Semar


Semar dalam bahasa Jawa (filosofi Jawa) disebut Badranaya
Bebadra = Membangun sarana dari dasar
Naya = Nayaka = Utusan mangrasul
Artinya : Mengemban sifat membangun dan melaksanakan perintah Allah demi kesejahteraan manusia
Filosofi, Biologis Semar
Javanologi : Semar = Haseming samar-samar (Fenomena harafiah makna kehidupan Sang Penuntun). Semar tidak lelaki dan bukan perempuan, tangan kanannya keatas dan tangan kirinya kebelakang. Maknanya : “Sebagai pribadi tokoh semar hendak mengatakan simbul Sang Maha Tumggal”. Sedang tangan kirinya bermakna “berserah total dan mutlak serta selakigus simbul keilmuaan yang netral namun simpatik”.
Domisili semar adalah sebagai lurah karangdempel / (karang = gersang) dempel = keteguhan jiwa. Rambut semar “kuncung” (jarwadasa/pribahasa jawa kuno) maknanya hendak mengatakan : akuning sang kuncung = sebagai kepribadian pelayan.
Semar sebagai pelayan mengejawantah melayani umat, tanpa pamrih, untuk melaksanakan ibadah amaliah sesuai dengan sabda Ilahi. Semar berjalan menghadap keatas maknanya : “dalam perjalanan anak manusia perwujudannya ia memberikan teladan agar selalu memandang keatas (sang Khaliq ) yang maha pengasih serta penyayang umat”.
Kain semar Parangkusumorojo: perwujudan Dewonggowantah (untuk menuntun manusia) agar memayuhayuning bawono : mengadakan keadilan dan kebenaran di bumi.
ciri sosok semar adalah
Semar berkuncung seperti kanak kanak,namun juga berwajah sangat tua
Semar tertawannya selalu diakhiri nada tangisan
Semar berwajah mata menangis namun mulutnya tertawa
Semar berprofil berdiri sekaligus jongkok
Semar tak pernah menyuruh namun memberikan konsekwensi atas nasehatnya
Kebudayaan Jawa telah melahirkan religi dalam wujud kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, yaitu adanya wujud tokoh wayang Semar, jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu, Budha dan Islam di tanah Jawa.
Dikalangan spiritual Jawa ,Tokoh wayang Semar ternyata dipandang bukan sebagai fakta historis, tetapi lebih bersifat mitologi dan symbolis tentang KeEsa-an, yaitu: Suatu lambang dari pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang Illahi yang menunjukkan pada konsepsi spiritual . Pengertian ini tidak lain hanyalah suatu bukti yang kuat bahwa orang Jawa sejak jaman prasejarah adalah Relegius dan ber keTuhan-an yang Maha Esa.
Dari tokoh Semar wayang ini akan dapat dikupas ,dimengerti dan dihayati sampai dimana wujud religi yang telah dilahirkan oleh kebudayaan Jawa .
Gambar tokoh Semar nampaknya merupakan simbol pengertian atau konsepsi dari aspek sifat Ilahi, yang kalau dibaca bunyinya katanya ber bunyi:
Semar (pralambang ngelmu gaib) – kasampurnaning pati.
Gambar kaligrafi jawa tersebut bermakna :
Bojo sira arsa mardi kamardikan, ajwa samar sumingkiring dur-kamurkan Mardika artinya “merdekanya jiwa dan sukma”, maksudnya dalam keadaan tidak dijajah oleh hawa nafsu dan keduniawian, agar dalam menuju kematian sempurna tak ternodai oleh dosa. Manusia jawa yang sejati dalam membersihkan jiwa (ora kebanda ing kadonyan, ora samar marang bisane sirna durka murkamu) artinya : “dalam menguji budi pekerti secara sungguh-sungguh akan dapat mengendalikan dan mengarahkan hawa nafsu menjadi suatu kekuatan menuju kesempurnaan hidup”.
Filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka dalam lakon Semar Mbabar Jati Diri
Dalam Etika Jawa ( Sesuno, 1988 : 188 ) disebutkan bahwa Semar dalam pewayangan adalah punakawan ” Abdi ” Pamomong ” yang paling dicintai. Apabila muncul di depan layar, ia disambut oleh gelombang simpati para penonton. Seakan-akan para penonton merasa berada dibawah pengayomannya.
Simpati para penonton itu ada hubungannya dengan mitologi Jawa atau Nusantara yang menganggap bahwa Semar merupakan tokoh yang berasal dari Jawa atau Nusantara ( Hazeu dalam Mulyono 1978 : 25 ). Ia merupakan dewa asli Jawa yang paling berkuasa ( Brandon dalam Suseno, 1988 : 188 ). Meskipun berpenampilan sederhana, sebagai rakyat biasa, bahkan sebagai abdi, Semar adalah seorang dewa yang mengatasi semua dewa. Ia adalah dewa yang ngejawantah ” menjelma ” ( menjadi manusia ) yang kemudian menjadi pamong para Pandawa dan ksatria utama lainnya yang tidak terkalahkan.
Oleh karena para Pandawa merupakan nenek moyang raja-raja Jawa ( Poedjowijatno, 1975 : 49 ) Semar diyakini sebagai pamong dan danyang pulau Jawa dan seluruh dunia ( Geertz 1969 : 264 ). Ia merupakan pribadi yang bernilai paling bijaksana berkat sikap bathinnya dan bukan karena sikap lahir dan keterdidikannya ( Suseno 1988 : 190 ). Ia merupakan pamong yang sepi ing pamrih, rame ing ngawe ” sepi akan maksud, rajin dalam bekerja dan memayu hayuning bawana ” menjaga kedamaian dunia ( Mulyono, 1978 : 119 dan Suseno 1988 : 193 )
Dari segi etimologi, joinboll ( dalam Mulyono 1978 : 28 ) berpendapat bahwa Semar berasal dari sar yang berarti sinar ” cahaya “. jadi Semar berarti suatu yang memancarkan cahaya atau dewa cahaya, sehingga ia disebut juga Nurcahya atau Nurrasa ( Mulyono 1978 : 18 ) yang didalam dirinya terdapat atau bersemayam Nur Muhammad, Nur Illahi atau sifat Ilahiah. Semar yang memiliki rupa dan bentuk yang samar, tetapi mempunyai segala kelebihan yang telah disebutkan itu, merupakan simbol yang bersifat Ilahiah pula ( Mulyono 1978 : 118 – Suseno 1988 : 191 ). Sehubungan dengan itu, Prodjosoebroto ( 1969 : 31 ) berpendapat dan menggambarkan ( dalam bentuk kaligrafi ) bahwa jasat Semar penuh dengan kalimat Allah.
Sifat ilahiah itu ditunjukkan pula dengan sebutan badranaya yang berarti ” pimpinan rahmani ” yakni pimpinan yang penuh dengan belas kasih ( timoer, tt : 13 ). Semar juga dapat dijadikan simbol rasa eling ” rasa ingat ” ( timoer 1994 : 4 ), yakni ingat kepada Yang Maha Pencipta dan segala ciptaanNYA yang berupa alam semesta. Oleh karena itu sifat ilahiah itu pula, Semar dijadikan simbol aliran kebatinan Sapta Darma ( Mulyono 1978 : 35 )
Berkenaan dengan mitologi yang merekfleksikan segala kelebihan dan sifat ilahiah pada pribadi Semar, maka timbul gagasan agar dalam pementasan wayang disuguhkan lakon ” Semar Mbabar Jati Diri “. gagasan itu muncul dari presiden Suharto dihadapan para dalang yang sedang mengikuti Rapat Paripurna Pepadi di Jakarta pada tanggal, 20-23 Januari 1995. Tujuanya agar para dalang ikut berperan serta menyukseskan program pemerintah dalam pembangunan manusia seutuhnya, termasuk pembudayaan P4 ( Cermomanggolo 1995 : 5 ). Gagasan itu disambut para dalang dengan menggelar lakon tersebut. Para dalang yang pernah mementaskan lakon itu antara lain : Gitopurbacarita, Panut Darmaka, Anom Suroto, Subana, Cermomanggolo dan manteb Soedarsono ( Cermomanggolo 1995 : 5 – Arum 1995 : 10 ). Dikemukan oleh Arum ( 1995:10 ) bahwa dalam pementasan wayang kulit dengan lakon ” Semar Mbabar Jadi Diri ” diharapkan agar khalayak mampu memahami dan menghayati kawruh sangkan paraning dumadi ” ilmu asal dan tujuan hidup, yang digali dari falsafat aksara Jawa Ha-Na-Ca-Ra-Ka. Pemahaman dan penghayatan kawruh sangkan paraning dumadi yang bersumber filsafat aksara Jawa itu sejalan dengan pemikiran Soenarto Timoer ( 1994:4 ) bahwa filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka mengandung makna sebagai sumber daya yang dapat memberikan tuntunan dan menjadi panutan ke arah keselamatan hidup. Sumber daya itu dapat disimbolkan dengan Semar yang berpengawak sastra dentawyanjana. Bahkan jika mengacu pendapat Warsito ( dalam Ciptoprawiro 1991:46 ) bahwa aksara Jawa itu diciptakan Semar, maka tepatlah apabila pemahaman dan penghayatan kawruh sangkan paraning dumadi tersebut bersumberkan filsafat Ha-Na-Ca-Ra-Ka.
KAKANG SEMAR LAN ANTAGA KAKI
WECAN TUNJUNG SETA
TUMEKA KAKI SEMAR
GINUBAH DENING : PANEMBAHAN PRAMANA SETA ING GIRIMAYA
dandang gulo
1.INGSUN MELING MRING SIRA KALIHNYA
KANG DADYA SESENGGEMANE
NGIRIDA GUNG LELEMBUT
BALA SILUMAN NUSA JAWI
KABYANTOKNA SANG NATA
H E R U C A K R A P R A B U
NATA TEDHAKING BARATA
WIJILIRA ING KETANGGA SONYARURI
SAJRONING ALAS PUDHAK
2.DUK TIMURNYA BABARAN SURANDHIL
INGKANG IBU TEDHAKING MATARAM
KANG RAMA TRAHING RASULE
G I N A I P M I Y O S I P U N
SANG TUNJUNG SETA JEJULUK NEKI
DUK SIH KINEKER MARANG HYANG
KESAMPAR KESANDUNG
JALMA SAMYA KATAMBUHAN
TAN WIKAN MRING PUDHAK SINUMPET SINANDI
DEWA MANGEJAWANTAH
Paradoks Semar Oleh JAKOB SUMARDJO
PARA pencinta wayang kulit Jawa tentu tak asing lagi dengan tokoh Semar. Setiap pertunjukan tokoh ini selalu hadir. Semar dan anak-anaknya selalu menjadi pelayan atau pembantu kesatria yang baik, umumnya Arjuna atau anak Arjuna, penengah Pandawa. Semar adalah sebuah filsafat, baik etik maupun politik. Di balik tokoh hamba para kesatria ini, terdapat pola pikir yang mendasarinya.
Tokoh Semar juga disebut Ismaya, yang berasal dari Manik dan Maya. Manik itu Batara Guru, Maya itu Semar. Batara Guru menguasai kahiyangan para dewa dan manusia, sedangkan Semar menguasai bumi dan manusia. Manik dan Maya lahir dari sebuah wujud sejenis telur yang muncul bersama suara genta di tengah-tengah kekosongan mutlak (suwung-awang-uwung).
Telur itu pecah menjadi kenyataan fenomena, yakni langit dan bumi (ruang, kulit telur), gelap dan terang (waktu, putih telur), dan pelaku di dalam ruang dan waktu (kuning telur menjadi Dewa Manik dan Dewa Maya). Begitulah kisah Kitab Kejadian masyarakat Jawa.
Kenyataannya, ruang-waktu-pelaku itu selalu bersifat dua dan kembar. Langit di atas, bumi di bawah. Malam yang gelap, dan siang yang terang. Manik yang tampan dan kuning kulitnya, Semar (Ismaya) yang jelek rupanya dan hitam kulitnya. Paradoks pelaku semesta itu dapat dikembangkan lebih jauh dalam rangkaian paradoks-paradoks yang rumit.
Batara Guru itu mahadewa di dunia atas, Semar mahadewa di dunia bawah. Batara Guru penguasa kosmos (keteraturan) Batara Semar penguasa keos. Batara Guru penuh etiket sopan santun tingkat tinggi, Batara Semar sepenuhnya urakan.
Batara Guru simbol dari para penguasa dan raja-raja, Semar adalah simbol rakyat paling jelata. Batara Guru biasanya digambarkan sering tidak dapat mengendalikan nafsu-nafsunya, Semar justru sering mengendaikan nafsu-nafsu majikannya dengan kebijaksanaan — kebijaksanaan. Batara Guru berbicara dalam bahasa prosa, Semar sering menggunakan bahasa wangsalan (sastra).
Batara Guru lebih banyak marah dan mengambil keputusan tergesa-gesa, sebaliknya Semar sering menangis menyaksikan penderitaan majikannya dan sesamanya serta penuh kesabaran.
Batara Guru ditakuti dan disegani para dewa dan raja-raja, Semar hanyalah pembantu rumah tangga para kesatria. Batara Guru selalu hidup di lingkungan yang “wangi”, sedang Semar suka kentut sembarangan. Batara Guru itu pemimpin, Semar itu rakyat jelata yang paling rendah.
Seabrek paradoks masih dapat ditemukan dalam kisah-kisah wayang kulit. Pelaku kembar semesta di awal penciptaan ini, Batara Guru dan Batara Semar, siapakah yang lebih utama atau lebih “tua”? Jawabannya terdapat dalam kitab Manik-Maya (abad ke-19).
Ketika Batara Semar protes kepada Sang Hyang Wisesa, mengapa ia diciptakan dalam wujud jelek, dan berkulit hitam legam bagai kain wedelan (biru-hitam), maka Sang Hyang Wisesa (Sang Hyang Tunggal?) menjawab, bahwa warna hitam itu bermakna tidak berubah dan abadi; hitam itu untuk menyamarkan yang sejatinya “ada” itu “tidak ada”, sedangkan yang “tidak ada” diterka “bukan”, yang “bukan” diterka “ya”.
Dengan demikian Batara Semar lebih “tua” dari adiknya Batara Guru. Semar itu “kakak” dan Batara Guru itu “adik”, suatu pasangan kembar yang paradoks pula.
Semar itu lambang gelap gulita, lambang misteri, ketidaktahuan mutlak, yang dalam beberapa ajaran mistik sering disebut-sebut sebagai ketidaktahuan kita mengenai Tuhan.
Mengingat genealogi Semar yang semacam itu dalam budaya Jawa, maka tidak mengherankan bahwa tokoh Semar selalu hadir dalam setiap lakon wayang, dan merupakan tokoh wayang yang amat dicintai para penggemarnya. Meskipun dia hamba, rakyat jelata, buruk rupa, miskin, hitam legam, namun di balik wujud lahir tersebut tersimpan sifat-sifat mulia, yakni mengayomi, memecahkan masalah-masalah rumit, sabar, bijaksana, penuh humor.
Kulitnya, luarnya, kasar, sedang dalamnya halus. ** DALAM ilmu politik, Semar adalah pengejawantahan dari ungkapan Jawa tentang kekuasaan, yakni “manunggaling kawula-Gusti” (kesatuan hamba-Raja). Seorang pemimpin seharusnya menganut filsafat Semar ini.
