahiran kembali manusia yang dilahirkan melalui ibunya. Ada beberapa roh alam yang berinkarnasi dalam tubuh seseorang ana k manusia yang hendak meninggal, ketika jiwa sang anak meninggalkan tubuhnya, roh halus alam segera memasukinya dalam kelahirannya kembali , biasanya dengan bantuan mantra anak yang hendak meninggal diisi oleh roh alam, anak tersebut tidak jadi mati tetapi akan mempunyai kebiasaan dan perbuatan yang berbeda dari sebelumnya, anak-anak demikian juga disebut “ anak peralihan”. Para pendeta atau ulama biasanya memiliki kemampuan untuk memanggil roh halus alam dan mengisi tubuh anak yang kehilangan jiwanya.
            Dukun yang menjalani ilmu hitam dapat meminta pertolongan roh halus dengan mengucapkan beberapa mantra, akan tetapi cara demikian ini berbahaya bagi si dukun, karena dapat menimbulkan permusuhan dan mungkin juga pembalasannya, meski tidak berkemampuan untuk mempengaruhi kemauan manusia, roh-roh halus alam mempunyai kemampuan lain yang dapat mengalihkan pandangan atau penglihatan, manusia yang dipengaruhi akan melihat atau merasakan sesuatu hal lain dari biasanya, pemanfaatan lainnya yaitu dilakukan “fakir” yang membuat pertunjukan aneh-aneh yang tidak dapat dipahami oleh manusia biasa.

(15) Kelahiran Kembali
Di dalam bab badan halus di ceritakan bahwa sebelum dapat pindah dari bumi ke kelangitan pertama, jiwa harus berada dalamkeadaan Moksha, yaitu bebas dari nafsu, kesenangan dan keinginan. Sedangkan dalam bab Kekuatan Kemauan di terangkan bila manusia meninggal dengan karma Kriyaman, yaitu karma yang dimana akibatnya akan terasa dalam penghidupan kemudian dari manusia maka roh terpaksa akan dilahirkan kembali untuk menanggung akibat dari karmayang pernah dilakukan. Manusia yang meninggal dengan karma Kriyaman, ia tidak dapat Moksha. Roh akan selalu dilahirkan dan berada di bumi hingga akhirnya ia akan meninggal sebagai manusia dengan karma yang sesuai, jadi kelahiran kembali adalah akibat dari hukum karma, sedangkan kemampuan dan kepintarannya sebagai manusia dapat dimanfaatkan menhilangkan akibat buruk dari karma.
            Selama hidup di dunia, manusia memperoleh pengalaman dan pengetahuan, setelah kematiannya, pemikiran dan kemauan yang rendah ( mengandung sifat kebinatangan) akan dibersihkan oleh rohnya, dan dalam proses ini maka kemampuan dan pengalaman pemikiran kebinatangannya akan diubah menjadi cara berpikir yang lebih tinggi dari roh kerohaniaannya. Dalam proses peralihan roh (jiwa) kerohanian, roh kebinatangan yang ada ditakdirkan dibawa ke dunia kelangitan dan secara perlahan musnah disana. Akhirnya, jiwa kebinatangan dan pemikirannya akan hilang sebagai bayangan. Dalam peralihan ini, kemampuan dan pengalaman diabadikan dan tidak akan hilang, peralihan ini berjalan dengan mengikuti hukum Antahkarana, yaitu jalan yang dapat digambarkan sebagai antara pemikiran tinggi dan pemikiran yang lebih rendah atau zat yang menghubungkan keduanya.
            Setelah peralihan terjadi, semua roh memiliki keinginan kuat untuk menebus dosa-dosanya dimasa lalu, keinginan ini memungkinkan pemikiran dan kemauan dalam badan yang baru untuk tidak akan melakukan kesalahan lagi, seperti dalam kehidupan sebelumnya, roh yang dalam keadaan demikian disebut dalam keadaan Trihna atau Tahna, yaitu kekuatan keinginan dari “perasaan yang lalu” Dalam proses peralihan dari daerah astral ke dunia nyata, berlaku hukum Upadana, sebelum masuk dunia nyata, roh akan di selubungi oleh badan halus baru yang lebih baik dari badan halus sebelumnya, pengalaman dan kemampuan masa lalu masih menyertai badan halus baru ini sebagai dasar untuk membangun kemampuan dan pemikiran yang lebih baik, oleh karena itu, tidak heran jika anak-anak sering memiliki kemampuan yang mengherankan orang dewasa.
            Bagaimana roh diselubungi dengan badan kasar yang baru ? adalah Upadana atau “keinginan yang keras” yang menimbulkan keinginan atau Issha yang bisa menimbulkan Bhawa atau “kekuatanKarmisch” yang menyertai tiap kehidupan baru dan menghasilkan”zat” yang memberi bentuk. Oleh karena itu, roh yang meninggalkan badannya disebabkan hanya karena keinginannya yang tak kunjung padam akan menghasilkan wujud badaniah tertentu dalam kehidupan baru. Jadi Upadana adalah daya cipta dari bhawa. Wujud-wujud seperti apa yang akan terbentuk sangat tergantung dari karmanya, juga waktu kelahiran kembali manusia disesuaikan dengan letak-letak planet dan tanda-tanda lainnya, sesuai dengan sifatnya yang baru yang akan diperoleh manusia baru tersebut. Waktu kelahiran kembali akan berjalan mengikuti hukum yang pasti, tepat pada waktunya, dan tidak akan lebih awal atau lebih lambat.
            Bila hukum dari Antahkarana memperbaiki manusia dalam kelahiran barunya, hukum karma menempatkan manusia baru pada lingkungan yang sesuai dengan kehidupan masa lalunya. Kehidupan masa lalu juga yang membentuk sifat dan tabiat manusia baru tersebut, dalam kehidupan yang sekarang, manusia diberi kesempatan untuk memperbaiki dirinya dengan perkembangan dan perbaikan dari sifatnya. Kelahiran kembali memberi kesempatan pada manusia jahat untuk mempebaiki dan menjalankan kehidupan yang lebih baik dari kehidupan sebelumnya, dan bila manusia baru ini tidak memperbaiki tabiatnya maka ia akan menjadi manusia “kalah”. Manusia yang yang pada masa kehidupan sebelumnya menjalankan kehidupan yang baik, pad kelahirannya kembali selain dapat menikmati kemampuan dan kepintaran yang didapat di masa kehidupan lalunya, juga akan menikmati akibat dari masa sifat baiknya.
            Hukum Antahkarana selain memberikan ingatan yang tetap pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sebelumnya, juga mendorong perkembangan sifat dan kemampuan baik lainnya. Berdasarkan hukum tersebut, manusia yang dilahirkan kembali tidak akan ingat lagi pengalaman dan pengetahuan yang tidak dapat menolongnya dalam kehidupan baru selanjutnya, hukum ini menolong manusia karena bila masih ingat masa lalunya maka manusia akan saling kenal pada masa kehidupan yang sekarang. Kalau orang saling kenal pada kehidupan masa lalunya  maka seseoraqng penjahat yang dilahirkan kembali akan selalu dikucilkan sehingga tidak memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri.

Hukum keterkaitan Abadi   
Hukum-hukum diatas bila dirangkum menjadi satu akan merupakan “satu hukum” lagi yaitu hukum “keterkaitan abadi”. Ini menjelaskan bahwa manusia diberi kesempatan untuk dilahirkan kembali berkali-kali sehingga akhirnya menjadi manusia yang sempurna dslam segi pengetahuan, kemampuan, pengenalan diri, kebaikan, ataupun kearifan. Setelah kesempurnaan terca[ai maka hukum ini tidak akan berlaku lagi, dalam kedaan demikian, akhirnya manusia setelah kematiaan, astralnya akan dihidupkan kembali di bagian bumi yang terletak di langit pertama yang memang sesuai baginya. Setelah manusia dapat mencapai keadaan ini, perbedaannya, yang satu lebih cepat dari yang lain karena manus8ia di dunia bebas menentukan sendiri perjalanan hidupnya, perbedaan yang besar dari bakat peradaban dan kemampuan dari manuisa telah menunjukkan pada penghidupan masal lalu disebabkan oleh proses perkembangan yang terjadi.
            Keadaan nasib manusia yang berbeda dimana ada kehidupan yang sejahtera dan ada yang sengsara, tidak bisa dilihat sebagai ketidakadilan”Tuhan”. Kondisi ini harus dilihat sebagai proses perkembangan manusia untuk menjadi manusia yang sempurna. Bukankah Tuhan memiliki sifat yang “Maha Tinggi” dan “Maha Mengetahui” dari “ kejujuran”, “kebaikan”, dan “kecintaan”? Bagi mereka yang telah mencapai perkembanga yang tinggi dalam kehidupannya, hidup rohaniahnya makin lama makinsempurna karena dalam dunia halus telah mencapai tingkat yang lebih tinggi.
            Untuk sa,pai ke tingkat Moksha, manusia sudah harus dapat menyelesaikan kewajibannya di dunia dan meninggal dengan karma yang sudah diselesaikan. BIlamana manusia masih ada keinginan material atau masih ada nafsu dan kemauan untuk memuaskannya, ia tidak bisa Moksha dan masih terikat hukum karma, Bila Moksha dilakukan dengan kemauan yang mantap maka ia akan berhasil. Untuk mengakhiri karma tidak hanya diperlukan pengenalan diri yang sempurna, tetapi jua menjaga untuk tidak menimbulkannnya lagi dengan yang baru, kejahatan harus dibalas kebaikan, juga menjaga segala tindakan agar didasarkan pada “cinta”, “sayang”, “ dan “kebaikan” pada sesama, juga harus menjaga dari sikap sedih dan duka cita. .
