Kraton dan Masyarakat Jogja
Kraton sebagai pionir Jogja mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi
budaya masyarakat Jawa di Jogja. Masyarakat percaya bahwa Kraton
merupakan referensi budaya mereka. Beberapa studi yang dilakukan pada
tahun 1990 menunjukkan bahwa kesetiaan masyarakat kepada Kraton sangat
tinggi. Pengaruh tersebut makin meluas semenjak Raja dapat menggabungkan
kepemimpinan yang karismatik dengan kepemimpinan yang rasional dan
modern.
Salah seorang raja tersebut adalah Sultan HB IX. Ia adalah figure yang
menonjol pada masa perjuangan saat mendirikan Republik Indonesia. Ia
menjadi wakil presiden kedua RI yang mendukung pendirian Perguruan
Tinggi pertama di Indonesia yaitu: Perguruan Tinggi Gadjah Mada
(sekarang UGM). Ia meminjamkan Siti Hinggil Lord an Pagelaran (salah
satu bagian dari Kraton) sebagai Kampus UGM tahun 1945.
Hubungan erat antara masyarakat Jogja dan Kraton tampak nyata dalam
kesenian, ritual, dan upacara adat mereka. Misalnya pada pernikahan
tradisional, pengantin pria dan wanita boleh mengenakan pakaian keluarga
kerajaan yang disebut ‘basahan’. Dahulu hanya keluarga kerajaan yang
boleh memakai pakaian tersebut.
Masyarakat Jogja yang Multi Etnik
Jogja dikenal sebagai kota pendidikan, karena ratusan institusi
pendidikan berjejalan di kota ini. Setiap tahun ribuan mahasiswa baru
dari luar Jogja, bahkan luar Jawa datang ke Jogja untuk menuntut ilmu.
Pemerintah Daerah dari luar Jogja menyediakan asrama bagi para mahasiswa
daerah tersebut yang belajar di Jogja.
Sebagai konsistensi dari keberadaan beragam kelompok etnik tersebut,
Jogja menjadi sangat heterogen dalam masyarakatnya. Data statistik
menunjukan hampir 2% penduduk Jogja bukan orang Jawa. Maka pernikahan
antar etnis pun tak ter-elakan. Uniknya orang luar Jawa yang menikah
dengan orang Jawa merasa ‘nJawani’ (lebih Jawa) dibanding etnis aslinya.
Bahasa
Sejak Jogja menjadi lebih heterogen, masyarakat rata-rata menggunakan
Bahasa Indonesia berkomunikasi. Bahasa Jawa hanya digunakan masyarakat
Jawa ketika mereka berkomunikasi dengan sesama orang Jawa.
Jika Anda tertarik untuk mempelajari Bahasa Indonesia atau Jawa, Anda
dapat mengunjungi berbagai tempat pelatihan yang ada di Jogja.
Pekerjaan dan Kepercayaan
Sekitar 40% masyarakat Jogja adalah petani dan 40% nya lagi bekerja di
bidang perdagangan, servis, industri, dan lain-lain. Di Kota Jogja 98%
penduduknya bekerja di sektor perdagangan dan jasa, khususnya di sektor
wisata dan pendidikan.
Dikarenakan pengaruh sejarah Islam di Kerajaan Mataram yang panjang,
hampir 93% penduduk Jogja memeluk agama Islam, sedangkan 6%nya
Kristiani. Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di
Indonesia lahir dan sangat berpengaruh di Jogja.