Seorang pemimpin sebesar bangsa Indonesia ini harus memadukan antara atas dan bawah, pemimpin dan yang dipimpin, yang diberi kekuasaan dan yang menjadi sasaran kekuasaan, kepentingan hukum negara dan kepentingan objek hukum.
Hukum-hukum negara yang baik dari atas, belum tentu berakibat baik, kalau yang dari atas itu tidak disinkronkan dengan kepentingan dan kondisi rakyat. Manunggaling kawula-Gusti. Pemimpin sejati bagi rakyat itu bukan Batara Guru, tetapi Semar. Pemimpin sejati itu sebuah paradoks.
Semar adalah kakak lebih tua dari Batara Guru yang terhormat dan penuh etiket kenegaraan-kahiyangan, tetapi ia menyatu dengan rakyat yang paling papa. Dengan para dewa, Semar tidak pernah berbahasa halus, tetapi kepada majikan yang diabdinya (rakyat) ia berbahasa halus.
Semar menghormati rakyat jelata lebih dari menghormati para dewa-dewa pemimpin itu. Semar tidak pernah mengentuti rakyat, tetapi kerjanya membuang kentut ke arah para dewa yang telah salah bekerja menjalankan kewajibannya. Semar itu hakikatnya di atas, tetapi eksistensinya di bawah.
Badan halusnya, karakternya, kualitasnya adalah tingkat tinggi, tetapi perwujudannya sangat merakyat. Semar gampang menangis melihat penderitaan manusia yang diabdinya, itulah sebabnya wayang Semar matanya selalu berair. Semar lebih mampu menangisi orang lain daripada menangisi dirinya sendiri. Pemimpin Semar sudah tidak peduli dan tidak memikirkan dirinya sendiri, tetapi hanya memikirkan penderitaan orang lain. Ego Semar itu telah lenyap, digantikan oleh “yang lain”.
Semar itu seharusnya penguasa dunia atas yang paling tinggi dalam fenomena, tetapi ia memilih berada di dunia bawah yang paling bawah. Karena penguasa tertinggi, ia menguasai segalanya. Namun, ia memilih tidak kaya. Semar dan anak-anaknya itu ikut menumpang makan dalang, sehingga kalau suguhan tuan rumah kurang enak karena ada yang basi, maka Semar mencegah anak-anaknya, yang melalui dalang, mencela suguhan tuan rumah. Makanan apa pun yang datang padanya harus disyukuri sebagai anugerah. Batara Semar, di tanah Sunda, dikenal dalam wujud Batara Lengser.
Lengser, longsor, lingsir, selalu berkonotasi “turun”. Semar itu adalah pemimpin tertinggi yang turun ke lapis paling bawah. Seorang pemimpin tidak melihat yang dipimpinnya dari atas singgasananya yang terisolasi, tetapi melihat dari arah rakyat yang dipimpinnya. Seorang pemimin tidak menangisi dirinya yang dihujat rakyat, tetapi menangisi rakyat yang dihujat bawahan bawahannya. Seorang pemimpin tidak marah dimarahi rakyatnya, tetapi memarahi dirinya akibat dimarahi rakyat.
Pemimpin sejati itu, menurut filsafat Semar, adalah sebuah paradoks. Seorang pemimpin itu majikan sekaligus pelayan, kaya tetapi tidak terikat kekayaannya, tegas dalam keadilan untuk memutuskan mana yang benar dan mana yang salah namun tetap berkasih sayang. Filsafat paradoks kepemimpinan ini sebenarnya bersumber dari kitab Hastabrata atau Delapan Ajaran Dewa.
Dewa Kekayaan berseberangan dengan Desa Kedermawanan, yang bermakna seorang pemimpin harus mengusahakan dirinya (dulu, sebagai raja) agar kaya raya, tetapi kekayaan itu bukan buat dirinya, tetapi buat rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin Indonesia sekarang ini selayaknya seorang enterpreneur juga, yang lihai menggali kekayaan buat negara. Dewa Keadilan berseberangan dengan watak Dewa Kasih Sayang.
Seorang pemimpin harus membela kebenaran, keadilan, tetapi juga mempertimbangkan rasa keadilannya dengan kasih sayang untuk memelihara kehidupan.
Dewa Api (keberanian) itu berseberangan dengan Dewa Laut (air), yakni keberaniannya bertindak melindungi rakyatnya didasari oleh pertimbangan perhitungan dan kebijaksanaan yang dingin-rasional. Dewa Maut berseberangan dengan watak Dewa Angin.
Menumpas kejahatan dalam negara itu harus dipadukan dengan ketelitiannya dalam mengumpulkan detail-detail data, bagai angin yang mampu memasuki ruang mana pun.
Ajaran tua tentang kekuasaan politik bersumber dari Hastabrata tersebut, dan dimitoskan dalam diri Semar yang paradoks itu. Etika kekuasaan itu ada dalam diri tokoh Semar. Ia Dewa Tua tetapi menjadi hamba.
Ia berkuasa tetapi melayani. Ia kasar di kalangan atas, tetapi ia halus di kalangan bawah. Ia kaya raya penguasa semesta, tetapi memilih memakan nasi sisa. Ia marah kalau kalangan atas bertindak tidak adil, ia menyindir dalam bahasa metafora apabila yang dilayaninya berbuat salah. Bentuk badan Semar juga paradoks, seperti perempuan tetapi juga mirip lelaki, kombinasi ketegasan dan kelembutan
3.WUS PINASTI KANG MURBENG DUMADI
SANG TUNJUNG SETA KINARYA DHUTA
JUMENENG PARANPARANE
N G A D I L I N U S A N I P U N
NGASTHA DARMANING UMUM’
KALIS ING MAYANE NDOYA
WUS WINELEG MUKTI WIBAWANING DIRI
ING KETANGGA SILUMAN
4.SATRU MUNGSUH SAMYA HANGEMASI
TUMPES TAPIS KATAMAN PRABAWA
KASEKTEN SABDA CIPTANE
NGGEGIRISI BALANIPUN
WUJUD KALABANG KALAJENGKING
S I R U L L A H A J I N I P U N
P R A J U R I T L E L E M B U T
IKU KANG WEKAS INGWANG
SIRA NDEREK ANGEMONG ING TEMBE WURI
SANG NATA BINATHARA
5.WONG CILIK SAMYA SUKA ING ATI
GUMUYU MURAH SANDHANG LAN TEDHA
GUYUB RUKUN SESAMANE
SAMYA MADHEP SUMUJUD
NGARSENG HYANG WIDHI LAN NJENG GHUSTI
W E D I W E W A L A T I R A
WINGITING SANG RATU
MANANGKA JAMAN KENCANA
KAKANG SEMAR GYA TINDAKNA WELING MAMI
NGIRIDTA GUNG LELEMBUT
6.MANANGKA WELINGE SANG AJI
SRI JAYABAYA NATA BINATHARA
MRING SANG PAMONG KALIHE
KAKANG SEMAR UMATUR
PUKULUN JAYABAYA AJI
PUN KAKANG WUS ANAMPA
KABEH SABDANIPUN
DADYA PASEKSENING JANGKA
MANGEJA WANTAHIRA PADUKA AJI
SANG NATA BINATHAR
7.JUMENENGIRA GUSTHI PRIBADI
LAMUN JANGKANING NUSA TUMEKA
NORA ENDHAS LAN BUNTUTE
PUN KAKANG WUS SUMAGGUH
NGEMONG SANG TUNJUNG SETA AJI
LAN NGIRID BYANTOKNA
S A G U N G I N G L E L E M B U T
SINEGEG WAWAN SABDANYA
SRI JAYABAYA LAN PAMONGNYA KEKALIH
MECA JANGKANING NUSA

Mitologi RATU KIDUL


Di dalam karaton banyak ditemukan berbagai macam lambang dalam segi kehidupan, dimulai dari bentuk dan cara mengatur bangunan, mengatur penanaman pohon yang dianggap keramat, mengatur tempat duduk, menyimpan dan memelihara pusaka, macam pakaian yang dikenakan dan cara mengenakannya, bahasa yang harus dipakai, tingkah laku, pemilihan warna dan seterusnya. Karaton juga menyimpan dan melestarikan nilai-nilai lama, Mitos yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat dan komunitas karaton adalah mitos Kangjeng Ratu Kidul.
Kedudukan mitos itu sangat menonjol, karena tanpa mengenal mitos Kangjeng Ratu Kidul, orang tidak akan dapat mengerti makna dari tarian sakral Bedhaya Ketawang, yang sejak Paku Buwana X naik tahta, setiap setahun sekali tarian itu dipergelarkan pada acara ulang tahun penobatan Raja. Tanpa mengenal mitos itu makna Panggung Sangga Buwana akan sulit dipahami, demikian pula mengenai mitos yang dulu dikenal rakyat sebagai lampor.
‘Gung pra peri perayangan ejim
sumiwi Sang Sinom
Prabu Rara yekti gedhe dhewe.
(kutipan dari “Babad Nitik”)
terjemahkan:
segenap makhluk halus jin
bersembah pada Sang Ratu
yang besar tak bertara
Terdapat berbagai macam versi mitos Kangjeng Ratu Kidul antara lain berdasarkan cerita pujangga Yosodipuro. Di kerajaan Kediri, terdapat seorang putra raja Jenggala yang bernama Raden Panji Sekar Taji yang pergi meninggalkan kerajaannya untuk mencari daerah kekuasaan baru. Pada masa pencariannya sampailah ia di hutan Sigaluh yang didalamnya terdapat pohon beringin berdaun putih dan bersulur panjang yang bernama waringin putih. Pohon itu ternyata merupakan pusat kerajaan para lelembut (mahluk halus) dengan Sang Prabu Banjaran Seta sebagai rajanya.
Berdasarkan keyakinannya akan daerah itu, Raden Panji Sekar Taji melakukan pembabatan hutan sehingga pohon waringin putih tersebut ikut terbabat. Dengan terbabatnya pohon itu si Raja lelembut yaitu Prabu Banjaran Seta merasa senang dan dapat menyempurnakan hidupnya dengan langsung musnah ke alam sebenarnya. Kemusnahannya berwujud suatu cahaya yang kemudian langsung masuk ke tubuh Raden Panji Sekar Taji sehingga menjadikan dirinya bertambah sakti.
Alkisah, Retnaning Dyah Angin-Angin adalah saudara perempuan Prabu Banjaran Seta yang kemudian menikah dengan Raden Panji Sekar Taji yang selanjutnya dinobatkan sebagai Raja. Dari hasil perkawinannya, pada hari Selasa Kliwon lahirlah putri yang bernama Ratu Hayu. Pada saat kelahirannya putri ini menurut cerita, dihadiri oleh para bidadari dan semua mahluk halus. Putri tersebut diberi nama oleh eyangnya (Eyang Sindhula), Ratu Pegedong dengan harapan nantinya akan menjadi wanita tercantik dijagat raya. Setelah dewasa ia benar-benar menjadi wanita yang cantik tanpa cacat atau sempurna dan wajahnya mirip dengan wajah ibunya bagaikan pinang dibelah dua. Pada suatu hari Ratu Hayu atau Ratu Pagedongan dengan menangis memohon kepada eyangnya agar kecantikan yang dimilikinya tetap abadi. Dengan kesaktian eyang Sindhula, akhirnya permohonan Ratu Pagedongan wanita yang cantik, tidak pernah tua atau keriput dan tidak pernah mati sampai hari kiamat dikabulkan, dengan syarat ia akan berubah sifatnya menjadi mahluk halus yang sakti mandra guna (tidak ada yang dapat mengalahkannya).
Setelah berubah wujudnya menjadi mahluk halus, oleh sang ayah Putri Pagedongan diberi kekuasaan dan tanggung jawab untuk memerintah seluruh wilayah Laut Selatan serta menguasai seluruh mahluk halus di seluruh pulau Jawa. Selama hidupnya Ratu Pagedongan tidak mempunyai pedamping tetapi ia diramalkan bahwa suatu saat ia akan bertemu dengan raja agung (hebat) yang memerintah di tanah Jawa. Sejak saat itu ia menjadi Ratu dari rakyat yang mahluk halus dan mempunyai berkuasa penuh di Laut Selatan.
Kekuasaan Ratu Kidul di Laut Selatan juga tertulis dalam serat Wedatama yang berbunyi:
Wikan wengkoning samodra,
Kederan wus den ideri,
Kinemat kamot hing driya,
Rinegan segegem dadi,
Dumadya angratoni,
Nenggih Kangjeng Ratu Kidul,
Ndedel nggayuh nggegana,
Umara marak maripih,
Sor prabawa lan wong agung Ngeksiganda.
terjemahkan:
Tahu akan batas samudra
Semua telah dijelajahi
Dipesona nya masuk hati
Digenggam satu menjadi
Jadilah ia merajai
Syahdan Sang Ratu Kidul
Terbang tinggi mengangkasa
Lalu datang bersembah
Kalah perbawa terhadap
Junjungan Mataram
[setubuh alamai-senyawa Illahi]
Yang artinya : Mengetahui/mengerti betapa kekuasaan samodra, seluruhnya sudah dilalui/dihayati, dirasakan dan meresap dalam sanubari, ibarat digenggam menjadi satu genggaman, sehingga terkuasai. Tersebutlah Kangjeng Ratu Kidul, naik ke angkasa, datang menghadap dengan hormat, kalah wibawa dengan raja Mataram.
Ada versi lain dari masyarakat Sunda (Jawa Barat) yang menceritakan bahwa pada jaman kerajaan Pajajaran, terdapat seorang putri raja yang buruk rupa dan mengidap penyakit kulit bersisik sehingga bentuk dan seluruh tubuhnya jelak tidak terawat.Oleh karena itu, Ia diusir dari kerajaan oleh saudara-saudaranya karena merasa malu mempunyai saudara yang berpenyakitan seperti dia. Dengan perasaan sedih dan kecewa, sang putri kemudian bunuh diri dengan mencebur ke laut selatan.
Pada suatu hari rombongan kerajaan Pajajaran mengadakan slametan di Pelabuhan Ratu. Pada saat mereka tengah kusuk berdoa muncullah si putri yang cantik dan mereka tidak mengerti mengapa ia berada disitu, kemudian si putri menjelaskan bahwa ia adalah putri kerajaan Pajajaran yang diusir oleh kerajaan dan bunuh diri di laut selatan, tetapi sekarang telah menjadi Ratu mahluk halus dan menguasai seluruh Laut Selatan. Selanjutnya oleh masyarakat, ia dikenal sebagai Ratu Kidul.
Dari cerita-cerita mitos tentang Kangjeng Ratu Kidul, jelaslah bahwa Kangjeng Ratu Kidul adalh penguasa lautan yang bertahta di Laut Selatan dengan kerajaan yang bernama Karaton Bale Sokodhomas.
Mitos Pertemuan Kangjeng Ratu Kidul Dengan Penembahan Senopati
Sebelum Panambahan Senopati dinobatkan menjadi raja, beliau melakukan tapabrata di Dlepih dan tapa ngeli. Dalam laku tapabratanya, beliau selalu memohon kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar dapat membimbing dan mengayomi rakyatnya sehingga terwujud masyarakat yang adil dan makmur.