            Bila dalam perkembangannya dapat mencapai tingkat tersebut maka” ketidakpuasan” yang merupakan sumber dari kejahatan akan hilang, maka begitu ketidakpuasan hilang maka perasaan tenag dan tujuannya tercapai dan dengan tercapainya tujuan maka berakhirlah Kannanya dan mencapai tingkat Samana yaitu manusia sempurna.

Semar


Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
Artinya : Mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia
Filosofi, Biologis Semar
Javanologi : Semar = Haseming samar-samar (Fenomena harafiah makna kehidupan Sang Penuntun). Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya : “Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tumggal”. Sedang tangan kirinya bermakna “berserah total dan mutlak serta selakigus simbul keilmuaan yang netral namun simpatik”.
Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel = keteguhan jiwa. Rambut semar “kuncung” (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan.
Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi. Semar berjalan menghadap keatas maknanya : “dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha pengasih serta penyayang umat”.
Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia) agar memayuhayuning bawono : mengadakan keadilan dan kebenaran di bumi.
ciri sosok semar adalah
Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua
Semar tertawannya selalu diakhiri nada tangisan
Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa
Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok
Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas nasehatnya
Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Islam di tanah Jawa.
Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual . Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.
Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas ,dimengerti dan dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa .
Gambar tokoh Semar nampaknya merupakan simbol pengertian atau konsepsi dari aspek sifat Ilahi, yang kalau dibaca bunyinya katanya ber bunyi:
Semar (pralambang ngelmu gaib) – kasampurnaning pati.
Gambar kaligrafi jawa tersebut bermakna :
Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardika artinya “merdekanya jiwa dan sukma”, maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : “dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup”.
Filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka dalam lakon Semar Mbabar Jati Diri
Dalam Etika Jawa ( Sesuno, 1988 : 188 ) disebutkan bahwa Semar dalam pewayangan adalah punakawan ” Abdi ” Pamomong ” yang paling dicintai. Apabila muncul di depan layar, ia disambut oleh gelombang simpati para penonton. Seakan-akan para penonton merasa berada dibawah pengayomannya.
Simpati para penonton itu ada hubungannya dengan mitologi Jawa atau Nusantara yang menganggap bahwa Semar merupakan tokoh yang berasal dari Jawa atau Nusantara ( Hazeu dalam Mulyono 1978 : 25 ). Ia merupakan dewa asli Jawa yang paling berkuasa ( Brandon dalam Suseno, 1988 : 188 ). Meskipun berpenampilan sederhana, sebagai rakyat biasa, bahkan sebagai abdi, Semar adalah seorang dewa yang mengatasi semua dewa. Ia adalah dewa yang ngejawantah ” menjelma ” ( menjadi manusia ) yang kemudian menjadi pamong para Pandawa dan ksatria utama lainnya yang tidak terkalahkan.
Oleh karena para Pandawa merupakan nenek moyang raja-raja Jawa ( Poedjowijatno, 1975 : 49 ) Semar diyakini sebagai pamong dan danyang pulau Jawa dan seluruh dunia ( Geertz 1969 : 264 ). Ia merupakan pribadi yang bernilai paling bijaksana berkat sikap bathinnya dan bukan karena sikap lahir dan keterdidikannya ( Suseno 1988 : 190 ). Ia merupakan pamong yang sepi ing pamrih, rame ing ngawe ” sepi akan maksud, rajin dalam bekerja dan memayu hayuning bawana ” menjaga kedamaian dunia ( Mulyono, 1978 : 119 dan Suseno 1988 : 193 )
Dari segi etimologi, joinboll ( dalam Mulyono 1978 : 28 ) berpendapat bahwa Semar berasal dari sar yang berarti sinar ” cahaya “. jadi Semar berarti suatu yang memancarkan cahaya atau dewa cahaya, sehingga ia disebut juga Nurcahya atau Nurrasa ( Mulyono 1978 : 18 ) yang didalam dirinya terdapat atau bersemayam Nur Muhammad, Nur Illahi atau sifat Ilahiah. Semar yang memiliki rupa dan bentuk yang samar, tetapi mempunyai segala kelebihan yang telah disebutkan itu, merupakan simbol yang bersifat Ilahiah pula ( Mulyono 1978 : 118 – Suseno 1988 : 191 ). Sehubungan dengan itu, Prodjosoebroto ( 1969 : 31 ) berpendapat dan menggambarkan ( dalam bentuk kaligrafi ) bahwa jasat Semar penuh dengan kalimat Allah.
Sifat ilahiah itu ditunjukkan pula dengan sebutan badranaya yang berarti ” pimpinan rahmani ” yakni pimpinan yang penuh dengan belas kasih ( timoer, tt : 13 ). Semar juga dapat dijadikan simbol rasa eling ” rasa ingat ” ( timoer 1994 : 4 ), yakni ingat kepada Yang Maha Pencipta dan segala ciptaanNYA yang berupa alam semesta. Oleh karena itu sifat ilahiah itu pula, Semar dijadikan simbol aliran kebatinan Sapta Darma ( Mulyono 1978 : 35 )
Berkenaan dengan mitologi yang merekfleksikan segala kelebihan dan sifat ilahiah pada pribadi Semar, maka timbul gagasan agar dalam pementasan wayang disuguhkan lakon ” Semar Mbabar Jati Diri “. gagasan itu muncul dari presiden Suharto dihadapan para dalang yang sedang mengikuti Rapat Paripurna Pepadi di Jakarta pada tanggal, 20-23 Januari 1995. Tujuanya agar para dalang ikut berperan serta menyukseskan program pemerintah dalam pembangunan manusia seutuhnya, termasuk pembudayaan P4 ( Cermomanggolo 1995 : 5 ). Gagasan itu disambut para dalang dengan menggelar lakon tersebut. Para dalang yang pernah mementaskan lakon itu antara lain : Gitopurbacarita, Panut Darmaka, Anom Suroto, Subana, Cermomanggolo dan manteb Soedarsono ( Cermomanggolo 1995 : 5 – Arum 1995 : 10 ). Dikemukan oleh Arum ( 1995:10 ) bahwa dalam pementasan wayang kulit dengan lakon ” Semar Mbabar Jadi Diri ” diharapkan agar khalayak mampu memahami dan menghayati kawruh sangkan paraning dumadi ” ilmu asal dan tujuan hidup, yang digali dari falsafat aksara Jawa Ha-Na-Ca-Ra-Ka. Pemahaman dan penghayatan kawruh sangkan paraning dumadi yang bersumber filsafat aksara Jawa itu sejalan dengan pemikiran Soenarto Timoer ( 1994:4 ) bahwa filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka mengandung makna sebagai sumber daya yang dapat memberikan tuntunan dan menjadi panutan ke arah keselamatan hidup. Sumber daya itu dapat disimbolkan dengan Semar yang berpengawak sastra dentawyanjana. Bahkan jika mengacu pendapat Warsito ( dalam Ciptoprawiro 1991:46 ) bahwa aksara Jawa itu diciptakan Semar, maka tepatlah apabila pemahaman dan penghayatan kawruh sangkan paraning dumadi tersebut bersumberkan filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka.
KAKANG SEMAR LAN ANTAGA KAKI
WECAN TUNJUNG SETA
TUMEKA KAKI SEMAR
GINUBAH DENING : PANEMBAHAN PRAMANA SETA ING GIRIMAYA
dandang gulo
1.INGSUN MELING MRING SIRA KALIHNYA
KANG DADYA SESENGGEMANE
NGIRIDA GUNG LELEMBUT
BALA SILUMAN NUSA JAWI
KABYANTOKNA SANG NATA
H E R U C A K R A P R A B U
NATA TEDHAKING BARATA
WIJILIRA ING KETANGGA SONYARURI
SAJRONING ALAS PUDHAK
2.DUK TIMURNYA BABARAN SURANDHIL
INGKANG IBU TEDHAKING MATARAM
KANG RAMA TRAHING RASULE
G I N A I P M I Y O S I P U N
SANG TUNJUNG SETA JEJULUK NEKI
DUK SIH KINEKER MARANG HYANG
KESAMPAR KESANDUNG
JALMA SAMYA KATAMBUHAN
TAN WIKAN MRING PUDHAK SINUMPET SINANDI
DEWA MANGEJAWANTAH
Paradoks Semar Oleh JAKOB SUMARDJO
PARA pencinta wayang kulit Jawa tentu tak asing lagi dengan tokoh Semar. Setiap pertunjukan tokoh ini selalu hadir. Semar dan anak-anaknya selalu menjadi pelayan atau pembantu kesatria yang baik, umumnya Arjuna atau anak Arjuna, penengah Pandawa. Semar adalah sebuah filsafat, baik etik maupun politik. Di balik tokoh hamba para kesatria ini, terdapat pola pikir yang mendasarinya.
Tokoh Semar juga disebut Ismaya, yang berasal dari Manik dan Maya. Manik itu Batara Guru, Maya itu Semar. Batara Guru menguasai kahiyangan para dewa dan manusia, sedangkan Semar menguasai bumi dan manusia. Manik dan Maya lahir dari sebuah wujud sejenis telur yang muncul bersama suara genta di tengah-tengah kekosongan mutlak (suwung-awang-uwung).