Dalam cerita, pada waktu Panembahan Senopati melakukan tapa ngeli, sampai di tempuran atau tempat bertemunya aliran sungai Opak dan sungai Gajah Wong di dekat desa Plered dan sudah dekat dengan Parang Kusumo, Laut Selatan tiba-tiba terjadilah badai dilaut yang dasyat sehingga pohon-pohon dipesisir pantai tercabut beserta akarnya, ikan-ikan terlempar di darat dan menjadikan air laut menjadi panas seolah-olah mendidih. Bencana alam ini menarik perhatian Kangjeng Ratu Kidul yang kemudian muncul dipermukaan laut mencari penyebab terjadinya bencana alam tersebut.
Dalam pencariannya, Kangjeng Ratu Kidul menemukan seorang satria sedang bertapa di tempuran sungai Opak dan sungai Gajah Wong, yang tidak lain adalah Sang Panembahan Senopati. Pada waktu Kangjeng Ratu Kidul melihat ketampanan Senopati, kemudian jatuh cinta. Selanjutnya Kangjeng Ratu Kidul menanyakan apa yang menjadi keinginan Panembahan Senopati sehingga melakukan tapabrata yang sangat berat dan menimbulkan bencana alam di laut selatan, kemudian Panembahan menjelaskan keinginannya
Kangjeng Ratu Kidul memperkenalkan diri sebagai raja di Laut Selatan dengan segala kekuasaan dan kesaktiannya. Kangjeng Ratu Kidul menyanggupi untuk membantu Panembahan Senopati mencapai cita-cita yang diinginkan dengan syarat, bila terkabul keinginannya maka Panembahan Senopati beserta raja-raja keturunannya bersedia menjadi suami Kangjeng Ratu Kidul. Panembahan Senopati menyanggupi persyaratan Kangjeng Ratu Kidul namun dengan ketentuan bahwa perkawinan antara Panembahan Senopati dan keturunannya tidak menghasilkan anak. Setelah terjadi kesepakatan itu maka alam kembali tenang dan ikan-ikan yang setengah mati hidup kembali.
Adanya perkawinan itu konon mengandung makna simbolis bersatunya air (laut) dengan bumi (daratan/tanah). Ratu Kidul dilambangkan dengan air sedangkan raja Mataram dilambangkan dengan bumi. Makna simbolisnya adalah dengan bersatunya air dan bumi maka akan membawa kesuburan bagi kehidupan kerajaan Mataram yang akan datang.
Menurut sejarah bahwa Panembahan Senopati sebagai raja Mataram yang beristrikan Kangjeng Ratu Kidul tersebut merupakan cikal bakal atau leluhur para raja Mataram ,termasuk Karaton Surakarta Hadiningrat. Oleh karena itu maka raja-raja karaton Surakarta sesuai dengan janji Panembahan Senopati yaitu menjadi suami dari Kangjeng Ratu Kidul. Dalam perkembangannya, raja Paku Buwana III selaku suami Kangjeng Ratu Kidul telah mendirikan Panggung Sangga Buawana sebagai tempat pertemuannya. Selanjutnya tradisi raja-raja Surakarta sebagai suami Kangjeng Ratu Kidul berlangsung terus sampai dengan raja Paku Buwana X. Alkisah Paku Buwana X yang merupakan suami Ratu Kidul sedang bermain asmara di Panggung Sangga Buwana. Pada saat mereka berdua menuruni tangga Panggung yang curam tiba-tiba Paku Buwana X terpeleset dan hampir jatuh dari tangga tetapi berhasil diselamatkan oleh Kangjeng Ratu Kidul. Dalam kekagetannya itu Ratu Kidul berseru : “Anakku ngGer…………..” (Oh……….Anakku). Apa yang diucapkan oleh Kangjeng Ratu Kidul itu sebagai Sabda Pandito Ratu artinya sabda Raja harus ditaati. Sejak saat itu hubungan kedudukan mereka berdua berubah bukanlah lagi sebagai suami istri , tetapi hubungannya sebagai ibu dan anak, begitu pula terhadap raja-raja keturunan Paku Buwana X selanjutnya.
PANGGUNG SANGGA BUWANA DAN MITOSNYA
Secara mistik kejawen, Panggung Sangga Buwana dipercaya sebagai tempat pertemuan raja-raja Surakarta dengan Kangjeng Ratu Kidul, oleh karena itu letak Panggugu Sangga Buwana tersebut persis segaris lurus dengan jalan keluar kota Solo yang menuju ke Wonogiri. Konon, menurut kepercayaan, hal itu memang disengaja sebab datangnya Ratu Kidul dari arah Selatan.
Pada puncak bangunan Panggung Sangga Buwana yang berbentuk seperti topi bulat terdapat sebuah hiasan seekor naga yang dikendarai oleh manusia sambil memanah. Menurut Babad Surakarta, hal itu bukan sekedar hiasan semata tetapi juga dimaksudkan sebagai sengkalan milir. Bila diterjemahkan dalam kata-kata sengkalan milir itu berbunyi Naga Muluk Tinitihan Janma, yang berarti tahun 1708 Jawa atau 1782 Masehi yang merupakan tahun berdirinya Panggung Sangga Buwana (Naga=8, Muluk=0, Tinitihan=7, dan Janma=1)
Arti lain dari sengkalan milir tersebut adalah: 8 diartikan dengan bentuknya yang segi delapan, 0 yang diartikan dengan tutup bagian atas bangunan yangberbentuk seperti topi, 7 adalah manusia yang mengendarai naga sambil memanah dan 1 diartikan sebagai tiang atau bentuk bangunannya yang seperti tiang.
Namun demikian, sebenarnya nama Panggung Sangga Buwana itu sendiri juga merupakan sebuah sengkalan milir yang merupakan kependekan dari kata Panggung Luhur Sinangga Buwana. Dari nama tersebut lahir dua sengkalan sekaligus yang bila diterjemahkan akan didapati dua jenis tahun yaitu tahun Jawa dan tahun Hijryah. Untuk sengkalan tahun Hijryah, Panggung berarti gabungan dua kata, PA dan AGUNG. Pa adalah huruf Jawa dan Agung adalah besar berarti huruf Jawa Pa besar yaitu angka delapan. Sedangkan Sangga adalah gabungan kata SANG da GA yang merupakan singkatan dari Sang atau sembilan dan Ga adalah huruf Jawa atau angka Jawa yang nilainya satu. Serta kata Buwana yang artinya dunia, yang bermakna angka satu pula. Dengan demikian menunjukkan angka tahun 1198 Hijryah.
Kemudian untuk sengkalan tahun Jawa kata Panggung Luhur Sinangga Buwana. Panggung juga tediri dari PA dan AGUNG yang berarti huruf Jawa Pa besar sama dengan 8. Luhur mempunyai makna tanpa batas yang berarti angka 0. Sinangga bermakna angka 7 dan Buwana bermakna angka 1. Shingga bila digabungkan mempunyai arti yang sama yaitu tahun 1708 Jawa. Kedua tahun tersebut, baik tahun Jawa dan Hijryah bila dimaksukkan atau dikonversikan ke tahun Masehi sama-sama menunjukkan angka 1782, saat pembangunan panggung tersebut.
Pada Panggung Sangga Buwana masih didapati sebuah sengkalan milir yang pada jaman penjajahan Belanda dirahasiakan adanya. Sebab diketahui sengkalan terakhir ini berupa sebuah ramalan tentang tahun kemerdekaan Indonesia, sehingga jelas akan menimbulkan bahaya apabila diketahui oleh Belanda. Selain itu yang namanya ramalan memang tidak boleh secara gegabah diumumkan, mengingat ketakaburan manusia yang dapat ditaksirkan akan mendahului takdir Tuhan.
Sengkalan rahasia yang dimaksud adalah terletak pada puncak atas panggung yang telah disinggung yaitu Naga Muluk Tinitihan Janma. Bentuk dari hiasan tersebut adalah manusia yang naik ular naga tengah beraksi hendak melepaskan anak panah dari busurnya, sedangkan naganya sendiri digambarkan memakai mahkota. Hal ini merupakan
Sabda terselubung dari Sunan PB III yang kemudian ketika disuruh mengartikan kepada seorang punjangga karaton Surakarta yang bernama Kyai Yosodipuro, juga cocok yaitu ramalan tahun kemerdekaan bangsa Indonesia adalah tahun 1945.
Naga atau ular diartikan melambangkan rakyat jelata dan mahkotanya berarti kekuasaan. Dengan demikian keseluruhan sosok naga tersebut menggambarkan adanya kekuasaan ditangan rakyat jelata. Dan gambarkan manusia yang mengendarainya dengan siap melepaskan anak panah diartikan sebagai sasaran, kapan tepatnya kekuasaan berada ditangan rakyat.
Sebenarnya sosok manusia mengendarai naga tersebut dipasang juga untuk mengetahui arah mata angin dan tiang yang berada dipuncaknya dan digunakan untuk penangkal petir. Hal tersebut oleh Kyai Yosodipuro dibaca sebagai sengkalan juga yaitu keblat Rinaras Tri Buwana. Keblat = 4, Rinaras = 6, Tri = 3 dan Buwana = 1 atau tahun 1364 Hijryah, bila dimasukan atau dikonversikan ke tahun Masehi akan menjadi 1945 yang merupakan tahun kemerdekaan bangsa Indonesia. Sayangnya bangunan Sangga Buwana beserta hiasan asli dipuncaknya itu pernah terbakar dilalap api tahun 1954, tetapi hingga sekarang kepercayaan masyarakat dan legenda akan bangunan tersebut tidak pernah punah sehingga mereka tetap menghormati dan menghargainya dengan cara selalu melakukan upacara sesaji atau yang lazim disebut caos dahar pada setiap hari Selasa Kliwon atau Anggoro Kasih, setiap malam Jumat dan saat menjelang upacara-upacara kebesaran karaton.
Bangunan Panggung Sangga Buwana apabila dilihat sebagai sumbu dari bangunan karaton secara keseluruhan yang menghadap ke arah utara, maka semua Bangunan yang berada di sebelah kiri Panggung Sangga Buwana mempunyai hubungan vertikal dan yang sebelah kanan mempunyai hubungan horisontal. Hubungan vertikal tersebut yaitu hubungan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai kegiatan spiritual misalnya : bangunan Jonggring Selaka, Sanggar Palanggatan, Sanggar Segan, Mesjid Bandengan, Mesjid Pudyasana, Mesjid Suranatan, Mesjid Agung, Gereja Protestan Gladag dan Gereja Katolik Purbayan. Sedangkan hubungan horizontal yaitu kegiatan duniawi manusia misalnya Pasar Gading, Pasar Kliwon, Pasar Gedhe, dan sebelah timur lagi terdapat sarana transportasi Begawan Solo.
Panggung Sangga Buwana juga mempunyai arti sebagai penyangga bumi memiliki ketinggian kira-kira 30 meter sampai puncak teratas. Didalam lingkungan masyarakat Solo terdapat sebuah kepercayaan bahwa bangunan-bangunan yang berdiri di kota Solo tidak boleh melebihi dari Panggung Sangga Buwana karena mereka sangat menghormati rajanya dan mempercayai akan kegiatan yang terjadi di puncak bangunan tersebut sehingga apabila ada bangunan yang melanggarnya maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
BENTUK PANGGUNG SANGGA BUWANA
Bentuk fisik dari Panggung Sangga Buwana adalah segi delapan atau hasta walu dalam istilah Jawa. Bentuk yang segi delapan itu diartikan sebagai hasta brata yang menurut filosifi orang Jawa adalah sifat kepepimpinan, jadi diharapkan setiap pemimpin mempunyai sifat yang demikian. Filsafat Jawa selalu berorientasi pada alam karana dengan alam mereka dapat menikmati hidup dan merasakan komunikasi batin manusia dengan Sang Pencipta. Orang Jawa juga mempercayai bahwa apabila bangunan yang tidak menghiraukan alam lingkungan maka bangunan tersebut akan jauh dari situasi manusiawi.
Ajaran hasta brata atau delapan laku yang merupakan ajaran kepemimpinan bagi setiap manusia. Dari ajaran tersebut diharapkan setiap pemimpin mempunyai sifat-sifat seperti watak kedelapan unsur alam yaitu:
1. Matahari yang diartikan sebagai seorang pemimpin harus dapat menjadi sumber hidup orang lain.
2. Bulan mengartikan penerangan dalam kegelapan.
3. Bintang sebagai petunjuk arah bagi yang tersesat
4. Bumi yang maksudnya seorang pemimpin yang baik harus kuat menerima beban hidup yang diterimanya.
5. Mendhung diharapkan sebagai pemimpin tidak mempunyai sifat yang tidak pilih kasih.
6. Api yang berarti mematangkan yang mentah
7. Samodra/Air dimaksudkan bahwa pemimpin harus dapat memahami segala kebaikan dan keburukan
8. Angin yang apabila berada dimanapun juga harus dapat membawa kesejukkan.
Seorang pemimpin yang dihormati oleh rakyatnya karena rakyat mengharapkan dengan hadirnya pemimpin yang mempunyai sifat demikian maka mereka pasti akan hidup rukun, tentram dan damai sejahtera.
Dari bentuk fisik bangunan Panggung Sangga Buwana juga melambangkan sebagai simbol lingga yang yang berdampingan dengan yoni yaitu Kori Srimanganti. Dalam kepercayaan agama hindu, lingga dan yoni melambangkan Dewa Shiwa atau Dewa Kesuburan. Simbol lingga dan yoni juga terukir atau terekam dalam bentuk ornamen di Kori Srimanganti yang berarti bahwa sebagai perantara kelahiran manusia yang juga mengingatkan hidup dalam alam paberayan senantiasa bersikap keatas dan kebawah serta ke kanan dan ke kiri. Hal ini semua mengandung arti bahwa manusia harus selalu ingat adanya Yang Menitahkan dan sekaligus mengakui bahwa manusia hanya sebagai yang dititahkan. Sedangkan ke kanan dan ke kiri dapat diartikan manusia selalu hidup bermasyarakat.
Panggung Sangga Buwana yang melambangkan lingga diartikan juga sebagai suatu kekuatan yang dominan disamping menimbulkan lingga-yoni yang juga merupakan lapisan inti atau utama dari urut-urutan bangunan Gapura Gladag di Utara hingga Gapura Gading di Selatan. Lingga dan yoni merupakan kesucian terakhir dalam hidup manusia, hal ini kemudian menimbulkan sangkang paraning dumadi yaitu dengan lingga dan yoni terjadilah manusia. Jadi dengan kata lain kesucian dalam hubungannya dengan filsafat bentuk secara simbolik dapat melambangkan hidup.
Panggung yang dilambangkan sebagai lingga dan Srimanganti sebagai yoni, juga merupakan suatu pasemon atau kiasan goda yang terbesar. Maksudnya, lingga adalah penggoda yoni, dan sebaliknya yoni merupakan penggoda lingga. Seterusnya, panggung dan kori itu juga merupakan lambang yang bisa diartikan demikian: seorang lelaki dalam menghadapi sakaratul maut, yaitu ketika ia hampir berangkat menuju ke hadirat Tuhan, ia akan sangat tergoda oleh wanita atau sebaliknya. Begitu pula sebaliknya wanita, ketika dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa ia pun sangat tergoda atau sangat teringat akan pria atau kekasihnya. Begitulah makna yang terkandung atau perlambang yang terkandung di dalam Panggug Sangga Buwana bersama Kori Srimanganti yang selalu berdekatan.