Telur itu pecah menjadi kenyataan fenomena, yakni langit dan bumi (ruang, kulit telur), gelap dan terang (waktu, putih telur), dan pelaku di dalam ruang dan waktu (kuning telur menjadi Dewa Manik dan Dewa Maya). Begitulah kisah Kitab Kejadian masyarakat Jawa.
Kenyataannya, ruang-waktu-pelaku itu selalu bersifat dua dan kembar. Langit di atas, bumi di bawah. Malam yang gelap, dan siang yang terang. Manik yang tampan dan kuning kulitnya, Semar (Ismaya) yang jelek rupanya dan hitam kulitnya. Paradoks pelaku semesta itu dapat dikembangkan lebih jauh dalam rangkaian paradoks-paradoks yang rumit.
Batara Guru itu mahadewa di dunia atas, Semar mahadewa di dunia bawah. Batara Guru penguasa kosmos (keteraturan) Batara Semar penguasa keos. Batara Guru penuh etiket sopan santun tingkat tinggi, Batara Semar sepenuhnya urakan.
Batara Guru simbol dari para penguasa dan raja-raja, Semar adalah simbol rakyat paling jelata. Batara Guru biasanya digambarkan sering tidak dapat mengendalikan nafsu-nafsunya, Semar justru sering mengendaikan nafsu-nafsu majikannya dengan kebijaksanaan — kebijaksanaan. Batara Guru berbicara dalam bahasa prosa, Semar sering menggunakan bahasa wangsalan (sastra).
Batara Guru lebih banyak marah dan mengambil keputusan tergesa-gesa, sebaliknya Semar sering menangis menyaksikan penderitaan majikannya dan sesamanya serta penuh kesabaran.
Batara Guru ditakuti dan disegani para dewa dan raja-raja, Semar hanyalah pembantu rumah tangga para kesatria. Batara Guru selalu hidup di lingkungan yang “wangi”, sedang Semar suka kentut sembarangan. Batara Guru itu pemimpin, Semar itu rakyat jelata yang paling rendah.
Seabrek paradoks masih dapat ditemukan dalam kisah-kisah wayang kulit. Pelaku kembar semesta di awal penciptaan ini, Batara Guru dan Batara Semar, siapakah yang lebih utama atau lebih “tua”? Jawabannya terdapat dalam kitab Manik-Maya (abad ke-19).
Ketika Batara Semar protes kepada Sang Hyang Wisesa, mengapa ia diciptakan dalam wujud jelek, dan berkulit hitam legam bagai kain wedelan (biru-hitam), maka Sang Hyang Wisesa (Sang Hyang Tunggal?) menjawab, bahwa warna hitam itu bermakna tidak berubah dan abadi; hitam itu untuk menyamarkan yang sejatinya “ada” itu “tidak ada”, sedangkan yang “tidak ada” diterka “bukan”, yang “bukan” diterka “ya”.
Dengan demikian Batara Semar lebih “tua” dari adiknya Batara Guru. Semar itu “kakak” dan Batara Guru itu “adik”, suatu pasangan kembar yang paradoks pula.
Semar itu lambang gelap gulita, lambang misteri, ketidaktahuan mutlak, yang dalam beberapa ajaran mistik sering disebut-sebut sebagai ketidaktahuan kita mengenai Tuhan.
Mengingat genealogi Semar yang semacam itu dalam budaya Jawa, maka tidak mengherankan bahwa tokoh Semar selalu hadir dalam setiap lakon wayang, dan merupakan tokoh wayang yang amat dicintai para penggemarnya. Meskipun dia hamba, rakyat jelata, buruk rupa, miskin, hitam legam, namun di balik wujud lahir tersebut tersimpan sifat-sifat mulia, yakni mengayomi, memecahkan masalah-masalah rumit, sabar, bijaksana, penuh humor.
Kulitnya, luarnya, kasar, sedang dalamnya halus. ** DALAM ilmu politik, Semar adalah pengejawantahan dari ungkapan Jawa tentang kekuasaan, yakni “manunggaling kawula-Gusti” (kesatuan hamba-Raja). Seorang pemimpin seharusnya menganut filsafat Semar ini.
Seorang pemimpin sebesar bangsa Indonesia ini harus memadukan antara atas dan bawah, pemimpin dan yang dipimpin, yang diberi kekuasaan dan yang menjadi sasaran kekuasaan, kepentingan hukum negara dan kepentingan objek hukum.
Hukum-hukum negara yang baik dari atas, belum tentu berakibat baik, kalau yang dari atas itu tidak disinkronkan dengan kepentingan dan kondisi rakyat. Manunggaling kawula-Gusti. Pemimpin sejati bagi rakyat itu bukan Batara Guru, tetapi Semar. Pemimpin sejati itu sebuah paradoks.
Semar adalah kakak lebih tua dari Batara Guru yang terhormat dan penuh etiket kenegaraan-kahiyangan, tetapi ia menyatu dengan rakyat yang paling papa. Dengan para dewa, Semar tidak pernah berbahasa halus, tetapi kepada majikan yang diabdinya (rakyat) ia berbahasa halus.
Semar menghormati rakyat jelata lebih dari menghormati para dewa-dewa pemimpin itu. Semar tidak pernah mengentuti rakyat, tetapi kerjanya membuang kentut ke arah para dewa yang telah salah bekerja menjalankan kewajibannya. Semar itu hakikatnya di atas, tetapi eksistensinya di bawah.
Badan halusnya, karakternya, kualitasnya adalah tingkat tinggi, tetapi perwujudannya sangat merakyat. Semar gampang menangis melihat penderitaan manusia yang diabdinya, itulah sebabnya wayang Semar matanya selalu berair. Semar lebih mampu menangisi orang lain daripada menangisi dirinya sendiri. Pemimpin Semar sudah tidak peduli dan tidak memikirkan dirinya sendiri, tetapi hanya memikirkan penderitaan orang lain. Ego Semar itu telah lenyap, digantikan oleh “yang lain”.
Semar itu seharusnya penguasa dunia atas yang paling tinggi dalam fenomena, tetapi ia memilih berada di dunia bawah yang paling bawah. Karena penguasa tertinggi, ia menguasai segalanya. Namun, ia memilih tidak kaya. Semar dan anak-anaknya itu ikut menumpang makan dalang, sehingga kalau suguhan tuan rumah kurang enak karena ada yang basi, maka Semar mencegah anak-anaknya, yang melalui dalang, mencela suguhan tuan rumah. Makanan apa pun yang datang padanya harus disyukuri sebagai anugerah. Batara Semar, di tanah Sunda, dikenal dalam wujud Batara Lengser.
Lengser, longsor, lingsir, selalu berkonotasi “turun”. Semar itu adalah pemimpin tertinggi yang turun ke lapis paling bawah. Seorang pemimpin tidak melihat yang dipimpinnya dari atas singgasananya yang terisolasi, tetapi melihat dari arah rakyat yang dipimpinnya. Seorang pemimin tidak menangisi dirinya yang dihujat rakyat, tetapi menangisi rakyat yang dihujat bawahan bawahannya. Seorang pemimpin tidak marah dimarahi rakyatnya, tetapi memarahi dirinya akibat dimarahi rakyat.
Pemimpin sejati itu, menurut filsafat Semar, adalah sebuah paradoks. Seorang pemimpin itu majikan sekaligus pelayan, kaya tetapi tidak terikat kekayaannya, tegas dalam keadilan untuk memutuskan mana yang benar dan mana yang salah namun tetap berkasih sayang. Filsafat paradoks kepemimpinan ini sebenarnya bersumber dari kitab Hastabrata atau Delapan Ajaran Dewa.
Dewa Kekayaan berseberangan dengan Desa Kedermawanan, yang bermakna seorang pemimpin harus mengusahakan dirinya (dulu, sebagai raja) agar kaya raya, tetapi kekayaan itu bukan buat dirinya, tetapi buat rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin Indonesia sekarang ini selayaknya seorang enterpreneur juga, yang lihai menggali kekayaan buat negara. Dewa Keadilan berseberangan dengan watak Dewa Kasih Sayang.
Seorang pemimpin harus membela kebenaran, keadilan, tetapi juga mempertimbangkan rasa keadilannya dengan kasih sayang untuk memelihara kehidupan.
Dewa Api (keberanian) itu berseberangan dengan Dewa Laut (air), yakni keberaniannya bertindak melindungi rakyatnya didasari oleh pertimbangan perhitungan dan kebijaksanaan yang dingin-rasional. Dewa Maut berseberangan dengan watak Dewa Angin.
Menumpas kejahatan dalam negara itu harus dipadukan dengan ketelitiannya dalam mengumpulkan detail-detail data, bagai angin yang mampu memasuki ruang mana pun.
Ajaran tua tentang kekuasaan politik bersumber dari Hastabrata tersebut, dan dimitoskan dalam diri Semar yang paradoks itu. Etika kekuasaan itu ada dalam diri tokoh Semar. Ia Dewa Tua tetapi menjadi hamba.
Ia berkuasa tetapi melayani. Ia kasar di kalangan atas, tetapi ia halus di kalangan bawah. Ia kaya raya penguasa semesta, tetapi memilih memakan nasi sisa. Ia marah kalau kalangan atas bertindak tidak adil, ia menyindir dalam bahasa metafora apabila yang dilayaninya berbuat salah. Bentuk badan Semar juga paradoks, seperti perempuan tetapi juga mirip lelaki, kombinasi ketegasan dan kelembutan
3.WUS PINASTI KANG MURBENG DUMADI
SANG TUNJUNG SETA KINARYA DHUTA
JUMENENG PARANPARANE
N G A D I L I N U S A N I P U N
NGASTHA DARMANING UMUM’
KALIS ING MAYANE NDOYA
WUS WINELEG MUKTI WIBAWANING DIRI
ING KETANGGA SILUMAN
4.SATRU MUNGSUH SAMYA HANGEMASI
TUMPES TAPIS KATAMAN PRABAWA
KASEKTEN SABDA CIPTANE
NGGEGIRISI BALANIPUN
WUJUD KALABANG KALAJENGKING
S I R U L L A H A J I N I P U N
P R A J U R I T L E L E M B U T
IKU KANG WEKAS INGWANG
SIRA NDEREK ANGEMONG ING TEMBE WURI
SANG NATA BINATHARA
5.WONG CILIK SAMYA SUKA ING ATI
GUMUYU MURAH SANDHANG LAN TEDHA
GUYUB RUKUN SESAMANE
SAMYA MADHEP SUMUJUD
NGARSENG HYANG WIDHI LAN NJENG GHUSTI
W E D I W E W A L A T I R A
WINGITING SANG RATU
MANANGKA JAMAN KENCANA
KAKANG SEMAR GYA TINDAKNA WELING MAMI
NGIRIDTA GUNG LELEMBUT
6.MANANGKA WELINGE SANG AJI
SRI JAYABAYA NATA BINATHARA
MRING SANG PAMONG KALIHE
KAKANG SEMAR UMATUR
PUKULUN JAYABAYA AJI
PUN KAKANG WUS ANAMPA
KABEH SABDANIPUN
DADYA PASEKSENING JANGKA
MANGEJA WANTAHIRA PADUKA AJI
SANG NATA BINATHAR
7.JUMENENGIRA GUSTHI PRIBADI
LAMUN JANGKANING NUSA TUMEKA
NORA ENDHAS LAN BUNTUTE
PUN KAKANG WUS SUMAGGUH
NGEMONG SANG TUNJUNG SETA AJI
LAN NGIRID BYANTOKNA
S A G U N G I N G L E L E M B U T
SINEGEG WAWAN SABDANYA
SRI JAYABAYA LAN PAMONGNYA KEKALIH
MECA JANGKANING NUSA

Mitologi RATU KIDUL


Di dalam karaton banyak ditemukan berbagai macam lambang dalam segi kehidupan, dimulai dari bentuk dan cara mengatur bangunan, mengatur penanaman pohon yang dianggap keramat, mengatur tempat duduk, menyimpan dan memelihara pusaka, macam pakaian yang dikenakan dan cara mengenakannya, bahasa yang harus dipakai, tingkah laku, pemilihan warna dan seterusnya. Karaton juga menyimpan dan melestarikan nilai-nilai lama, Mitos yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat dan komunitas karaton adalah mitos Kangjeng Ratu Kidul.
Kedudukan mitos itu sangat menonjol, karena tanpa mengenal mitos Kangjeng Ratu Kidul, orang tidak akan dapat mengerti makna dari tarian sakral Bedhaya Ketawang, yang sejak Paku Buwana X naik tahta, setiap setahun sekali tarian itu dipergelarkan pada acara ulang tahun penobatan Raja. Tanpa mengenal mitos itu makna Panggung Sangga Buwana akan sulit dipahami, demikian pula mengenai mitos yang dulu dikenal rakyat sebagai lampor.
‘Gung pra peri perayangan ejim
sumiwi Sang Sinom
Prabu Rara yekti gedhe dhewe.
(kutipan dari “Babad Nitik”)
terjemahkan:
segenap makhluk halus jin
bersembah pada Sang Ratu
yang besar tak bertara
Terdapat berbagai macam versi mitos Kangjeng Ratu Kidul antara lain berdasarkan cerita pujangga Yosodipuro. Di kerajaan Kediri, terdapat seorang putra raja Jenggala yang bernama Raden Panji Sekar Taji yang pergi meninggalkan kerajaannya untuk mencari daerah kekuasaan baru. Pada masa pencariannya sampailah ia di hutan Sigaluh yang didalamnya terdapat pohon beringin berdaun putih dan bersulur panjang yang bernama waringin putih. Pohon itu ternyata merupakan pusat kerajaan para lelembut (mahluk halus) dengan Sang Prabu Banjaran Seta sebagai rajanya.
Berdasarkan keyakinannya akan daerah itu, Raden Panji Sekar Taji melakukan pembabatan hutan sehingga pohon waringin putih tersebut ikut terbabat. Dengan terbabatnya pohon itu si Raja lelembut yaitu Prabu Banjaran Seta merasa senang dan dapat menyempurnakan hidupnya dengan langsung musnah ke alam sebenarnya. Kemusnahannya berwujud suatu cahaya yang kemudian langsung masuk ke tubuh Raden Panji Sekar Taji sehingga menjadikan dirinya bertambah sakti.
Alkisah, Retnaning Dyah Angin-Angin adalah saudara perempuan Prabu Banjaran Seta yang kemudian menikah dengan Raden Panji Sekar Taji yang selanjutnya dinobatkan sebagai Raja. Dari hasil perkawinannya, pada hari Selasa Kliwon lahirlah putri yang bernama Ratu Hayu. Pada saat kelahirannya putri ini menurut cerita, dihadiri oleh para bidadari dan semua mahluk halus. Putri tersebut diberi nama oleh eyangnya (Eyang Sindhula), Ratu Pegedong dengan harapan nantinya akan menjadi wanita tercantik dijagat raya. Setelah dewasa ia benar-benar menjadi wanita yang cantik tanpa cacat atau sempurna dan wajahnya mirip dengan wajah ibunya bagaikan pinang dibelah dua. Pada suatu hari Ratu Hayu atau Ratu Pagedongan dengan menangis memohon kepada eyangnya agar kecantikan yang dimilikinya tetap abadi. Dengan kesaktian eyang Sindhula, akhirnya permohonan Ratu Pagedongan wanita yang cantik, tidak pernah tua atau keriput dan tidak pernah mati sampai hari kiamat dikabulkan, dengan syarat ia akan berubah sifatnya menjadi mahluk halus yang sakti mandra guna (tidak ada yang dapat mengalahkannya).
Setelah berubah wujudnya menjadi mahluk halus, oleh sang ayah Putri Pagedongan diberi kekuasaan dan tanggung jawab untuk memerintah seluruh wilayah Laut Selatan serta menguasai seluruh mahluk halus di seluruh pulau Jawa. Selama hidupnya Ratu Pagedongan tidak mempunyai pedamping tetapi ia diramalkan bahwa suatu saat ia akan bertemu dengan raja agung (hebat) yang memerintah di tanah Jawa. Sejak saat itu ia menjadi Ratu dari rakyat yang mahluk halus dan mempunyai berkuasa penuh di Laut Selatan.
Kekuasaan Ratu Kidul di Laut Selatan juga tertulis dalam serat Wedatama yang berbunyi:
Wikan wengkoning samodra,
Kederan wus den ideri,
Kinemat kamot hing driya,
Rinegan segegem dadi,
Dumadya angratoni,
Nenggih Kangjeng Ratu Kidul,
Ndedel nggayuh nggegana,
Umara marak maripih,
Sor prabawa lan wong agung Ngeksiganda.
terjemahkan:
Tahu akan batas samudra
Semua telah dijelajahi
Dipesona nya masuk hati
Digenggam satu menjadi
Jadilah ia merajai
Syahdan Sang Ratu Kidul
Terbang tinggi mengangkasa
Lalu datang bersembah
Kalah perbawa terhadap
Junjungan Mataram
[setubuh alamai-senyawa Illahi]
Yang artinya : Mengetahui/mengerti betapa kekuasaan samodra, seluruhnya sudah dilalui/dihayati, dirasakan dan meresap dalam sanubari, ibarat digenggam menjadi satu genggaman, sehingga terkuasai. Tersebutlah Kangjeng Ratu Kidul, naik ke angkasa, datang menghadap dengan hormat, kalah wibawa dengan raja Mataram.
Ada versi lain dari masyarakat Sunda (Jawa Barat) yang menceritakan bahwa pada jaman kerajaan Pajajaran, terdapat seorang putri raja yang buruk rupa dan mengidap penyakit kulit bersisik sehingga bentuk dan seluruh tubuhnya jelak tidak terawat.Oleh karena itu, Ia diusir dari kerajaan oleh saudara-saudaranya karena merasa malu mempunyai saudara yang berpenyakitan seperti dia. Dengan perasaan sedih dan kecewa, sang putri kemudian bunuh diri dengan mencebur ke laut selatan.
Pada suatu hari rombongan kerajaan Pajajaran mengadakan slametan di Pelabuhan Ratu. Pada saat mereka tengah kusuk berdoa muncullah si putri yang cantik dan mereka tidak mengerti mengapa ia berada disitu, kemudian si putri menjelaskan bahwa ia adalah putri kerajaan Pajajaran yang diusir oleh kerajaan dan bunuh diri di laut selatan, tetapi sekarang telah menjadi Ratu mahluk halus dan menguasai seluruh Laut Selatan. Selanjutnya oleh masyarakat, ia dikenal sebagai Ratu Kidul.
Dari cerita-cerita mitos tentang Kangjeng Ratu Kidul, jelaslah bahwa Kangjeng Ratu Kidul adalh penguasa lautan yang bertahta di Laut Selatan dengan kerajaan yang bernama Karaton Bale Sokodhomas.