FUNGSI PANGGUNG SANGGA BUWANA
Versi lain mengatakan bahwa Panggung Sangga Buwana ditilik dari segi historisnya, pendirian bangunan tersebut disengaja untuk mengintai kegiatan di Benteng Vastenburg milik Belanda yang berada disebelah timur laut karaton. Memang tampaknya, walaupun karaton Surakarta tuduk pada pemerintahan Belanda, keduanya tetap saling mengintai. Ibarat minyak dan air yang selalu terpisah jelas kendati dalam satu wadah. Belanda mendirikan Benteng Vastenburg untuk mengamati kegiatan karaton, sedangkan PB III yang juga tidak percaya pada Belanda, balas mendirikan Panggung Sangga Buwana untuk mengintai kegiatan beteng.
Namun tak-tik PB III sempat diketahui oleh Belanda. Setidaknya Belanda curiga terhadap panggung yang didirikan itu. Dan ketika di tegur, PB III berdalih bahwa panggung tersebut didirikan untuk upacara dengan Kangjeng Ratu Kidul semata tanpa tendensi politik sedikitpun.
Lantai teratas merupakan inti dari bangunan ini, yang biasa disebut tutup saji. Fungsi atau kegunaan dari ruang ini bila dilihat secara strategis dan filosofis atau spiritual adalah:
1. Secara strategis, dapat digunakan untuk melihat Solo dan sekitarnya. Untuk dapat melihat kota Solo dari lantai atas panggung dan tidak sembarangan orang yang dapat menaiki, ada petugas yang memang bertugas untuk melihat dengan menggunakan teropong atau kadang-kadang raja Surakarta sendiri yang melakukan pengintaian. Pada jaman dulu raja sering naik keatas untuk melihat bagaimana keadaan kota, rakyat dan musuh.
2. Segi filosofi dan spiritualnya, Panggung Sanggga Buwana merupakan salah satu tempat yang mempunyai hubungan antara Kengjeng Ratu Kencono Sari dengan raja Jawa setempat. Hal yang memperkuat keyakinan bahwa raja-raja Jawa mempunyai hubungan dengan Kangjeng Ratu Kidul atau Kangjeng Ratu Kencono Sari yang dipercaya sebagai penguasa laut dalam hal ini di Laut Selatan dan raja sebagai penguasa daratan, jadi komunikasi didalam tingkatan spiritual antara raja sebagai penguasa didaratan dan Kangjeng Ratu Kencono Sari sebagai penguasa lautan dikaitkan dengan letak geografis Nusantara sebagai negara maritim.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ruang tutup saji ini digunakan sebagai:
- tempat meditasi bagi raja, karena letaknya yang tinggi dan ruang ini memberikan suasana hening dan tentram
- tempat meraga sukma bagi raja, untuk mengadakan pertemuan dengan Kangjeng Ratu Kidul.
- Tempat untuk mengawasi keadaan atau pemandangan sekeliling karaton.
Pada lantai teratas digunakan untuk bersemedi raja dan pertemuan dengan Kangjeng Ratu Kidul terdapt dua kursi yang diperuntukkan bagi raja (kursi sebelah kiri) dan Ratu Kidul (kursi sebelah kanan) yang menghadap ke arah selatan. Arah orientasi dari bangunan ini adalah ke selatan; pintu masuk dari arah selatan dengan tujuan untuk menghormati Kangjeng Ratu Kidul sebagai penguasa Laut Selatan. Diantara dua buah kursi terdapat sebuah meja yang digunakan untuk meletakkan panggageman Kangjeng Ratu Kidul didalam sebuah kotak. Pangageman tersebut diganti setiap tahun menjelang acara Jumenengan raja.
Menurut cerita, pada saat mengadakan pertemuan dengan raja, Kangjeng Ratu Kidul mengenakan pakaiannya dan seketika itu juga beliau berwujud seperti manusia. Setelah pertemuan selesai, Kangjeng Ratu Kidul kembali ke alamnya dengan sebelumnya mengembalikan ageman yang dikenakannya ke dalam kotak.
Didalam ruang tutup saji yang berdiameter kira-kira 6 meter, pada bagian tepat ditengah ruangan terdapat kolom kayu yang secara simbolis menunjukkan bahwa segala kegiatan yang dilakukan di tutup saji mempunyai hubungan dengan Tuhan. Kayu yang digunakan adalah kayu jati yang berasal dari hutan donoloyo yang dianggap angker bagi orang jawa.

Ramayana


Ramayana konon kabranya diambil dari ceritera yang benar-benar pernah terjadi di daratan India. Saat itu daratan India dikalahkan oleh India Lautan yang juga disebut tanah Srilangka atau Langka, yang dalam pewayangan disebut Alengka. Tokoh Rama adalah pahlawan negeri India daratan, yang kemudian berhasil menghimpun kekuatan rakyat yang dilukiskan sebagai pasukan kera pimpinan Prabu Sugriwa. Sedang tanah yang direbut penguasa Alengka dilukiskan sebagai Dewi Sinta (dalam bahasa Sanskerta berarti tanah). Dalam penjajahan oleh negeri lain, umumnya segala peraturan negara dan budaya suatu bangsa akan mudah berganti dan berubah tatanan, yang digambarkan berupa kesucian Sinta yang diragukan diragukan.
Maka setelah Sinta dibebaskan, ia lantas pati obong, yang artinya keadaan negeri India mulai dibenahi, dengan merubah peraturan dan melenyapkan kebudayaan si bekas penjajah yang sempat berkembang di India. sebenarnya diambil dari ceritera yang benar-benar terjadi di daratan India. Saat itu daratan India dikalahkan oleh India Lautan yang juga disebut tanah Srilangka atau Langka, yang dalam pewayangan disebut Alengka. Tokoh Rama adalah pahlawan negeri India daratan, yang kemudian berhasil menghimpun kekuatan rakyat yang dilukiskan sebagai pasukan kera pimpinan Prabu Sugriwa. Sedang tanah yang direbut penguasa Alengka dilukiskan sebagai Dewi Sinta (dalam bahasa Sanskerta berarti tanah). Dalam penjajahan oleh negeri lain, umumnya segala peraturan negara dan budaya suatu bangsa akan mudah berganti dan berubah tatanan, yang digambarkan berupa kesucian Sinta yang diragukan diragukan. Maka setelah Sinta dibebaskan, ia lantas pati obong, yang artinya keadaan negeri India mulai dibenahi, dengan merubah peraturan dan melenyapkan kebudayaan si bekas penjajah yang sempat berkembang di India.
Dalam khazanah kesastraan Ramayana Jawa Kuno, dalam versi kakawin (bersumber dari karya sastra India abad VI dan VII yang berjudul Ravanavadha/kematian Rahwana yang disusun oleh pujangga Bhatti dan karya sastranya ini sering disebut Bhattikavya) dan versi prosa (mungkin bersumber dari Epos Walmiki kitab terakhir yaitu Uttarakanda dari India), secara singkat kisah Ramayana diawali dengan adanya seseorang bernama Rama, yaitu putra mahkota Prabu Dasarata di Kosala dengan ibukotanya Ayodya. Tiga saudara tirinya bernama Barata, Laksmana dan Satrukna. Rama lahir dari isteri pertama Dasarata bernama Kausala, Barata dari isteri keduanya bernama Kaikeyi serta Laksmana dan Satrukna dari isterinya ketiga bernama Sumitra. Mereka hidup rukun.
Sejak remaja, Rama dan Laksmana berguru kepada Wismamitra sehingga menjadi pemuda tangguh. Rama kemudian mengikuti sayembara di Matila ibukota negara Wideha. Berkat keberhasilannya menarik busur pusaka milik Prabu Janaka, ia dihadiahi putri sulungnya bernama Sinta, sedangkan Laksmana dinikahkan dengan Urmila, adik Sinta.
Setelah Dasarata tua, Rama yang direncanakan untuk menggantikannya menjadi raja, gagal setelah Kaikeyi mengingatkan janji Dasarata bahwa yang berhak atas tahta adalah Barata dan Rama harus dibuang selama 15 (lima belas) tahun. Atas dasar janji itulah dengan lapang dada Rama pergi mengembara ke hutan Dandaka, meskipun dihalangi ibunya maupun Barata sendiri. Kepergiannya itu diikuti oleh Sinta dan Laksmana.
Namun kepergian Rama membuat Dasarata sedih dan akhirnya meninggal. Untuk mengisi kekosongan singgasana, para petinggi kerajaan sepakat mengangkat Barata sebagai raja. Tapi ia menolak, karena menganggap bahwa tahta itu milik Rama, sang kakak. Untuk itu Barata disertai parajurit dan punggawanya, menjemput Rama di hutan. Saat ketemu kakaknya, Barata sambil menangis menuturkan perihal kematian Dasarata dan menyesalkan kehendak ibunya, untuk itu ia dan para punggawanya meminta agar Rama kembali ke Ayodya dan naik tahta. Tetapi Rama menolak serta tetap melaksanakan titah ayahandanya dan tidak menyalahkan sang ibu tiri, Kaikeyi, sekaligus membujuk Barata agar bersedia naik tahta. Setelah menerima sepatu dari Rama, Barata kembali ke kerajaan dan berjanji akan menjalankan pemerintahan sebagai wakil kakaknya
Banyak cobaan yang dihadapi Rama dan Laksmana, dalam pengembaraannya di hutan. Mereka harus menghadapi para raksasa yang meresahkan masyarakat disekitar hutan Kandaka itu. Musuh yang menjengkelkan adalah Surpanaka, raksesi yang menginginkan Rama dan Laksmana menjadi suaminya. Akibatnya, hidung dan telinga Surpanaka dibabat hingga putus oleh Laksmana. Dengan menahan sakit dan malu, Surpanaka mengadu kepada kakaknya, yaitu Rahwana yang menjadi raja raksasa di Alengka, sambil membujuk agar Rahwana merebut Sinta dari tangan Rama.
Dengan bantuan Marica yang mengubah diri menjadi kijang keemasan, Sinta berhasil diculik Rahwana dan dibawa ke Alengka.
Burung Jatayu yang berusaha menghalangi, tewas oleh senjata Rahwana. Sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir, Jatayu masih sempat mengabarkan nasib Sinta kepada Rama dan Laksmana yang sedang mencarinya.Dalam mencari Sinta, Rama dan Laksamana berjumpa pembesar kera yang bernama Sugriwa dan Hanuman. Mereka mengikat persahabatan dalam suka dan duka. Dengan bantuan Rama, Sugriwa dapat bertahta kembali di Kiskenda setelah berhasil mengalahkan Subali yang lalim. Setelah itu, Hanuman diperintahkan untuk membantu Rama mencari Sinta. Dengan pasukan kera yang dipimpin Anggada, anak Subali, mereka pergi mencari Sinta.
Atas petunjuk Sempati, kakak Jatayu, mereka menuju ke pantai selatan. Untuk mencapai Alengka, Hanuman meloncat dari puncak gunung Mahendra. Setibanya di ibukota Alengka, Hanuman berhasil menemui Sinta dan mengabarkan bahwa Rama akan segera membebaskannya. Sekembalinya dari Alengka, Hanuman melapor kepada Rama. Strategi penyerbuan pun segera disusun. Atas saran Wibisana, adik Rahwana yang membelot ke pasukan Rama, dibuatlah jembatan menuju Alengka. Setelah jembatan jadi, berhamburanlah pasukan kera menyerbu Alengka. Akhirnya, Rahwana dan pasukannya hancur. Wibisana kemudian dinobatkan menjadi raja Alengka, menggantikan kakaknya yang mati dalam peperangan. Yang menarik dan sampai saat ini sangat populer di Jawa, adalah adanya ajaran tentang bagaimana seharusnya seseorang memerintah sebuah kerajaan atau negara dari Rama kepada Wibisana, yang dikenal dengan sebutan ASTHABRATA.
Setelah berhasil membebaskan Sinta, pergilah Rama dan Sinta serta Laksmana dan seluruh pasukan (termasuk pasukan kera) ke Ayodya. Setibanya di ibukota negera Kosala itu, mereka disambut dengan meriah oleh Barata, Satrukna, para ibu Suri, para punggawa dan para prajurit, serta seluruh rakyat Kosala. Dengan disaksikan oleh mereka, Rama kemudian dinobatkan menjadi raja.
Pada akhir ceritera, ada perbedaan mencolok antara dua versi Ramayana Jawa Kuno. Untuk versi kakawin dikisahkan, bahwa Sinta amat menderita karena tidak segera diterima oleh Rama karena dianggap ternoda. Setelah berhasil membersihkan diri dari kobaran api, Sinta diterimanya. Dijelaskan oleh Rama, bahwa penyucian itu harus dilakukan untuk menghilangkan prasangka buruk atas diri isterinya. Mereka bahagia.
Sedangkan di dalam versi prosa, menceritakan bagaimana Rama terpengaruh oleh rakyatnya yang menyangsikan kesucian Sinta. Disini Sinta yang sedang mengandung di usir oleh Rama dari istana. Kelak Sinta melahirkan 2 (dua) anak kembar yaitu Kusha dan Lawa. Kemudian kisah ini diahiri dengan ditelannya Sinta oleh Bumi.
Kisah Ramayana mempunyai banyak versi dengan berbagai penyimpangan isi cerita, termasuk di India sendiri. Penyebarannya hampir di seperempat penduduk dunia atau minimal di Asia Tenggara. Sedangkan di Indonesia, diketahui sekitar 7 – 8 abad yang lalu, walau sesungguhnya di Indonesia dapat ditemukan jauh lebih dini yaitu sebelum abad 2 Sebelum Masehi.
Ramayana dari asal kata Rama yang berarti menyenangkan; menarik; anggun; cantik; bahagia, dan Yana berarti pengembaraan. Cerita inti Ramayana diperkirakan ditulis oleh Walmiki dari India disekitar tahun 400 SM yang kisahnya dimulai antara 500 SM sampai tahun 200, dan dikembangkan oleh berbagai penulis. Kisah Ramayana ini menjadi kitab suci bagi agama Wishnu, yang tokoh-tokohnya menjadi teladan dalam hidup, kebenaran, keadilan, kepahlawanan, persahabatan dan percintaan, yaitu: Rama, Sita, Leksmana, Sugriwa, Hanuman, Wibisana. Namun disini, kami informasikan tentang Ramayana versi Jawa.
Di zaman Mataram Kuno saat Prabu Dyah Balitung (Dinasti Sanjaya) bertahta, telah ada kitab sastra Ramayana berbahasa Jawa Kuno (Jawa Kawi), tidak menginduk pada Ramayana Walmiki, lebih singkat, memuat banyak ajaran dan katanya berbahasa indah. Di awal abad X sang raja membuat candi untuk pemujaan dewa Shiwa, yaitu Candi Prambanan (candi belum selesai sampai wafatnya raja yang, maka dilanjutkan oleh penggantinya yaitu Prabu Daksa) yang sekaligus menjadi tempat ia dikubur, dengan relief Ramayana namun berbeda dengan isi cerita Ramayana dimaksud.
Ramayana Jawa Kuno memiliki 2 (dua) versi, yaitu Kakawin dan Prosa, yang bersumber dari naskah India yang berbeda, yang perbedaan itu terlihat dari akhir cerita. Selain kedua versi itu, terdapat yang lain yaitu Hikayat Sri Rama, Rama Keling dan lakon-lakon.