Mitos Pertemuan Kangjeng Ratu Kidul Dengan Penembahan Senopati
Sebelum Panambahan Senopati dinobatkan menjadi raja, beliau melakukan tapabrata di Dlepih dan tapa ngeli. Dalam laku tapabratanya, beliau selalu memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar dapat membimbing dan mengayomi rakyatnya sehingga terwujud masyarakat yang adil dan makmur.
Dalam cerita, pada waktu Panembahan Senopati melakukan tapa ngeli, sampai di tempuran atau tempat bertemunya aliran sungai Opak dan sungai Gajah Wong di dekat desa Plered dan sudah dekat dengan Parang Kusumo, Laut Selatan tiba-tiba terjadilah badai dilaut yang dasyat sehingga pohon-pohon dipesisir pantai tercabut beserta akarnya, ikan-ikan terlempar di darat dan menjadikan air laut menjadi panas seolah-olah mendidih. Bencana alam ini menarik perhatian Kangjeng Ratu Kidul yang kemudian muncul dipermukaan laut mencari penyebab terjadinya bencana alam tersebut.
Dalam pencariannya, Kangjeng Ratu Kidul menemukan seorang satria sedang bertapa di tempuran sungai Opak dan sungai Gajah Wong, yang tidak lain adalah Sang Panembahan Senopati. Pada waktu Kangjeng Ratu Kidul melihat ketampanan Senopati, kemudian jatuh cinta. Selanjutnya Kangjeng Ratu Kidul menanyakan apa yang menjadi keinginan Panembahan Senopati sehingga melakukan tapabrata yang sangat berat dan menimbulkan bencana alam di laut selatan, kemudian Panembahan menjelaskan keinginannya
Kangjeng Ratu Kidul memperkenalkan diri sebagai raja di Laut Selatan dengan segala kekuasaan dan kesaktiannya. Kangjeng Ratu Kidul menyanggupi untuk membantu Panembahan Senopati mencapai cita-cita yang diinginkan dengan syarat, bila terkabul keinginannya maka Panembahan Senopati beserta raja-raja keturunannya bersedia menjadi suami Kangjeng Ratu Kidul. Panembahan Senopati menyanggupi persyaratan Kangjeng Ratu Kidul namun dengan ketentuan bahwa perkawinan antara Panembahan Senopati dan keturunannya tidak menghasilkan anak. Setelah terjadi kesepakatan itu maka alam kembali tenang dan ikan-ikan yang setengah mati hidup kembali.
Adanya perkawinan itu konon mengandung makna simbolis bersatunya air (laut) dengan bumi (daratan/tanah). Ratu Kidul dilambangkan dengan air sedangkan raja Mataram dilambangkan dengan bumi. Makna simbolisnya adalah dengan bersatunya air dan bumi maka akan membawa kesuburan bagi kehidupan kerajaan Mataram yang akan datang.
Menurut sejarah bahwa Panembahan Senopati sebagai raja Mataram yang beristrikan Kangjeng Ratu Kidul tersebut merupakan cikal bakal atau leluhur para raja Mataram ,termasuk Karaton Surakarta Hadiningrat. Oleh karena itu maka raja-raja karaton Surakarta sesuai dengan janji Panembahan Senopati yaitu menjadi suami dari Kangjeng Ratu Kidul. Dalam perkembangannya, raja Paku Buwana III selaku suami Kangjeng Ratu Kidul telah mendirikan Panggung Sangga Buawana sebagai tempat pertemuannya. Selanjutnya tradisi raja-raja Surakarta sebagai suami Kangjeng Ratu Kidul berlangsung terus sampai dengan raja Paku Buwana X. Alkisah Paku Buwana X yang merupakan suami Ratu Kidul sedang bermain asmara di Panggung Sangga Buwana. Pada saat mereka berdua menuruni tangga Panggung yang curam tiba-tiba Paku Buwana X terpeleset dan hampir jatuh dari tangga tetapi berhasil diselamatkan oleh Kangjeng Ratu Kidul. Dalam kekagetannya itu Ratu Kidul berseru : “Anakku ngGer…………..” (Oh……….Anakku). Apa yang diucapkan oleh Kangjeng Ratu Kidul itu sebagai Sabda Pandito Ratu artinya sabda Raja harus ditaati. Sejak saat itu hubungan kedudukan mereka berdua berubah bukanlah lagi sebagai suami istri , tetapi hubungannya sebagai ibu dan anak, begitu pula terhadap raja-raja keturunan Paku Buwana X selanjutnya.
PANGGUNG SANGGA BUWANA DAN MITOSNYA
Secara mistik kejawen, Panggung Sangga Buwana dipercaya sebagai tempat pertemuan raja-raja Surakarta dengan Kangjeng Ratu Kidul, oleh karena itu letak Panggugu Sangga Buwana tersebut persis segaris lurus dengan jalan keluar kota Solo yang menuju ke Wonogiri. Konon, menurut kepercayaan, hal itu memang disengaja sebab datangnya Ratu Kidul dari arah Selatan.
Pada puncak bangunan Panggung Sangga Buwana yang berbentuk seperti topi bulat terdapat sebuah hiasan seekor naga yang dikendarai oleh manusia sambil memanah. Menurut Babad Surakarta, hal itu bukan sekedar hiasan semata tetapi juga dimaksudkan sebagai sengkalan milir. Bila diterjemahkan dalam kata-kata sengkalan milir itu berbunyi Naga Muluk Tinitihan Janma, yang berarti tahun 1708 Jawa atau 1782 Masehi yang merupakan tahun berdirinya Panggung Sangga Buwana (Naga=8, Muluk=0, Tinitihan=7, dan Janma=1)
Arti lain dari sengkalan milir tersebut adalah: 8 diartikan dengan bentuknya yang segi delapan, 0 yang diartikan dengan tutup bagian atas bangunan yangberbentuk seperti topi, 7 adalah manusia yang mengendarai naga sambil memanah dan 1 diartikan sebagai tiang atau bentuk bangunannya yang seperti tiang.
Namun demikian, sebenarnya nama Panggung Sangga Buwana itu sendiri juga merupakan sebuah sengkalan milir yang merupakan kependekan dari kata Panggung Luhur Sinangga Buwana. Dari nama tersebut lahir dua sengkalan sekaligus yang bila diterjemahkan akan didapati dua jenis tahun yaitu tahun Jawa dan tahun Hijryah. Untuk sengkalan tahun Hijryah, Panggung berarti gabungan dua kata, PA dan AGUNG. Pa adalah huruf Jawa dan Agung adalah besar berarti huruf Jawa Pa besar yaitu angka delapan. Sedangkan Sangga adalah gabungan kata SANG da GA yang merupakan singkatan dari Sang atau sembilan dan Ga adalah huruf Jawa atau angka Jawa yang nilainya satu. Serta kata Buwana yang artinya dunia, yang bermakna angka satu pula. Dengan demikian menunjukkan angka tahun 1198 Hijryah.
Kemudian untuk sengkalan tahun Jawa kata Panggung Luhur Sinangga Buwana. Panggung juga tediri dari PA dan AGUNG yang berarti huruf Jawa Pa besar sama dengan 8. Luhur mempunyai makna tanpa batas yang berarti angka 0. Sinangga bermakna angka 7 dan Buwana bermakna angka 1. Shingga bila digabungkan mempunyai arti yang sama yaitu tahun 1708 Jawa. Kedua tahun tersebut, baik tahun Jawa dan Hijryah bila dimaksukkan atau dikonversikan ke tahun Masehi sama-sama menunjukkan angka 1782, saat pembangunan panggung tersebut.
Pada Panggung Sangga Buwana masih didapati sebuah sengkalan milir yang pada jaman penjajahan Belanda dirahasiakan adanya. Sebab diketahui sengkalan terakhir ini berupa sebuah ramalan tentang tahun kemerdekaan Indonesia, sehingga jelas akan menimbulkan bahaya apabila diketahui oleh Belanda. Selain itu yang namanya ramalan memang tidak boleh secara gegabah diumumkan, mengingat ketakaburan manusia yang dapat ditaksirkan akan mendahului takdir Tuhan.
Sengkalan rahasia yang dimaksud adalah terletak pada puncak atas panggung yang telah disinggung yaitu Naga Muluk Tinitihan Janma. Bentuk dari hiasan tersebut adalah manusia yang naik ular naga tengah beraksi hendak melepaskan anak panah dari busurnya, sedangkan naganya sendiri digambarkan memakai mahkota. Hal ini merupakan
Sabda terselubung dari Sunan PB III yang kemudian ketika disuruh mengartikan kepada seorang punjangga karaton Surakarta yang bernama Kyai Yosodipuro, juga cocok yaitu ramalan tahun kemerdekaan bangsa Indonesia adalah tahun 1945.
Naga atau ular diartikan melambangkan rakyat jelata dan mahkotanya berarti kekuasaan. Dengan demikian keseluruhan sosok naga tersebut menggambarkan adanya kekuasaan ditangan rakyat jelata. Dan gambarkan manusia yang mengendarainya dengan siap melepaskan anak panah diartikan sebagai sasaran, kapan tepatnya kekuasaan berada ditangan rakyat.
Sebenarnya sosok manusia mengendarai naga tersebut dipasang juga untuk mengetahui arah mata angin dan tiang yang berada dipuncaknya dan digunakan untuk penangkal petir. Hal tersebut oleh Kyai Yosodipuro dibaca sebagai sengkalan juga yaitu keblat Rinaras Tri Buwana. Keblat = 4, Rinaras = 6, Tri = 3 dan Buwana = 1 atau tahun 1364 Hijryah, bila dimasukan atau dikonversikan ke tahun Masehi akan menjadi 1945 yang merupakan tahun kemerdekaan bangsa Indonesia. Sayangnya bangunan Sangga Buwana beserta hiasan asli dipuncaknya itu pernah terbakar dilalap api tahun 1954, tetapi hingga sekarang kepercayaan masyarakat dan legenda akan bangunan tersebut tidak pernah punah sehingga mereka tetap menghormati dan menghargainya dengan cara selalu melakukan upacara sesaji atau yang lazim disebut caos dahar pada setiap hari Selasa Kliwon atau Anggoro Kasih, setiap malam Jumat dan saat menjelang upacara-upacara kebesaran karaton.
Bangunan Panggung Sangga Buwana apabila dilihat sebagai sumbu dari bangunan karaton secara keseluruhan yang menghadap ke arah utara, maka semua Bangunan yang berada di sebelah kiri Panggung Sangga Buwana mempunyai hubungan vertikal dan yang sebelah kanan mempunyai hubungan horisontal. Hubungan vertikal tersebut yaitu hubungan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai kegiatan spiritual misalnya : bangunan Jonggring Selaka, Sanggar Palanggatan, Sanggar Segan, Mesjid Bandengan, Mesjid Pudyasana, Mesjid Suranatan, Mesjid Agung, Gereja Protestan Gladag dan Gereja Katolik Purbayan. Sedangkan hubungan horizontal yaitu kegiatan duniawi manusia misalnya Pasar Gading, Pasar Kliwon, Pasar Gedhe, dan sebelah timur lagi terdapat sarana transportasi Begawan Solo.
Panggung Sangga Buwana juga mempunyai arti sebagai penyangga bumi memiliki ketinggian kira-kira 30 meter sampai puncak teratas. Didalam lingkungan masyarakat Solo terdapat sebuah kepercayaan bahwa bangunan-bangunan yang berdiri di kota Solo tidak boleh melebihi dari Panggung Sangga Buwana karena mereka sangat menghormati rajanya dan mempercayai akan kegiatan yang terjadi di puncak bangunan tersebut sehingga apabila ada bangunan yang melanggarnya maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
BENTUK PANGGUNG SANGGA BUWANA
Bentuk fisik dari Panggung Sangga Buwana adalah segi delapan atau hasta walu dalam istilah Jawa. Bentuk yang segi delapan itu diartikan sebagai hasta brata yang menurut filosifi orang Jawa adalah sifat kepepimpinan, jadi diharapkan setiap pemimpin mempunyai sifat yang demikian. Filsafat Jawa selalu berorientasi pada alam karana dengan alam mereka dapat menikmati hidup dan merasakan komunikasi batin manusia dengan Sang Pencipta. Orang Jawa juga mempercayai bahwa apabila bangunan yang tidak menghiraukan alam lingkungan maka bangunan tersebut akan jauh dari situasi manusiawi.
Ajaran hasta brata atau delapan laku yang merupakan ajaran kepemimpinan bagi setiap manusia. Dari ajaran tersebut diharapkan setiap pemimpin mempunyai sifat-sifat seperti watak kedelapan unsur alam yaitu:
1. Matahari yang diartikan sebagai seorang pemimpin harus dapat menjadi sumber hidup orang lain.
2. Bulan mengartikan penerangan dalam kegelapan.
3. Bintang sebagai petunjuk arah bagi yang tersesat
4. Bumi yang maksudnya seorang pemimpin yang baik harus kuat menerima beban hidup yang diterimanya.
5. Mendhung diharapkan sebagai pemimpin tidak mempunyai sifat yang tidak pilih kasih.
6. Api yang berarti mematangkan yang mentah
7. Samodra/Air dimaksudkan bahwa pemimpin harus dapat memahami segala kebaikan dan keburukan
8. Angin yang apabila berada dimanapun juga harus dapat membawa kesejukkan.
Seorang pemimpin yang dihormati oleh rakyatnya karena rakyat mengharapkan dengan hadirnya pemimpin yang mempunyai sifat demikian maka mereka pasti akan hidup rukun, tentram dan damai sejahtera.
Dari bentuk fisik bangunan Panggung Sangga Buwana juga melambangkan sebagai simbol lingga yang yang berdampingan dengan yoni yaitu Kori Srimanganti. Dalam kepercayaan agama hindu, lingga dan yoni melambangkan Dewa Shiwa atau Dewa Kesuburan. Simbol lingga dan yoni juga terukir atau terekam dalam bentuk ornamen di Kori Srimanganti yang berarti bahwa sebagai perantara kelahiran manusia yang juga mengingatkan hidup dalam alam paberayan senantiasa bersikap keatas dan kebawah serta ke kanan dan ke kiri. Hal ini semua mengandung arti bahwa manusia harus selalu ingat adanya Yang Menitahkan dan sekaligus mengakui bahwa manusia hanya sebagai yang dititahkan. Sedangkan ke kanan dan ke kiri dapat diartikan manusia selalu hidup bermasyarakat.
Panggung Sangga Buwana yang melambangkan lingga diartikan juga sebagai suatu kekuatan yang dominan disamping menimbulkan lingga-yoni yang juga merupakan lapisan inti atau utama dari urut-urutan bangunan Gapura Gladag di Utara hingga Gapura Gading di Selatan. Lingga dan yoni merupakan kesucian terakhir dalam hidup manusia, hal ini kemudian menimbulkan sangkang paraning dumadi yaitu dengan lingga dan yoni terjadilah manusia. Jadi dengan kata lain kesucian dalam hubungannya dengan filsafat bentuk secara simbolik dapat melambangkan hidup.
Panggung yang dilambangkan sebagai lingga dan Srimanganti sebagai yoni, juga merupakan suatu pasemon atau kiasan goda yang terbesar. Maksudnya, lingga adalah penggoda yoni, dan sebaliknya yoni merupakan penggoda lingga. Seterusnya, panggung dan kori itu juga merupakan lambang yang bisa diartikan demikian: seorang lelaki dalam menghadapi sakaratul maut, yaitu ketika ia hampir berangkat menuju ke hadirat Tuhan, ia akan sangat tergoda oleh wanita atau sebaliknya. Begitu pula sebaliknya wanita, ketika dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa ia pun sangat tergoda atau sangat teringat akan pria atau kekasihnya. Begitulah makna yang terkandung atau perlambang yang terkandung di dalam Panggug Sangga Buwana bersama Kori Srimanganti yang selalu berdekatan.
FUNGSI PANGGUNG SANGGA BUWANA
Versi lain mengatakan bahwa Panggung Sangga Buwana ditilik dari segi historisnya, pendirian bangunan tersebut disengaja untuk mengintai kegiatan di Benteng Vastenburg milik Belanda yang berada disebelah timur laut karaton. Memang tampaknya, walaupun karaton Surakarta tuduk pada pemerintahan Belanda, keduanya tetap saling mengintai. Ibarat minyak dan air yang selalu terpisah jelas kendati dalam satu wadah. Belanda mendirikan Benteng Vastenburg untuk mengamati kegiatan karaton, sedangkan PB III yang juga tidak percaya pada Belanda, balas mendirikan Panggung Sangga Buwana untuk mengintai kegiatan beteng.
Namun tak-tik PB III sempat diketahui oleh Belanda. Setidaknya Belanda curiga terhadap panggung yang didirikan itu. Dan ketika di tegur, PB III berdalih bahwa panggung tersebut didirikan untuk upacara dengan Kangjeng Ratu Kidul semata tanpa tendensi politik sedikitpun.
Lantai teratas merupakan inti dari bangunan ini, yang biasa disebut tutup saji. Fungsi atau kegunaan dari ruang ini bila dilihat secara strategis dan filosofis atau spiritual adalah:
1. Secara strategis, dapat digunakan untuk melihat Solo dan sekitarnya. Untuk dapat melihat kota Solo dari lantai atas panggung dan tidak sembarangan orang yang dapat menaiki, ada petugas yang memang bertugas untuk melihat dengan menggunakan teropong atau kadang-kadang raja Surakarta sendiri yang melakukan pengintaian. Pada jaman dulu raja sering naik keatas untuk melihat bagaimana keadaan kota, rakyat dan musuh.
2. Segi filosofi dan spiritualnya, Panggung Sanggga Buwana merupakan salah satu tempat yang mempunyai hubungan antara Kengjeng Ratu Kencono Sari dengan raja Jawa setempat. Hal yang memperkuat keyakinan bahwa raja-raja Jawa mempunyai hubungan dengan Kangjeng Ratu Kidul atau Kangjeng Ratu Kencono Sari yang dipercaya sebagai penguasa laut dalam hal ini di Laut Selatan dan raja sebagai penguasa daratan, jadi komunikasi didalam tingkatan spiritual antara raja sebagai penguasa didaratan dan Kangjeng Ratu Kencono Sari sebagai penguasa lautan dikaitkan dengan letak geografis Nusantara sebagai negara maritim.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ruang tutup saji ini digunakan sebagai:
- tempat meditasi bagi raja, karena letaknya yang tinggi dan ruang ini memberikan suasana hening dan tentram
- tempat meraga sukma bagi raja, untuk mengadakan pertemuan dengan Kangjeng Ratu Kidul.