Cerita Ramayana semakin diterima di Jawa, setelah melalui pertunjukan wayang (wayang orang, wayang kulit purwa termasuk sendratari). Tapi ia kalah menarik dengan wayang yang mengambil cerita Mahabharata, karena tampilan ceritanya sama sekali tidak mewakili perasaan kaum awam (hanya pantas untuk kaum Brahmana dan Satria) walau jika dikaji lebih mendalam, cerita Ramayana sebenarnya merupakan simbol perjuangan rakyat merebut kemerdekaan negerinya.
Bahwa cerita Ramayana tidak bisa merebut hati kaum awam Jawa seperti Mahabharata, antara lain disebabkan:
Ceritanya dipenuhi oleh lambang-lambang dan nasehat-nasehat kehidupan para bangsawan dan penguasa negeri, yang perilaku dan tindakannya tidak membaur di hati kaum awam;
Ramayana adalah raja dengan rakyat bangsa kera yang musuhnya bangsa raksasa dengan rakyat para buta breduwak dan siluman;
Kaum awam memiliki jalan pikiran yang relatif sangat sederhana, dan berharap pada setiap cerita berakhir pada kebahagiaan.
Yang menarik sampai saat ini di Indonesia (Jawa) adalah adanya suatu ajaran falsafah yang terdapat di Ramayana, yaitu ajaran Rama terhadap adik musuhnya bernama Gunawan Wibisana yang menggantikan kakaknya, Rahwana, setelah perang di Alengka. Ajaran itu dikenal dengan nama Asthabrata, (astha yang berarti delapan dan brata yang berarti ajaran atau laku). yang merupakan ajaran tentang bagaimana seharusnya seseorang memerintah sebuah negara atau kerajaan. Ajaran dimaksud yang juga dapat dilihat dalam Diaroma gambar wayang di Museum Purnabakti TMII (1994 M), yaitu :
Bumi : artinya sikap pemimpin bangsa harus meniru watak bumi atau momot-mengku bagi orang jawa, dimana bumi adalah wadah untuk apa saja, baik atau buruk, yang diolahnya sehingga berguna bagi kehidupan manusia;
Air : artinya jujur, bersih dan berwibawa, obat haus air maupun haus ilmu pengetahuan dan haus kesejahteraan;
Api : artinya seorang pemimpin haruslah pemberi semangat terhadap rakyatnya, pemberi kekuatan serta penghukum yang adil dan tegas;
Angin : artinya menghidupi dan menciptakan rasa sejuk bagi rakyatnya, selalu memperhatikan celah-celah di tempat serumit apapun, bisa sangat lembut serta bersahaja dan luwes, tapi juga bisa keras melebihi batas, selalu meladeni alam;
Surya : artinya pemberi panas, penerangan dan energie, sehingga tidak mungkin ada kehidupan tanpa surya/matahari, mengatur waktu secara disiplin;
Rembulan : artinya bulan adalah pemberi kedamaian dan kebahagiaan, penuh kasih sayang dan berwibawa, tapi juga mencekam dan seram, tidak mengancam tapi disegani.
Lintang : artinya pemberi harapan-harapan baik kepada rakyatnya setinggi bintang dilangit, tapi rendah hati dan tidak suka menonjolkan diri, disamping harus mengakui kelebihan-kelebihan orang lain;
Mendung : artinya pemberi perlindungan dan payung, berpandangan tidak sempit, banyak pengetahuannya tentang hidup dan kehidupan, tidak mudak menerima laporan asal membuat senang, suka memberi hadiah bagi yang berprestasi dan menghukum dengan adil bagi pelanggar hukum.
Prof. Dr. Porbatjaraka, seorang ahli sejarah dan kebudayaan Jawa, setelah membaca kitab Ramayana Jawa Kuna Kakawin, memberi komentar : “Ini merupakan peninggalan leluhur Jawa, yang sungguh adiluhung, cukup untuk bekal hidup kebatinan”. Dalam cakupan luas, pengaruh Ramayana terhadap filsafat hidup Jawa dapat diketahui dari Sastra Jendra, Sastra Cetha dan Asthabrata.
Sari dari Sastra Jendra adalah ilmu/ajaran tertinggi tentang keselamatan, mengandung isi dan nilai Ketuhanan Yang Maha Esa. Namun karena ilmu ini bersifat sangat rahasia (tidak disebarluaskan secara terbuka karena penuh penghayatan bathin yang terkadang sulit diterima umum secara rasional), maka tidak mungkin disebar-luaskan secara terbuka. Sebelum seseorang menyerap ilmu ini ia harus mengerti terlebih dahulu tentang mikro dan makro kosmos, sehingga yang selama ini dipaparkan termasuk melalui wayang, hanyalah kulitnya saja. Sastra Cetha (terang) adalah berisi ajaran tentang peran, sifat dan perilaku raja. Sedangkan Asthabrata telah diuraikan tersebut diatas.
Kisah Ramayana muncul dalam banyak versi, yaitu antara lain di Vietnam, Kamboja, Laos, Burma, Thailand, Cina, Indonesia maupun di India (tempat asal cerita) sendiri. Menurut Dr.Soewito S. Wiryonagoro, di Indonesia sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) versi, yaitu Ramayana Kakawin, yang terlukis dalam relief-relief di dinding candi seperti candi Lorojonggrang Prambanan dan Candi Penataran, dan yang berkembang di masyarakat dalam wujud cerita drama.(wayang kulit, sandiwara dan film).
Ramayana dari asal kata Rama = menyenangkan/menarik/anggun/cantik/bahagia dan Yana berarti pengembaraan., yang kisah tersebut ditulis Walmiki dari India sekitar tahun 400 Sebelum Masehi, berbahasa Sanskerta, yang selanjutnya dikembangkan oleh penulis-penulis lain, sehingga minimal juga ada 3 (tiga) kisah Ramayana versi India.
Di jaman Mataram kuna, saat Prabu Balitung (dinasti Sanjaya) memerintah, telah ada kitab sastra Ramayana dalam bahasa Jawa Kuna (Kawi), yang ternyata tidak menginduk pada Ramayana dari Walmiki.
Rame ing pamrih pener
Sepi ing gawe ngiwa
Lajeng tansah pados guru ngilmu
Lambaran kuwating batos
Anggladi piwulanging donya gede
Tatag titis tutus temen ben tinemu

Mitologi Pasaran Jawa Kuno


Sejak dahulu orang Jawa telah mempunyai “perhitungan“( petung Jawa ) tentang pasaran, hari, bulan dan lain sebagainya. Perhitungan itu meliputi baik buruknya pasaran, hari, bulan dan lain sebagainya. Khusus tentang hari dan pasaran terdapat di dalam mitologi sebagai berikut :
1.Batara Surya ( Dewa Matahari ) turun ke bumi menjelma menjadi Brahmana Raddhi di gunung tasik. Ia menggubah hitungan yang disebut Pancawara ( lima bilangan ) yang sekarang disebut Pasaran yakni : Legi, Paing, Pon, Wage dan Kliwon nama kunonya : Manis, Pethak ( an ) Abrit ( an ) Jene ( an ) Cemeng ( an ), kasih. ( Ranggowarsito R.NG.I : 228 )
2.Kemudian Brahmana Raddhi diboyong dijadikan penasehat Prabu Selacala di Gilingwesi sang Brahmana membuat sesaji, yakni sajian untuk dewa-dewa selama 7 hari berturut-turut dan tiap kali habis sesaji, hari itu diberinya nama sebagai berikut
a. Sesaji Emas, yang dipuja Matahari. Hari itu diberinya nama Radite, nama sekarang : Ahad.
b. Sesaji Perak, yang dipuja bulan. Hari itu diberinya nama : Soma, nama sekarang : Senen.
c. Sesaji Gangsa ( bahan membuat gamelan, perunggu ) yang dipuja api, hari itu diberinya nama : Anggara, nama sekarang Selasa.
d. Sesaji Besi, yang dipuja bumi, hari itu diberinya nama : buda, nama sekarang : Rebo.
e. Sesaji Perunggu, yang dipuja petir. Hari itu diberinya nama : Respati, nama sekarang : Kemis.
f. Sesaji Tembaga, yang dipuja Air. Hari itu diberinya nama : Sukra, nama sekarang : Jumat
g. Sesaji Timah, yang dipuja Angin. Hari itu diberinya nama : Saniscara disebut pula : Tumpak, nama sekarang : Sabtu.
Nama sekarang hari-hari tersebut adalah nama hari-hari dalam Kalender Sultan Agung, yang berasal dari kata-kata Arab ( Akhad, Isnain, Tslasa, Arba’a, Khamis, Jum’at, Sabt ) nama-nama sekarang itu dipakai sejak pergantian Kalender Jawa – Asli yang disebut Saka menjadi kalender Jawa / Sultan Agung yang nama ilmiahnya Anno Javanico ( AJ ). Pergantian kalender itu mulai 1 sura tahun Alip 1555 yang jatuh pada 1 Muharam 1042 = Kalender masehi 8 Juli 1633. Itu hasil perpaduan agama Islam dan kebudayaan Jawa.
Angka tahun AJ itu meneruskan angka tahun saka yang waktu itu sampai tahun 1554, sejak itu tahun saka tidak dipakai lagi di Jawa, tetapi hingga kini masih digunakan di Bali. Rangkaian kalender saka seperti : Nawawara ( hitungan 9 atau pedewaan ) Paringkelan ( kelemahan makhluk ) Wuku ( 30 macam a’7 hati, satu siklus 210 hari ) dll.
Dipadukan dengan kalender Sultan Agung ( AJ ) tersebut, keseluruhan merupakan petungan ( perhitungan ) Jawa yang dicatat dalam Primbon. Dikalangan suku Jawa, sekalipun di lingkungan kaum terpelajar, tidak sedikit yang hingga kini masih menggunakannya ( baca : mempercayai ) primbon.
Sadulur Papat Kalima Pancer
Hitungan Pasaran yang berjumlah lima itu menurut kepercayaan Jawa adalah sejalan dengan ajaran “ Sedulur papat, kalima pancer “ empat saudara sekelahiran, kelimanya pusat.Ajaran ini mengandung pengertian bahwa badan manusia yang berupa raga, wadag, atau jasad lahir bersama empat unsur atau roh yang berasal dari, tanah, air, api dan udara. Empat unsur itu masing-masing mempunyai tempat di kiblat empat. Faktor yang kelima bertempat di pusat, yakni di tengah.
Lima tempat itu adalah juga tempat lima pasaran, maka persamaan tempat pasaran dan empat unsur dan kelimanya pusat itu adalah sebagai berikut :
1. Pasaran Legi bertempat di timur, satu tempat dengan unsur udara, memancarkan sinar ( aura ) putih.
2. Pasaran Paing bertempat di selatan, salah satu tempat dengan unsur Api, memancarkan sinar merah.
3. Pasaran Pon bertempat di barat, satu temapt dengan unsur air, memancarakan sinar kuning.
4. Pasaran Wage bertempat di utara, satu tempat dengan unsur tanah, memancarkan sinar hitam
5. Kelima di pusat atau di tengah, adalah tempat Sukma atau Jiwa, memancarkan sinar manca warna ( bermacam-macam )
Dari ajaran sadulur papat, kalima pancer dapat diketahui betapa pentingnya Pasaran Kliwon yang tempatnya ditengah atau pusat ( sentrum ) tengah atau pusat itu tempat jiwa atau sukma yang memancarkan daya – perbawa atau pengaruh kepada “ Sadulu Papat atau Empat Saudara ( unsur ) sekelahiran.Satu peredaran “ Keblat papat kalima pancer “ itu dimulai dari timur berjalan sesuai dengan perputaran jam dan berakhir di tengah ( pusat ) Peta dari jalannya dapat digambarkan sebagai berikut :
menep ing rahsa sateleng kalbu
amatek cipta ambasuh sukma
sumunaring raga ambudidaya
Nora iguhing palena pikir
imaningsun anuju dhat luhur
Nembah asaling muasal
oncat hawa lereming asepi
Budaya Djawa
Mari kita mengutip satu tembang Jawa
Tak uwisi gunem iki saya akhiri pembicaraan ini
Niyatku mung aweh wikan saya hanya ingin memberi tahu
Kabatinan akeh lire kabatinan banyak macamnya
Lan gawat ka liwat-liwat dan artinya sangat gawat
Mulo dipun prayitno maka itu berhati-hatilah
Ojo keliru pamilihmu Jangan kamu salah pilih
Lamun mardi kebatinan kalau belajar kebatinan
Tembang ini menggambarkan nasihat seorang tua (pinisepuh) kepada mereka yang ingin mempelajari kabatinan cara kejawen. Kiranya perlu dipahami bahwa tujuan hakiki dari kejawen adalah berusaha mendapatkan ilmu sejati untuk mencapai hidup sejati, dan berada dalam keadaan harmonis hubungan antara kawula (manusia) dan Gusti(Pencipta) ( jumbuhing kawula Gusti )/pendekatan kepada Yang Maha Kuasa secara total.
Keadaan spiritual ini bisa dicapai oleh setiap orang yang percaya kepada Tuhan, yang mempunyai moral yang baik, bersih dan jujur. beberapa laku harus dipraktekkan dengan kesadaran dan ketetapan hati yang mantap.Pencari dan penghayat ilmu sejati diwajibkan untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi semua orang serta melalui kebersihan hati dan tindakannya. Cipta, rasa, karsa dan karya harus baik, benar, suci dan ditujukan untuk mamayu hayuning bawono. Ati suci jumbuhing Kawulo Gusti – hati suci itu adalah hubungan yang serasi antara Kawulo dan Gusti, kejawen merupakan aset dari orang Jawa tradisional yang berusaha memahami dan mencari makna dan hakekat hidup yang mengandung nilai-nilai.
Dalam budaya jawa dikenal adanya simbolisme, yaitu suatu faham yang menggunakan lambang atau simbol untuk membimbing pemikiran manusia kearah pemahaman terhadap suatu hal secara lebih dalam.Manusia mempergunakan simbol sebagai media penghantar komunikasi antar sesama dan segala sesuatu yang dilakukan manusia merupakan perlambang dari tindakan atau bahkan karakter dari manusia itu selanjutnya. Ilmu pengetahuan adalah simbol-simbol dari Tuhan, yang diturunkan kepada manusia, dan oleh manusia simbol-simbol itu ditelaah dibuktikan dan kemudian diubah menjadi simbol-simbol yang lebih mudah difahami agar bisa diterima oleh manusia lain yang memiliki daya tangkap yang berberda-beda.
Biasanya sebutan orang Jawa adalah orang yang hidup di wilayah sebelah timur sungai Citanduy dan Cilosari. Bukan berarti wilayah di sebelah barat-nya bukan wilayah pulau Jawa. Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang menjunjung tinggi rasa kekeluargaan dan suka bergotong royong dengan semboyannya “saiyeg saekoproyo “ yang berarti sekata satu tujuan.
Kisah suku Jawa diawali dengan kedatangan seorang satriya pinandita yang bernama Aji Saka, sampai kemudian satriya itu menulis sebuah sajak yang kemudian sajak tersebut diakui menjadi huruf jawa dan digunakan sebagai tanda dimulainya penanggalan tarikh Caka.
Kejawen adalah faham orang jawa atau aliran kepercayaan yang muncul dari masuknya berbagai macam agama ke jawa. Kejawen mengakui adanya Tuhan Gusti Allah tetapi juga mengakui mistik yang berkebang dari ajaran tasawuf agama-agama yang ada.Tindakan tersebut dibagi tiga bagian yaitu tindakan simbolis dalam religi, tindakan simbolis dalam tradisi dan tindakan simbolis dalam seni. Tindakan simbolis dalam religi, adalah contoh kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa Tuhan adalah zat yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran manusia, karenanya harus di simbolkan agar dapat di akui keberadaannya misalnya dengan menyebut Tuhan dengan Gusti Ingkang Murbheng Dumadi, Gusti Ingkang Maha Kuaos, dan sebagainya. Tindakan simbolis dalam tradisi dimisalkan dengan adanya tradisi upacara kematian yaitu medoakan orang yang meninggal pada tiga hari, tujuh hari, empatpuluh hari, seratus hari, satu tahun, dua tahun ,tiga tahun, dan seribu harinya setelah seseorang meninggal ( tahlhilan ). Dan tindakan simbolis dalam seni dicontohkan dengan berbagai macam warna yang terlukis pada wajah wayang kulit; warna ini menggambarkan karakter dari masing-masing tokoh dalam wayang.
 budaya jawa yang mulai tergilas oleh perkembangan teknologi yang mempengaruhi pola pikir dan tindakan orang jawa dalam kehidupan. Maka orang mulai berfikir bagaimana bisa membuktikan hal gaib secara empiris tersebut dengan menggunakan berbagai macam metode tanpa mengindahkan unsur kesakralan. Bahkan terkadang kepercayaan itu kehilangan unsur kesakralannya karena dijadikan sebagai obyek exploitasi dan penelitian.
Kebiasaan orang Jawa yang percaya bahwa segala sesuatu adalah simbol dari hakikat kehidupan, seperti syarat sebuah rumah harus memiliki empat buah soko guru (tiang penyangga) yang melambangkan empat unsur alam yaitu tanah, air, api, dan udara, yang ke empatnya dipercaya akan memperkuat rumah baik secara fisik dan mental penghuni rumah tersebut. Namun dengan adanya teknologi konstruksi yang semakin maju, keberadaan soko guru itu tidak lagi menjadi syarat pembangunan rumah.Dengan analisa tersebut dapat diperkirakan bagaimana nantinya faham simbolisme akan bergeser dari budaya jawa. Tapi bahwa simbolisme tidak akan terpengaruh oleh kehidupan manusia tapi kehidupan manusialah yang tergantung pada simbolisme. Dan sampai kapanpun simbolisme akan terus berkembang mengikuti berputarnya sangkakala.
Neptu Hari
Minggu Pon : 12
Senin Pon : 11
Selasa Pon : 10
Rabu Pon : 14
Kamis Pon : 15
Jum’at Pon : 13
Sabtu Pon : 16
Minggu Kliwon : 13
Senin Kliwon : 12
Selasa Kliwon : 11
Rabu Kliwon : 15
Kamis Kliwon : 16
Jum’at Kliwon : 14
Sabtu Kliwon : 17
Minggu Pahing : 14
Senin Pahing : 13
Selasa Pahing : 12
Rabu Pahing : 16
Kamis Pahing : 17
Jum’at Pahing : 15
Sabtu Pahing : 18
Minggu Wage : 9
Senin Wage : 8
Selasa Wage : 7
Kamis Wage : 12
Jum’at Wage : 10
Sabtu Wage : 13
Minggu Legi : 10
Senin Legi : 9
Selasa Legi : 8
Rabu Legi : 12
Kamis Legi : 13
Jum’at Legi : 11
Sabtu Legi : 14
Pembuatan Nama
Neptu hari :
Mingggu : 5
Senin : 4
Selasa : 3
Rabu : 7
Kamis : 8
Jum’at : 6
Sabtu : 9
Neptu Huruf sbb : Ha 1, Na 2, Ca 3, Ra 4, Ka 5, Da 6, Ta 7, Sa 8, Wa 9, La 10, Pa 11, Dha 12, Ja 13, Ya 14, Nya 15, Ma 16, Ga 17, Ba 18, Tha 19, Nga 20
Neptu Pasaran : Pon 7, Wage 4, Kliwon 8, legi 5, Pahing 9
Jumlahkan Neptu Weton ( hari dan pasaran ) dengan Neptu Huruf nama. Dari penjumlahan dikurangi lima-lima.
Contoh :
1. Kelahiran Jum,at Legi
2. Nama Sutoyo = S 8, T 7, Y 14 = 29
Penjumlahan 11+29 = 40 dikurangi lima-lima habis
Arti Sebuah Nama
1. Sri : Artinya selamat dan banyak rejekinya
2. Lungguh : Berkedudukan baik dan berpangkat
3. Gedhong : Kelak dapat berhasil dan kaya
4. Lara : Selalu menderita dan sakit-sakitan
5. Pati : Kelak akan menderita, tidak berumur panjang

Perjodohan
Neptu huruf :
Ha = 6 Na = 3 Ca = 3 Ra = 3 Ka = 3
Da = 5 Ta = 3 Sa = 3 Wa = 6 La = 5
Pa = 1 Dha = 4 Ja = 3 Ya = 8 Nya = 3
Ma = 5 Ga = 1 Ba =2 Tha = 4 Nga = 2
Caranya dengan menjumlahkan nama calon pengantin pria dan wanita ambil huruf hidupnya saja
Contoh :
Waluyo : W =6 L = 5 Y =8 = 19
Prihatini : P = 1 H = 6 T =3 N =3 = 13
19 + 13 = 32 dikurangi tujuh – tujuh ( 4 )
Hitungan Sisa sbb :
1. Tunggak Tan Semi : Sengsara selama menjadi pasangan
2. Pisang Pinugel : Cerai
3. Lumbung Gumulang : Melarat seumur hidup, boros
4. Sanggar Waringin : Menjadi pengoyom dan kaya
5. Pedaringan Kebak : Selalu dalam kecukupan, dan menjadi pelindung
6. Satria Lelaku : Harus berdagang dan bisa terhormat
7. Pandhita Mukti : Bahagia, tentram selamanya
Hitungan lain sbb :
1. Pisang Pinunggel : Mati, artinya bila punya anak lelaki, ayahnya yang meninggal, bila punya anak wanita maka ibunya yang akan meninggal lebih dulu.
2. Sanggar Waringin : Mendapat keteduhan ( tentram dan bahagia )
3. Gedhong Rembulan : Cepat Kaya, tetapi sering tertipu
4. Bale Kedhawang : Menakutkan ,selalu gelisah
5. Liman Plasungan : Gajah sering lepas, bila punya anak sesudah besar akan meninggal
6. Warak Pangrungruman : Pandai mencari simpati, gampang cari rejeki, tetapi tidak pandai menyimpannya
7. Garangan Macan : Pandai cari uang tapi sering tertipu
Menghitung Hari
Cth : 12 April 1974
1. Tahun diambil dua angka belakang 74
2. Tahun 74 : 4 18
3. Angka Bulan 4
4. Tanggal 12 +
Jumlah 108
6-
Sisa 102 : 7 =4
( Jum’at)
Menghitung Pasaran
1. Tahun 74 : 4 = 18
2. Angka bulan = 4
3. Tanggal = 12+
Jumlah = 34
2-
Sisa 32 : 5 =2 ( legi )
Hari Pernikahan
Hitungan Neptu hari dan pasaran, ketika acara berlangsung dan dikurangi tujuh-tujuh, jumlahnya adalah jawaban keadaan pengantin dikemudian hari. Bila sisanya sbb :
1. Wasesa Segara : Luas pandangan hidupnya, sangat berwibawa
2. Tunggak semi : Banyak anak tetapi sering sakit-sakitan
3. Satria Wibawa : Selalu mendapat keberuntungan dan dapat kaya
4. Sumur Sinaba : Selalu menjadi pengayoman, menolong orang
5. Satria Wirang : Selalu sengsara, melarat
6. Bumi Kapetak : Selalu tersisih, tetapi dapat simpan harta
7. Lebu Katiup Angin : Selalu kekurangan, selalu pindahrumah, dan sering pindah kerjaan dan kehidupannya tidak menentu
Hitungan lainnya :
Jumlahkan Neptu hari dan pasaran kedua calon pengantin dan kurangi empat-empat, kalau sisanya ssb :
1. Gentho : Sulit mendapatkan anak
2. Gembili : Banyak anaknya
3. Sri : Banyak rejekinya
4. Punggel : Salah satu mati muda
Mendirikan Rumah
Jumlah Neptu hari dan pasaran ketika akan mendirikan rumah/membangun rumah, dari jumlah itu dikurangi lima-lima, bila sisanya :
1. Kerta : Mendapat kejayaan
2. Yasa : Mendapat Kejayaan
3. Candi : Mendapat keberuntungan
4. Rogoh : Sering kemasukan pencuri
5. Sempoyong : Sering pindah rumah
Pindah Rumah
Jumlahkan Neptu hari dan pasaran pada hari saat mau pindah rumah, jumlahnya dikurangi enam-enam, bila sisanya sbb:
1. Pitutur : Banyak kesulitan
2. Demang Kandhuruwan : Sering menderita sakit
3. Satria Pinayungan : Banyak yang memuji dan terhormat
4. Mantri Sinaroja : Disenangi tetangga dan orang banyak
5. Macan Ketawan : Sering bertengkar dan digugat
6. Nuju Pati : Serig menderita dan selalu sedih
Neptu dan hari pasaran yang dipakai bb :
Jum’at 1, Sabtu 2, Ahad 3, Senin 4, Selasa 5, Rabu 6, Kamis 7.
Kliwon 1, Legi 2, Paing 3, Pon 4, Wage 5
Hitungan lain :
Jumlah Neptu hari dan pasaran dikurangi empat-empat, bila sisa sbb :
1. Kerta, dihormati oleh tetangga
2. Yasa, Tentram dan tenang hidupnya
3. Rogoh, Sering didatangi pencuri
4. Sempoyong, Sering pindah rumah
Bila jumlah Neptunya sbb :
Jumlah Neptu Weton Menghadap ke
7                           Utara atau Timur
8                           Utara atau Timur
9                           Selatan atau Timur
10                        Selatan atau Barat
11                         Barat
12                        Utara atau Barat
13                        Utara atau Timur
14                         Selatan atau Timur
15                        Barat
16                        Barat
17                       Utara atau Barat
18                       Utara atau Timur
Kelemahan Naga
No     Hari/ Pasaran      Kedudukan            Tidur        Bangun      Lengah Naga
1       Minggu Pon Timur Laut            09.00      00.00        10.00     -  22.00
2       Senin Wage             Barat Laut              08.00      23.00        09.00    -     22.00
3       Selasa Kliwon         Timur                      12.00        16.00        13.00    -     15.00
4       Rabu Legi                 Timur Laut           08.00        23.00        09.00    -     22.00
5       Kamis Pahing         Timur Laut            08.00         15.00       09.00    –     15.00
6       Jum’at Pon              Barat Laut             11.00          00.00       12.00    -     23.00
7       Sabtu Wage             Barat Laut             08.00          00.00      19.00    -     23.00
8       Minggu Kliwon Barat Laut            09.00          00.00       10.00    -    22.00
9       Senin Legi                Barat daya            08.00           23.00      09.00    -    22.00
10     Selasa Pahing        Timur Laut           12.00            16.00     13.00    –     16.00
11     Rabu Pon                 Barat Daya           08.00            23.00     09.00    -    22.00
12     Kamis Wage           Timur Laut           08.00            15.00     09.00    –     14.00
13     Jum’at Kliwon       Barat Daya           11.00              00.00    12.00     –    23.00
14     Sabtu Legi               Barat Daya           08.00             00.00    09.00    -    23.00
15     Minggu Pahing Barat Daya           09.00            00.00    10.00    -     23.00
16     Senin Pon                Timur                     08.00             23.00    09.00    -     22.00
17     Selasa Wage           Timur Laut           12.00              16.00    13.00    -     15.00
18     Rabu Kliwon           Tenggara             08.00               23.00    09.00    -    22.00
19     Kamis Legi              Barat Laut            08.00              16.00    09.00    -     15.00
20     Jum’at Pahing       Tenggara              11.00                00.00    12.00    -   23.00
21     Sabtu Pon                Timur                    08.00               00.00    09.00    –   23.00
22     Minggu Wage Barat Daya          09.00               00.00    10.00    –   23.00
23     Senin Kliwon          Timur Laut           08.00              23.00    09.00    -  22.00
24     Selasa Legi              Barat Laut            12.00                16.00    13.00    -   15.00
25     Rabu Pahing           Timur                    08.00               23.00    09.00   -   22.00
26     Kamis Pon               Tenggara             08.00                15.00    09.00    -   14.00
27     Jum’at Wage          Tenggara              11.00                00.00    12.00    -  23.00
28     Sabtu Kliwon         Timur Laut           08.00              00.00    09.00    –   23.00
29     Minggu Legi Tenggara               09.00               00.00   10.00    –   23.00
30     Senin Pahing          Barat Laut            08.00              23.00    09.00    -   22.00
31     Selasa Pon                Tenggara              12.00               16.00    13.00    –    15.00
32     Rabu Wage               Timur                    08.00               23.00    09.00    -  22.00
33     Kamis Kliwon          Timur                    08.00               23.00    09.00    -  22.00
34     Jum’at Legi               Timur                  11.00                 00.00   12.00    –   23.00
35     Sabtu Pahing            Timur                   08.00               00.00   09.00    -  23.00
Penjelasan Kedudukan Sang Naga
Apabila dihitung Neptu hari da pasarannya sbb :
  1. 7, 12, 17                   : Naga berada di Timur Laut
  2. 8, 13                           : Naga berada di Barat Laut
  3. 9, 14                           : Naga berada di Barat Daya
  4. 10, 15                        : Naga berada di Tenggara
  5. 11, 16, 18                  : Naga berada di Timur
Rotasi Waktu Pancaran Daya
Rotasi
Jam



Malam
18.00-20.00
20.00-21.00
21.00-23.00
23.00-01.00
01.00-03.00
03.00-04.00
04.00-06.00
Siang
06.00-08.00
08.00-09.00
09.00-11.00
11.00-13.00
13.00-15.00
15.00-16.00
16.00-18.00
Hari
1
2
3
4
5
6
7
Minggu
Kuning
Hitam
Hijau
Putih
Merah
Putih
Merah
Senin
Hitam
Hijau
Putih
Merah
Putih
Merah
Kuning
Selasa
Hijau
Putih
Merah
Putih
Merah
Kuning
Hitam
Rabu
Putih
Merah
Putih
Merah
Kuning
Hitam
Hijau
Kamis
Merah
Putih
Merah
Kuning
Hitam
Hijau
Putih
Jum’at
Putih
Merah
Kuning
Hitam
Hijau
Putih
Merah
Sabtu
Merah
Kuning
Hitam
Hijau
Putih
Merah
Putih
























Pasaran
1
2
3
4
5
6
7
Pon
Kuning
Hitam
Hijau
Putih
Merah
Kuning
Hitam
Wage
Hitam
Hijau
Putih
Merah
Kuning
Hitam
Hijau
Kliwon
Hijau
Putih
Merah
Kuning
Hitam
Hijau
Putih
Legi
Putih
Merah
Kuning
Hitam
Hijau
Putih
Merah
Paing
Merah
Kuning
Hitam
Hijau
Putih
Merah
Kuning
Kuning : Ego, Harga Diri, Kederajatan
Hitam : Lumawah, nafsu, kebendaan, uang
Hijau : Kasih sayang, Mulhimah, nafsu ingin tahu
Putih : Kesucian, Kepandhitaan, Spiritual, Diam
Merah : Amarah keserakahan, galak, dan pemberani
  • Membuka suatu usaha              : warnanya hitam-hitam ( banyak uang )
  • Membuka kantor                         : waktunya adalah kuning-kuning  ( sukses )
  • Membuka Badan Sosial             : Warnanya hijau putih( kasih dan suci )
  • Mendirikan sesuatu bersifat keamanan : Merah-merah                  ( wibawa )
Bawana Ageng dan Bawana Alit
1.  Warna Kuning berada di Paru-paru, hari Minggu pasaran Pon
2. Warna Hitam berada di Perut, hari Senin pasaran Wage
3. Warna Hijau berada di Jantung, hari Selasa pasaran Kliwon
4.  Warna Putih berada di Buah Pinggang, hari Rabu pasaran Legi
5.   Warna Merah berada di Hati/Lever, hari Kamis pasaran Paing
6.   Warna Putih berada di Ginjal, hari Jum’at pasaran Legi
7.   Warna Merah berada di Hati ( perut bgn kanan ), hari Sabtu pasarannya Paing
http://kyaimbeling.files.wordpress.com/2008/12/pasaran-warna.jpg?w=223&h=300
Mengetahui Jalannya Hitungan Hari Mingguan
  1. Bila hari “Ahad” hitungannya bertemu “lima”, utara tempatnya , rupanya kelabu dan Nabinya Nuh
  2. Bila hari “ Senin” hitungannya bertemu “empat” penghidupannya selatan, rupanya kuning, Nabinya Musa
  3. Bila hari “Selasa” hitungannya bertemu “tiga” penghidupannya selatan barat, rupanya merah kuning, Nabinya Isa
  4. Bila hari “Rabu” hitungannya bertemu “tujuh” penghidupannya selatan timur, rupanya hitam putih, Nabinya Ibrahim
  5. Bila hari “Kamis” hitungannya bertemu “delapan” penghidupannya di timur persis, rupanya merah, Dewi Fatimah
  6. Bila hari “Jum’at” hitungannya bertemu “enam” penghidupannya di barat persis, rupanya hitam, Nabinya Muhammad
  7. Bila hari “Sabtu” hitungannya bertemu “Sembilan” penghidupannya utara barat, rupanya putih, Nabinya Yusuf
Mengetahui Jalannya Hitungan Hari Pasaran
  1. Bila hari “Legi” hitungannya bertemu “lima”, timur tempatnya, rupanya putih, kotanya selaka, lautnya santan kelapa, burungnya bangau, kayunya sekar petak, wayangnya Narada
  2. Bila hari “Pahing” hitungannya bertemu “sembilan” selatan tempatnya, rupanya merah, kotanya tembaga, lautnya darah, burungnya kuning, kayunya ingas, wayangnya Batara Brahma
  3. Bila hari “Pon” hitungannya bertemu “tujuh” , barat tempatnya, rupanya kuning, kotanya kencana, lautnya madu, burungnya kepodang, kayunya kemuning wayangnya Batara Kamajaya
  4. Bila hari “ Wage” hitungannya bertemu “empat” utara tempatnya, rupanya hitam, kotanya besi, lautnya nila, burungnya dandang, kayunya telasih, wayangnya batara Wisnu
  5. Bila hari “Kliwon” hitungannya bertemu “delapan” tengah persis tepatnya, rupanya ada putih ada merah, ada kuning majupat, kotanya selaka, tembaga, kencana, besi, lautnya majupat timur santan kelapa, selatan darah, barat madu, utara nila sedangkan burungnya bayan dengan ules bermacam-macam.