- Tempat untuk mengawasi keadaan atau pemandangan sekeliling karaton.
Pada lantai teratas digunakan untuk bersemedi raja dan pertemuan dengan Kangjeng Ratu Kidul terdapt dua kursi yang diperuntukkan bagi raja (kursi sebelah kiri) dan Ratu Kidul (kursi sebelah kanan) yang menghadap ke arah selatan. Arah orientasi dari bangunan ini adalah ke selatan; pintu masuk dari arah selatan dengan tujuan untuk menghormati Kangjeng Ratu Kidul sebagai penguasa Laut Selatan. Diantara dua buah kursi terdapat sebuah meja yang digunakan untuk meletakkan panggageman Kangjeng Ratu Kidul didalam sebuah kotak. Pangageman tersebut diganti setiap tahun menjelang acara Jumenengan raja.
Menurut cerita, pada saat mengadakan pertemuan dengan raja, Kangjeng Ratu Kidul mengenakan pakaiannya dan seketika itu juga beliau berwujud seperti manusia. Setelah pertemuan selesai, Kangjeng Ratu Kidul kembali ke alamnya dengan sebelumnya mengembalikan ageman yang dikenakannya ke dalam kotak.
Didalam ruang tutup saji yang berdiameter kira-kira 6 meter, pada bagian tepat ditengah ruangan terdapat kolom kayu yang secara simbolis menunjukkan bahwa segala kegiatan yang dilakukan di tutup saji mempunyai hubungan dengan Tuhan. Kayu yang digunakan adalah kayu jati yang berasal dari hutan donoloyo yang dianggap angker bagi orang jawa.

Ramayana


Ramayana konon kabranya diambil dari ceritera yang benar-benar pernah terjadi di daratan India. Saat itu daratan India dikalahkan oleh India Lautan yang juga disebut tanah Srilangka atau Langka, yang dalam pewayangan disebut Alengka. Tokoh Rama adalah pahlawan negeri India daratan, yang kemudian berhasil menghimpun kekuatan rakyat yang dilukiskan sebagai pasukan kera pimpinan Prabu Sugriwa. Sedang tanah yang direbut penguasa Alengka dilukiskan sebagai Dewi Sinta (dalam bahasa Sanskerta berarti tanah). Dalam penjajahan oleh negeri lain, umumnya segala peraturan negara dan budaya suatu bangsa akan mudah berganti dan berubah tatanan, yang digambarkan berupa kesucian Sinta yang diragukan diragukan.
Maka setelah Sinta dibebaskan, ia lantas pati obong, yang artinya keadaan negeri India mulai dibenahi, dengan merubah peraturan dan melenyapkan kebudayaan si bekas penjajah yang sempat berkembang di India. sebenarnya diambil dari ceritera yang benar-benar terjadi di daratan India. Saat itu daratan India dikalahkan oleh India Lautan yang juga disebut tanah Srilangka atau Langka, yang dalam pewayangan disebut Alengka. Tokoh Rama adalah pahlawan negeri India daratan, yang kemudian berhasil menghimpun kekuatan rakyat yang dilukiskan sebagai pasukan kera pimpinan Prabu Sugriwa. Sedang tanah yang direbut penguasa Alengka dilukiskan sebagai Dewi Sinta (dalam bahasa Sanskerta berarti tanah). Dalam penjajahan oleh negeri lain, umumnya segala peraturan negara dan budaya suatu bangsa akan mudah berganti dan berubah tatanan, yang digambarkan berupa kesucian Sinta yang diragukan diragukan. Maka setelah Sinta dibebaskan, ia lantas pati obong, yang artinya keadaan negeri India mulai dibenahi, dengan merubah peraturan dan melenyapkan kebudayaan si bekas penjajah yang sempat berkembang di India.
Dalam khazanah kesastraan Ramayana Jawa Kuno, dalam versi kakawin (bersumber dari karya sastra India abad VI dan VII yang berjudul Ravanavadha/kematian Rahwana yang disusun oleh pujangga Bhatti dan karya sastranya ini sering disebut Bhattikavya) dan versi prosa (mungkin bersumber dari Epos Walmiki kitab terakhir yaitu Uttarakanda dari India), secara singkat kisah Ramayana diawali dengan adanya seseorang bernama Rama, yaitu putra mahkota Prabu Dasarata di Kosala dengan ibukotanya Ayodya. Tiga saudara tirinya bernama Barata, Laksmana dan Satrukna. Rama lahir dari isteri pertama Dasarata bernama Kausala, Barata dari isteri keduanya bernama Kaikeyi serta Laksmana dan Satrukna dari isterinya ketiga bernama Sumitra. Mereka hidup rukun.
Sejak remaja, Rama dan Laksmana berguru kepada Wismamitra sehingga menjadi pemuda tangguh. Rama kemudian mengikuti sayembara di Matila ibukota negara Wideha. Berkat keberhasilannya menarik busur pusaka milik Prabu Janaka, ia dihadiahi putri sulungnya bernama Sinta, sedangkan Laksmana dinikahkan dengan Urmila, adik Sinta.
Setelah Dasarata tua, Rama yang direncanakan untuk menggantikannya menjadi raja, gagal setelah Kaikeyi mengingatkan janji Dasarata bahwa yang berhak atas tahta adalah Barata dan Rama harus dibuang selama 15 (lima belas) tahun. Atas dasar janji itulah dengan lapang dada Rama pergi mengembara ke hutan Dandaka, meskipun dihalangi ibunya maupun Barata sendiri. Kepergiannya itu diikuti oleh Sinta dan Laksmana.
Namun kepergian Rama membuat Dasarata sedih dan akhirnya meninggal. Untuk mengisi kekosongan singgasana, para petinggi kerajaan sepakat mengangkat Barata sebagai raja. Tapi ia menolak, karena menganggap bahwa tahta itu milik Rama, sang kakak. Untuk itu Barata disertai parajurit dan punggawanya, menjemput Rama di hutan. Saat ketemu kakaknya, Barata sambil menangis menuturkan perihal kematian Dasarata dan menyesalkan kehendak ibunya, untuk itu ia dan para punggawanya meminta agar Rama kembali ke Ayodya dan naik tahta. Tetapi Rama menolak serta tetap melaksanakan titah ayahandanya dan tidak menyalahkan sang ibu tiri, Kaikeyi, sekaligus membujuk Barata agar bersedia naik tahta. Setelah menerima sepatu dari Rama, Barata kembali ke kerajaan dan berjanji akan menjalankan pemerintahan sebagai wakil kakaknya
Banyak cobaan yang dihadapi Rama dan Laksmana, dalam pengembaraannya di hutan. Mereka harus menghadapi para raksasa yang meresahkan masyarakat disekitar hutan Kandaka itu. Musuh yang menjengkelkan adalah Surpanaka, raksesi yang menginginkan Rama dan Laksmana menjadi suaminya. Akibatnya, hidung dan telinga Surpanaka dibabat hingga putus oleh Laksmana. Dengan menahan sakit dan malu, Surpanaka mengadu kepada kakaknya, yaitu Rahwana yang menjadi raja raksasa di Alengka, sambil membujuk agar Rahwana merebut Sinta dari tangan Rama.
Dengan bantuan Marica yang mengubah diri menjadi kijang keemasan, Sinta berhasil diculik Rahwana dan dibawa ke Alengka.
Burung Jatayu yang berusaha menghalangi, tewas oleh senjata Rahwana. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Jatayu masih sempat mengabarkan nasib Sinta kepada Rama dan Laksmana yang sedang mencarinya.Dalam mencari Sinta, Rama dan Laksamana berjumpa pembesar kera yang bernama Sugriwa dan Hanuman. Mereka mengikat persahabatan dalam suka dan duka. Dengan bantuan Rama, Sugriwa dapat bertahta kembali di Kiskenda setelah berhasil mengalahkan Subali yang lalim. Setelah itu, Hanuman diperintahkan untuk membantu Rama mencari Sinta. Dengan pasukan kera yang dipimpin Anggada, anak Subali, mereka pergi mencari Sinta.
Atas petunjuk Sempati, kakak Jatayu, mereka menuju ke pantai selatan. Untuk mencapai Alengka, Hanuman meloncat dari puncak gunung Mahendra. Setibanya di ibukota Alengka, Hanuman berhasil menemui Sinta dan mengabarkan bahwa Rama akan segera membebaskannya. Sekembalinya dari Alengka, Hanuman melapor kepada Rama. Strategi penyerbuan pun segera disusun. Atas saran Wibisana, adik Rahwana yang membelot ke pasukan Rama, dibuatlah jembatan menuju Alengka. Setelah jembatan jadi, berhamburanlah pasukan kera menyerbu Alengka. Akhirnya, Rahwana dan pasukannya hancur. Wibisana kemudian dinobatkan menjadi raja Alengka, menggantikan kakaknya yang mati dalam peperangan. Yang menarik dan sampai saat ini sangat populer di Jawa, adalah adanya ajaran tentang bagaimana seharusnya seseorang memerintah sebuah kerajaan atau negara dari Rama kepada Wibisana, yang dikenal dengan sebutan ASTHABRATA.
Setelah berhasil membebaskan Sinta, pergilah Rama dan Sinta serta Laksmana dan seluruh pasukan (termasuk pasukan kera) ke Ayodya. Setibanya di ibukota negera Kosala itu, mereka disambut dengan meriah oleh Barata, Satrukna, para ibu Suri, para punggawa dan para prajurit, serta seluruh rakyat Kosala. Dengan disaksikan oleh mereka, Rama kemudian dinobatkan menjadi raja.