Pertemuan Hari Pasaran
Bila bertemu “Tujuh” maka itu jelasnya Bumi
Bila bertemu “ Delapan “ maka itu jalannya Api
Bila bertemu “Sembilan” maka itu jalannya ‘Arsy empat
Bila bertemu “Sebelas” maka itu jalannya Bunga
Bila bertemu “ Duabelas” maka itu jalannya Syetan
Bila bertemu “ Tigabelas” maka itu jalannya Bintang
Bila bertemu “ Empatbelas” maka itu jalannya Bulan
Bila bertemu “Limabelas” maka itu jalannya Matahari
Bila bertemu “ Enambelas” maka itu jalannya Air
Bila bertemu “Tujuhbelas” maka itu jalannya Bumi
Bila bertemu “Delapanbelas” maka itu jalannya Api
Masalah Hari untuk mencari Sandang Pangan
  1. Bila hari Jum’at Kliwon, maka sandang berada di barat , pangan di selatan, sakit berada di selatan
  2. Bila hari Sabtu Legi, maka sandang berada di selatan , pangan dan sakit di barat, pati berada di Timur
  3. Bila hari Ahad Pahing, maka sandang berada di timur , pangan di barat, sakit berada di selatan dan timur, pati berada di utara
  4. Bila hari Senen Pon, maka sandang berada di utaras , pangan di selatan, sakit berada di timur dan pati di barat
  5. Bila hari Selasa Wage, maka sandang berada di selatan , pangan di utara, sakit berada di timur, pati berada di barat
  6. Bila hari Rabu Kliwon, maka sandang berada di utara , pangan di timur, sakit berada di barat dan pati di selatan
  7. Bila hari Kamis Legi, maka sandang berada di timur , pangan di barat, sakit berada di selatan dan pati di utara
  8. Bila hari Jum’at Pahing, maka sandang berada di barat , pangan di barat, sakit dan pati berada di selatan
  9. Bila hari Sabtu Pon, maka sandang berada di selatan , pangan di timur, sakit berada di barat dan pati di utara
  10. Bila hari Ahad Wage, maka sandang berada di timur , pangan di barat, sakit berada di selatan, dan pati di utara
  11. Bila hari Senen Kliwon, maka sandang berada di selatan , pangan di timur, sakit berada di barat dan pati di utara
  12. Bila hari Selasa Legi, maka sandang berada di utara , pangan di selatan, sakit berada di timur dan pati di utara
  13. Bila hari Rabu Pahing, maka sandang berada di utara , pangan di barat, sakit berada di timur dan pati di selatan
  14. Bila hari Kamis Pon, maka sandang berada di timur , pangan di barat, sakit berada di selatan dan pati di utara
  15. Bila hari Jum’at Wage, maka sandang berada di barat , pangan di selatan, sakit berada di utara dan pati di timur
  16. Bila hari Sabtu kliwon, maka sandang berada di selatan , pangan di barat, sakit berada di timur dan pati di utara
  17. Bila hari Ahad Legi, maka sandang berada di timur , pangan dan sakit berada di utara dan pati di selatan
  18. Bila hari Senen Pahing, maka sandang berada di selatan , pangan di utara, sakit berada di timur dan pati di utara
  19. Bila hari Selasa Pon, maka sandang berada di timur , pangan di barat, pati berada di utara
  20. Bila hari Rabu Wage, maka sandang berada di utara , pangan di barat, sakit berada di timur dan pati di barat
  21. Bila hari kamis Kliwon, maka sandang berada di timur , pangan di selatan, sakit berada di barat dan pati di utara
  22. Bila hari Jum’at Legi, maka sandang dan  pangan di barat, sakit berada di selatan dan pati di utara
  23. Bila hari Sabtu Pahing, maka sandang berada di selatan , pangan di utara, sakit berada di timur dan pati barat
  24. Bila hari Ahad Pon, maka sandang berada di timur , pangan di barat, sakit berada di selatan dan pati utara
  25. Bila hari Senen Wage, maka sandang berada di selatan , pangan di utara, sakit berada di timur dan pati barat
  26. Bila hari Selasa Kliwon, maka sandang berada di selatan , pangan di timur, sakit berada di barat dan pati di utara
  27. Bila hari Rabu Legi, maka sandang berada di utara , pangan di selatan, sakit berada di barat dan pati di timur
  28. Bila hari Kamis Pahing, maka sandang berada di timur , pangan di barat, sakit berada di selatan dan pati di utara
  29. Bila hari Jum’at Pon, maka sandang berada di barat , pangan di barat, sakit berada di selatan dan pati di utara
  30. Bila hari Sabtu Wage, maka sandang berada dan pangan di selatan, sakit berada di timur dan pati di barat
  31. Bila hari Ahad Kliwon, maka sandang berada di timur , pangan di barat, sakit berada di selatan dan pati di utara
  32. Bila hari Senen Legi, maka sandang berada di selatan , pangan di utara, sakit berada di timur dan pati barat
  33. Bila hari Selasa Pahing, maka sandang berada di selatan  , pangan di utara, sakit berada di barat dan pati di timur
  34. Bila hari Rabu Pon, maka sandang berada di utara , pangan di barat, sakit berada di selatan dan pati di utara
  35. Bila hari kamis Wage, maka sandang berada di timur , pangan di barat, sakit berada di selatan dan pati di utara
Masalah waktu mencari rejeki
Bila hari ahad pagi, rizki besar hingga tengah hari, dari tengah hari hingga terbenan matahari rizki kecil
Bila hari senin pagi rizki kecil hingga tengah hari, dari tengah hari hingga terbenan matahari rizki besar
Bila hari selasa pagi, rizki condong ke timur, kala tengah hari hingga waktu ashar rahayu
Bila hari rabu pagi kala condong ke timur rizki kecil, tengah hari lingsir ke barat rahayu, ashar rizki besar
Bila hari kamis pagi rahayu, lingsir ke timur rizki besar, kala tengah hari rizki kecil, dari barat hingga ashar rahayu
Bila hari jum’at pagi kala lingsir ke timur rizki kecil, dari lingsir kebarat hingga ashar rahayu
Bila hari sabtu pagi lingsir ke timur rizki kecil, kala lingsir ke barat riski besar
Na’asnya Hari
Dalam 12 bulan, ada tiga bulan sekali terdapat hari na’as dan 3 bulan sekali yang terdapat hari na’as itu ialah :
Bila bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulqaidah, na’asnya pada hari jum’at
Bila bulan Dzul Hijjah, Muharam dan Safar, na’asnya jatuh pada hari sabtu dan ahad
Bila bulan Robi’ul awal, Rajab dan Sya’ban, na’asnya jatuh pada hari rabu dan kamis
Bila bulan Rabi’ul awal, Rabi’ul akhir dan Jumadil awal, na’asnya jatuh pada hari Senen dan selasa
Ini dinamakan “ Jati Ngarang” maka berhati-hati dalam bercocok tanam, bepergian atau mendirikan rumah atau kegiatan lainnya karena bisa membawa celaka atau terkena cobaan. Untuk membangun rumah yang paling baik adalah pada bulan Safar, Rabi’ul Akhir dan Sya’ban
Pranata Mangsa
Untuk mengetahui peralihan musim, yang dibagi dalam 12 masa yang merupakan peristiwa yang perlu diberikan tanda, baik untuk memprediksi masa depan , kelahiran seseorang, bercocok tanam maupun perjalanan
Kasa (1)
  1. Berotasi selama           :41 hari (23 juni – 2 agustus )
  2. Dewanya                         : Bathara Antaboga
  3. Candra                             : ratna jatuh dari tatahan
  1. Tanda-tanda                  : musim kemarau, pohon-pohon tidak berdaun, mulai palawija, belalang bertelur, matahari digaris utama menuju selatan dana ngin bertiup dari timur laut ke barat daya
  1. Watak kelahiran          : bertabiat suka menolong orang
  2. Sifat                                  : sedang, labil
  3. Batu                                  : Jamrud, onix, mata kucing
  4. Warna                              : hitam, merah
  5. bunga                               : melati, gardena dan sedap malam
Karo (2)
  1. Berotasi selama           : 23 hari (3 agustus – 25 agustus)
  2. Dewanya                         : Bathari Sakri
  3. Candra                             : Tanah yang retak
  1. Tanda-tanda                  : Musim kemarau, tanah terbelah karena kering, tanaman palawija harus dapat air, pohon kapuk dan mangga keluar daun mudanya. Matahari bergeser dari utara ke selatan, angina bertiup dari barat laut ke barat daya
  1. Watak kelahiran          : bertabiat jorok
  2. Sifat                                  : aktif tapi roboh
  3. Batu                                  : ruby, topas, berlian dan turmalin
  4. Warna                              : hitam, jambon
  5. Bunga                               : melati, lely dan anggrek
Katiga (3)
1. Berotasi selama             : 23 hari (26 agustus – 18 september)
2. Dewanya                          : Bathara kamajaya
3. Candra                              : anak menuruti ayah
4. Tanda-tanda                  : musim kemarau, mulai tumbuh ubi, gadung bangsa temu,       bumbu, mulai memetik palawija. Matahari dari utara masuk garis kathulistiwa, angina bertiup dari utara ke selatan
5. Watak kelahiran            : bertabiat kikir
6. Sifat                                    : disenangi orang lain
7. Batu                                   : pink, giok dan akik
8. Warna                               : kuning, hijau
9. Bunga                                : melati, lely dan anggrek
Kapat (4)
1. Berotasi selama             : 25 hari (19 september -13 oktober)
2. Dewanya                          : Bhatara Asmara
3. Candra                              : pancuran emas berhamburan di bumi
4. Tanda-tanda                  : musim labuh, memasuki musim hujan, sumur kering, pohon kapukberbuah, burung manyar membuat sarang,. Matahari di garis khatulistiwa, angina bertiup dari barat laut ke tenggara
5. Watak kelahiran            : bertabiat serba  baik
6. Sifat                                    : rapi, senang menolong
7. Batu                                   : Opal, berlian, mirah dan merjan
8. Warna                               : biru, merah anggur
9. Bunga                                : melati, anggrek dan gladiol
Kalima (5)
1. Berotasi selama             : 27 hari (14 oktober – 9 nopember)
2. Dewanya                          : Bhatara Asmara
3. Candra                              : pancuran emas berhamburan di bumi
4. Tanda-tanda                   : musim labuh, memasuki musim hujan, sumur kering, pohon kapuk berbuah, burung manyar membuat sarang,. Matahari di garis khatulistiwa ke selatan, angina bertiup dari barat laut ke tenggara
5. Watak kelahiran            : bertabiat suka mencela
6. Sifat                                    : banyak bicara dermawan
7. Batu                                   : topaz, kalimaya dan aquamarine
8. Warna                               : merah, putih
9. Bunga                               : melati, anggrek dan gardena
Kanem (6)
1. Berotasi selama             : 43 hari ( 10 nopember – 22 desember )
2. Dewanya                          : Bhatara Guru
3. Candra                              : pancuran emas berhamburan di bumi
4. Tanda-tanda                  : Musim hujan, musim buah mangga, rambutan, dan mulai membajak sawah. Matahari bergeser lagi ke selatan  angina kencang dari abart ke timur
5. Watak kelahiran            : tajam otaknya/ cerdas
6. Sifat                                    : cerdas sombong
7. Batu                                   : intan, safir dan nilam
8. Warna                               : hijau, merah jambu
9. Bunga                                : melati suplir, lely dan mawar merah
Kapitu (7)
1. Berotasi selama             : 43 hari (23 desember – 3 februari
2. Dewanya                          : Bhatara Indra
3. Candra                              : bisa terbang tertiup angin
4. Tanda-tanda                  : musim penyakit, banjir, angina besar, mulai tanam pagi. Matahari berada di posisi sebelah selatan, angina kencang dari barat, tak tentu arah
5. Watak kelahiran            : bertabiat sedang,
6. Sifat                                    : panjang tangan
7. Batu                                    : biduri bulan dan pirus
8. Warna                                : hijau biru
9. Bunga                                 : melati sedap malam dan lely
Kawolu (8)
1. Berotasi selama             : 27 hari (4 februari – 1 maret )
2. Dewanya                          : Bhatara Brahma
3. Candra                              : Tersiar dalam kehendak
4. Tanda-tanda                  : Musim hujan, tanaman padi mulai berbuah, banyak ulat dalam tanah. Matahari dari selatan bergeser ke utara, angina dari barat laut ke timur tak tentu arah
5. Watak kelahiran            : bertabiat sedang,
6. Sifat                                   : keras tapi dermawan
7. Batu                                   : safir biru dan kalimaya
8. Warna                               : biru tua, hijau dan merah muda
9. Bunga                                : gladiol, gardena, aster dan mawar
Kasanga (9)
1. Berotasi selama             : 25 hari (2 maret – 26 maret )
2. Dewanya                          : Bhatara Bayu
3. Candra                              : Ucapan yang lemah lembut