Pada akhir ceritera, ada perbedaan mencolok antara dua versi Ramayana Jawa Kuno. Untuk versi kakawin dikisahkan, bahwa Sinta amat menderita karena tidak segera diterima oleh Rama karena dianggap ternoda. Setelah berhasil membersihkan diri dari kobaran api, Sinta diterimanya. Dijelaskan oleh Rama, bahwa penyucian itu harus dilakukan untuk menghilangkan prasangka buruk atas diri isterinya. Mereka bahagia.
Sedangkan di dalam versi prosa, menceritakan bagaimana Rama terpengaruh oleh rakyatnya yang menyangsikan kesucian Sinta. Disini Sinta yang sedang mengandung di usir oleh Rama dari istana. Kelak Sinta melahirkan 2 (dua) anak kembar yaitu Kusha dan Lawa. Kemudian kisah ini diahiri dengan ditelannya Sinta oleh Bumi.
Kisah Ramayana mempunyai banyak versi dengan berbagai penyimpangan isi cerita, termasuk di India sendiri. Penyebarannya hampir di seperempat penduduk dunia atau minimal di Asia Tenggara. Sedangkan di Indonesia, diketahui sekitar 7 – 8 abad yang lalu, walau sesungguhnya di Indonesia dapat ditemukan jauh lebih dini yaitu sebelum abad 2 Sebelum Masehi.
Ramayana dari asal kata Rama yang berarti menyenangkan; menarik; anggun; cantik; bahagia, dan Yana berarti pengembaraan. Cerita inti Ramayana diperkirakan ditulis oleh Walmiki dari India disekitar tahun 400 SM yang kisahnya dimulai antara 500 SM sampai tahun 200, dan dikembangkan oleh berbagai penulis. Kisah Ramayana ini menjadi kitab suci bagi agama Wishnu, yang tokoh-tokohnya menjadi teladan dalam hidup, kebenaran, keadilan, kepahlawanan, persahabatan dan percintaan, yaitu: Rama, Sita, Leksmana, Sugriwa, Hanuman, Wibisana. Namun disini, kami informasikan tentang Ramayana versi Jawa.
Di zaman Mataram Kuno saat Prabu Dyah Balitung (Dinasti Sanjaya) bertahta, telah ada kitab sastra Ramayana berbahasa Jawa Kuno (Jawa Kawi), tidak menginduk pada Ramayana Walmiki, lebih singkat, memuat banyak ajaran dan katanya berbahasa indah. Di awal abad X sang raja membuat candi untuk pemujaan dewa Shiwa, yaitu Candi Prambanan (candi belum selesai sampai wafatnya raja yang, maka dilanjutkan oleh penggantinya yaitu Prabu Daksa) yang sekaligus menjadi tempat ia dikubur, dengan relief Ramayana namun berbeda dengan isi cerita Ramayana dimaksud.
Ramayana Jawa Kuno memiliki 2 (dua) versi, yaitu Kakawin dan Prosa, yang bersumber dari naskah India yang berbeda, yang perbedaan itu terlihat dari akhir cerita. Selain kedua versi itu, terdapat yang lain yaitu Hikayat Sri Rama, Rama Keling dan lakon-lakon.
Cerita Ramayana semakin diterima di Jawa, setelah melalui pertunjukan wayang (wayang orang, wayang kulit purwa termasuk sendratari). Tapi ia kalah menarik dengan wayang yang mengambil cerita Mahabharata, karena tampilan ceritanya sama sekali tidak mewakili perasaan kaum awam (hanya pantas untuk kaum Brahmana dan Satria) walau jika dikaji lebih mendalam, cerita Ramayana sebenarnya merupakan simbol perjuangan rakyat merebut kemerdekaan negerinya.
Bahwa cerita Ramayana tidak bisa merebut hati kaum awam Jawa seperti Mahabharata, antara lain disebabkan:
Ceritanya dipenuhi oleh lambang-lambang dan nasehat-nasehat kehidupan para bangsawan dan penguasa negeri, yang perilaku dan tindakannya tidak membaur di hati kaum awam;
Ramayana adalah raja dengan rakyat bangsa kera yang musuhnya bangsa raksasa dengan rakyat para buta breduwak dan siluman;
Kaum awam memiliki jalan pikiran yang relatif sangat sederhana, dan berharap pada setiap cerita berakhir pada kebahagiaan.
Yang menarik sampai saat ini di Indonesia (Jawa) adalah adanya suatu ajaran falsafah yang terdapat di Ramayana, yaitu ajaran Rama terhadap adik musuhnya bernama Gunawan Wibisana yang menggantikan kakaknya, Rahwana, setelah perang di Alengka. Ajaran itu dikenal dengan nama Asthabrata, (astha yang berarti delapan dan brata yang berarti ajaran atau laku). yang merupakan ajaran tentang bagaimana seharusnya seseorang memerintah sebuah negara atau kerajaan. Ajaran dimaksud yang juga dapat dilihat dalam Diaroma gambar wayang di Museum Purnabakti TMII (1994 M), yaitu :
Bumi : artinya sikap pemimpin bangsa harus meniru watak bumi atau momot-mengku bagi orang jawa, dimana bumi adalah wadah untuk apa saja, baik atau buruk, yang diolahnya sehingga berguna bagi kehidupan manusia;
Air : artinya jujur, bersih dan berwibawa, obat haus air maupun haus ilmu pengetahuan dan haus kesejahteraan;
Api : artinya seorang pemimpin haruslah pemberi semangat terhadap rakyatnya, pemberi kekuatan serta penghukum yang adil dan tegas;
Angin : artinya menghidupi dan menciptakan rasa sejuk bagi rakyatnya, selalu memperhatikan celah-celah di tempat serumit apapun, bisa sangat lembut serta bersahaja dan luwes, tapi juga bisa keras melebihi batas, selalu meladeni alam;
Surya : artinya pemberi panas, penerangan dan energie, sehingga tidak mungkin ada kehidupan tanpa surya/matahari, mengatur waktu secara disiplin;
Rembulan : artinya bulan adalah pemberi kedamaian dan kebahagiaan, penuh kasih sayang dan berwibawa, tapi juga mencekam dan seram, tidak mengancam tapi disegani.
Lintang : artinya pemberi harapan-harapan baik kepada rakyatnya setinggi bintang dilangit, tapi rendah hati dan tidak suka menonjolkan diri, disamping harus mengakui kelebihan-kelebihan orang lain;
Mendung : artinya pemberi perlindungan dan payung, berpandangan tidak sempit, banyak pengetahuannya tentang hidup dan kehidupan, tidak mudak menerima laporan asal membuat senang, suka memberi hadiah bagi yang berprestasi dan menghukum dengan adil bagi pelanggar hukum.
Prof. Dr. Porbatjaraka, seorang ahli sejarah dan kebudayaan Jawa, setelah membaca kitab Ramayana Jawa Kuna Kakawin, memberi komentar : “Ini merupakan peninggalan leluhur Jawa, yang sungguh adiluhung, cukup untuk bekal hidup kebatinan”. Dalam cakupan luas, pengaruh Ramayana terhadap filsafat hidup Jawa dapat diketahui dari Sastra Jendra, Sastra Cetha dan Asthabrata.
Sari dari Sastra Jendra adalah ilmu/ajaran tertinggi tentang keselamatan, mengandung isi dan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Namun karena ilmu ini bersifat sangat rahasia (tidak disebarluaskan secara terbuka karena penuh penghayatan bathin yang terkadang sulit diterima umum secara rasional), maka tidak mungkin disebar-luaskan secara terbuka. Sebelum seseorang menyerap ilmu ini ia harus mengerti terlebih dahulu tentang mikro dan makro kosmos, sehingga yang selama ini dipaparkan termasuk melalui wayang, hanyalah kulitnya saja. Sastra Cetha (terang) adalah berisi ajaran tentang peran, sifat dan perilaku raja. Sedangkan Asthabrata telah diuraikan tersebut diatas.
Kisah Ramayana muncul dalam banyak versi, yaitu antara lain di Vietnam, Kamboja, Laos, Burma, Thailand, Cina, Indonesia maupun di India (tempat asal cerita) sendiri. Menurut Dr.Soewito S. Wiryonagoro, di Indonesia sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) versi, yaitu Ramayana Kakawin, yang terlukis dalam relief-relief di dinding candi seperti candi Lorojonggrang Prambanan dan Candi Penataran, dan yang berkembang di masyarakat dalam wujud cerita drama.(wayang kulit, sandiwara dan film).
Ramayana dari asal kata Rama = menyenangkan/menarik/anggun/cantik/bahagia dan Yana berarti pengembaraan., yang kisah tersebut ditulis Walmiki dari India sekitar tahun 400 Sebelum Masehi, berbahasa Sanskerta, yang selanjutnya dikembangkan oleh penulis-penulis lain, sehingga minimal juga ada 3 (tiga) kisah Ramayana versi India.
Di jaman Mataram kuna, saat Prabu Balitung (dinasti Sanjaya) memerintah, telah ada kitab sastra Ramayana dalam bahasa Jawa Kuna (Kawi), yang ternyata tidak menginduk pada Ramayana dari Walmiki.
Rame ing pamrih pener
Sepi ing gawe ngiwa
Lajeng tansah pados guru ngilmu
Lambaran kuwating batos
Anggladi piwulanging donya gede
Tatag titis tutus temen ben tinemu