4. Tanda-tanda                  : Musim hujan, gangsir dan gareng (uir-uir) berbunyi, anjing birahi, tanaman padi hampir tua, burung kegirangan. Matahari berada pada garis khatulistiwa, angin dari selatan bertiup kencang
5. Watak kelahiran            : tidak dapat berbicara dengan lemah lembut
6. Sifat                                    : bicara seenaknya kadang seronok
7. Batu                                   : safir, jamrud, kecubung
8. Warna                                : biru, hijau dan hitam dan abu-abu
9. Bunga                                 : melati, mawar, gardena , kentil
Kasadasa (10)
1. Berotasi selama             : 24 hari ( 27 maret – 19 april )
2. Dewanya                          : Bhatara Bisma
3. Candra                              : Gedong tertutup dalam hati
4. Tanda-tanda                  :  Peralihan musim hujan ke musim kemarau, musim binatang mengandung, burung membuat sarang, padi sudah tua, siap panen, nelayan melaut. Matahari bergeser ke utara. Angin dari tenggara bertiup cukup kuat
5. Watak kelahiran            : bertabiat suka sakit hati
6. Sifat                                    : berkorban/ mengalah
7. Batu                                   : kecubung, badarbesi dan biduri
8. Warna                               : merah, kuning
9. Bunga                                : gladiol, merah, mawar merah
Jestha/ destha (11)
1. Berotasi selama             : 24 hari ( 20 april – 12 mei )
2. Dewanya                          : Bhatara Yamadipati
3. Candra                              : Intan diasah/ setia akan persaudaraan
4. Tanda-tanda                  : Musim kemarau, telur burung sudah menetas, puncak panen padi, unggas kekeringan. Matahari bergeser lagi ke utara, angina dari tenggara berhembus ke timur laut
5. Watak kelahiran            : bertabiat suka mengambil barang orang
6. Sifat                                    : kurang semangat
7. Batu                                   : jamrud dan safir
8. Warna                               : merah anggur, jingga
9. Bunga                                : gladiol, mawar dan anyelir
Sadha (12)
1. Berotasi selama             : 41 hari ( 13 mei – 22 juni )
2. Dewanya                          : Bhatara Yamadipati
3. Candra                              : Intan diasah/ setia akan persaudaraan
4. Tanda-tanda                  : hawa dingin, mulai panen buah jeruk, apel, nenas, dll, akhir panen padi musim tanam palawija. Matahari ke utara lagi, angina sepoi-sepoi dari timur ke barat
6. Sifat                                   : dualisme tapi membimbing ilmu/ kepemimpinan
7. Batu                                  : jamrud, aquamarine dan akik
8. Warna                              : biru, kuning dan putih
9. Bunga                               : melati, gardena dan anyelir
Alamat Bintang Kemukus
  1. Timur : Ada raja-raja berduka cita, para bupati kesusahan, orang desa semua kesusahan, banyak hujan, beras, padi murah emas dan intan susah dicari
  2. Tenggara : Ada raja wafat, orang dbanyak berpindah tempat, jarang hujan, buah-buahan banyak gugur, banyak penyakit, sedikit beras dan padi, kerbau dan sapi murah
  3. Selatan : Ada raja wafat, para bupati dan bawahannya sam susah, banyak hujan, padi, buah dan beras berhasil baik, kerbau sapi murah, tetapi orang desa semua kesusahan, sedih
  4. Barat Daya : Ada raja atau pembesar wafat, orang desa dapat banyak kebaikan, buah-buahan berhasil baik, beras dan padi murah, kerbau dan sapi banyak yang mati
  5. Barat : Ada raja diangkat, orang desa semua senang, banyak hujan, berhasil semua tanaman, beras dan padi murah
  6. Barat Laut : Ada raja merebut kedudukan, para bupati dan bawahannya berebutan, orang desa semua berduka cita, banyak hujan, halilintar menyambar, ada gerhana, kerbau dan sapi (ternak) banyak yang mati, sedikit padi dan beras, emas dan intan murah
  7. Utara : Ada raja kesusahan dalam pemerintahannya, para bupati berebutan banyak yang tewas, orang desa semua kesusahan, jarang hujan, emas, intan murah
  8. Timur Laut : Ada raja ditinggal rakyatnya, para bupati dan bawahannya banyak mati berperang, desa-desa hancur, rakyat menderita duka cita, jarang ada beras, padi, kerbau, sapi murah, buah semua berhasil baik
Gerhana
  1. Kasa : Dunia tentram, banyak orang berpindah tempat, orang mungkin akan senang, ternak tak kurang makan
  2. Karo : Hujan lebat, pohon semua tumbuh, banyak orang memfitnah, banyak hujan angina
  3. Katiga : Banyak hujan tanaman subur, orang desa banyak bertengkar, banyak bahaya
  4. Kapat : Jarang hujan, dunia taka man, orang desa bertengkar, memfitnah, dan kecurian, pala gantung rusak dan panas terik
  5. Kalima : Pikiran orang bimbang, banyak orang sakit, banyak orang berbuat tidak baik, tidak tentram hatinya
  6. Kanem : Banyak orang merasa susah, banyak orang sakit, hasil bumi rusak, di desa-desa banyak pencuri, banyak berpindah tempat
  7. Kapitu : Dunia tidak aman, orang bingung, menimbulkan keributan, banyak penyakit, krisis pangan dan orang susah
  8. Kaulu : Rakyat berduka cita, negeri tidak aman, orang desa banyak bertengkar, dan banyak pindah tempat
  9. Kasanga : Banyak orang bertengkar, kesusahan dan orang banyak menentang pemerintah
  10. Kadasa : Buah-buahan banyak, dunia tidak aman, banyak orang dikutuk orang tuanya, orang besar bertentangan, orang banyak lupa orang tuanya, orang banyak mati, banyak mengungsi ke Negara lain dengan keluarganya
  11. Destha : Dunia rusak, dagang susah, ada sesuatu meletus, orang berduka cita, banyak hujan
  12. Saddha : Dunia rebut, tanaman tidak berhasil, jual beli sepi, banyak penyakit, orang berduka cita, jarang sandang pangan berkurang
Memilih Pekarangan
  1. Miring ke timur, bernama manik mulia, lebur segala penyakit, banyak rejeki, selamat, tentram. Penolaknya tanami cocor bebek diujung barat
  2. Miring ke barat, bernama Sri sedana, sering merebut pendapat, bertengkar, banyak penyakit. Penolaknya ditanami pohon pisang batu di sudut timur
  3. Miring ke selatan, bernama Gelagah, hilang kekayaannya, sering mendapat bahaya. Penolaknya di tanami mawar (geni) ditengah karang
  4. Miring ke utara, bernama Indraprasta, segala apa kehendaknya bisa jadi, kalo kaya bisa sampai ke anak cucu
  5. Miring ke timur dan barat (ditengah tinggi) sebagai punggung sapi bernama Dharmalungit, akan memperoleh kekayaan banyak
  6. Miring keselatan, tapi sebelah selatannya rawa, bernama Sekar sinom, kaya harta, sering kehilangan. Penolaknya ditanami pohon asam dan delima
  7. Tinggi barat rendah utara bernama Danarasa, menjadi kaya istri dan kaya harta
  8. Tinggi barat rendah timur, bernama Srinugraha, mendapat karunia dari Tuhan yang besar
  9. Tinggi timur rendah barat bernama Kalawisa, tiada putus-putus kesakitan dan hampir mati
  10. Gumulung (landai) utara bernama Wisnumanitis, banyak memperoleh rejeki, turun sampai anak cucu
  11. Landai ke selatan bernama Shiwaboja, selalu mendapat godaan dan kesusahan
  12. Rata (datar) membawa bianglala merah semu kunign bernama Brahma padam, angker tanah itu, sering membahayakan
  13. Rata membawa kukuwung (bianglala) hijau menggenag bernama Endragana, selamat, baik
  14. Dikelilingi gunung atau bubun gbernama Kaula Katubing Bala, menjadi kaya harta benda
  15. Dikelilingi air bernama Sigarpenyalin, sering bertengkar. Penolaknya menanam air ditengah pekarangan
  16. Disebelah barat gunung bernama Asungelak, sering dirusak orang,. Penolaknya membuang lungka( tanah liat kering)
  17. Keluar air bernama Singhameta, kesakitan,. Penolaknya menanam batu ditengah0tengah pekarangan
  18. Dikelilingi rejeng atau pangkung bernama Sunialayu, kaya anak
  19. Diapit air disebelahnya jurang bernama Srimangepel, akan menjadi kaya beras dan padi
  20. Diapit gunung bernama Luwurwangke, disenangi oleh kerbau, sapi, dll
  21. Miring ke timur, utara gunung dan selatan gunung bernama Arjuna , besar hatinya, sering dimalui orang
  22. Dikelilingi gunung dan dibayangi gunung bernama Tiga warna, ayem dan tentram, selalu bertapa
  23. Rupanya (tanahnya) putih, rasanya manis, berbau harum itu bagus  kedatangan kekayaan banyak
  24. Rupanya (tanahnya) hijau, rasanya manis, pedas, baunya tengik, itu lebih bagus, kaya dan selamat
  25. Rupanya merah, rasanya manis, baunya pedas, itu baik kaya ternak
  26. Rupanya hitam, rasanya pahit, baunya amis, itu amat jelek, menjadi teman setan
Panduan Arah
1. Selatan
Merupakan unsur Api yang hangat atau panas, warna dominant pada arah ini adalah merah dan kuning terang, arah ini adalah tempat bagi putri kedua yang akan membawa nasib baik ( perempuan ) daripada pria dan binatang diarah ini adalah Phoenix yang akan memberikan kesempatan jabatan dan kenaikan status.
2. Utara
Unsur dari arah ini adalah Air dan merupakan dari dingin dan keheningan, warna yang dominant adalah hitam, biru dan ungu tua yang akan menguntungkan bagi arah ini. Merupakan tempat anak laki-laki kedua dan binatang langitnya adalah kura-kura yang akan membawa kebaikan bagi seluruh keluarga apabila ditaruh di arah ini.
3. Timur
Ini adalah tempat dari unsure kayu dan tempat terbaik bagi anak laki-laki sulung atau anak tunggal baik pria atau wanita, unsure kayu dianggap sebagai symbol perkembangan dan merupakan tempat dari naga hijau yang sangat menguntungkan dan untuk meningkatkan sudut ini berilah banyak tanaman hijau.
4. Barat
Ini merupakan tempat keceriaan, unsure pada arah ini adalah logam warna dominannya adalah putih dan arah ini merupakan tempat putri termuda dalam suatu keluarga, barat merupakan tempat macan putih.
5. Tenggara
Unsur di sudut ini adalah angin dan sudut ini dipercaya dapat memberikan kekayaan dengan memajang tanaman atau bunga di sudut ini atau berikan penerangan yang baik pada sudut ini untuk memberikan kesuksesan, tenggara adalah tempat dari anak perempuan tertua.
6. Barat Daya
Ini tempat dari garis Ibu dan merupakan unsure tanah, dan ini merupakan arah yang sangat penting bagi suatu rumah jangan biarkan arah ini dijadikan tempat yang kotor; gudang, kamar mandi… maka seluruh penghuni rumah akan mengalami kesengsaraan. Selalulah memeriksa sudut ini apabila ingin mendapat kebahagiaan dalam keluarga.
7. Timur Laut
Ini adalah tempat dari keheningan, gunung, unsurnya adalah tanah dan ini adalah tempat terbaik bagi anak laki-laki paling kecil dari suatu keluarga. Tepat sekali untuk menempatkan vas kemakmuran,
8. Barat Laut
Ini adalah tempat Ayah kepala keluarga, sama dengan BD arah ini adalah tempat vital dan tidak boleh digunakan untuk tempat yang kotor ; kamar mandi, tidak memerlukan penerangan yang berlebihan karena unsure logam yang besar sehingga api akan dapat menghancurkannya,warna terbaik adalah metalik atau putih.
Kelompok Timur dan Barat
Menentukan angka  ;
Untuk Pria
Gunakan tahun kelahiran anda tambahkan dua angka terakhir jadikan satu angka lalu kurangkan hasil tambah tadi dengan 10
Contoh ;
Tahun lahir 1974
7+4= 11 dan 1+1= 2
10-2= 8
Angka kuanya adalah 8
Wanita
Gunakan tahun kelahiran anda tambahkan dua angka terakhir jadikan satu angka dan tambahkan 5, jika hasilnya lebih dari 10 jadikan satu angka lagi
Contoh :
Tahun lahir 1945
4+5= 9 dan 9+4= 13
1+3= 4
Angka                                   Arah
1                                               Utara
2                                              Barat Daya
3                                              Timur
4                                              Tenggara
5                                              Barat Daya bagi pria, Timur laut bagi wanita
6                                              Barat Laut
7                                              Barat
8                                              Timur Laut
9                                              Selatan
Manfaat Burung Platuk Bawang
  1. Paruhnya diatas dipakai nyepuh prabot(kerja) jadi bertuah
  2. Paruh di bawah dipakai sisig, menyebabkan gigi kuat
  3. Lidahnya dimakan menyebabkan pintar bicara
  4. Matanya di gantung dalam rumah, menyebabkan kuat melek
  5. Bulu kepalanya diletakkan di bawah tempat tidur bayi, menjauhkan segala penyakit
  6. Kepalanya di bawa berperang, ditakuti oleh musuh
  7. Otaknya dipakai pilis mata, menyebabkan jauh dari penyakit
  8. Otaknya dicampur dengan kelapa hijau, dipakai meminyaki rambut, menyebabkan tumbuhnya rambut tebal
  9. Otaknya dimakan, menyebabkan dikasihi oleh orang banyak
  10. Darahnya dikeringkan, dipakai pupuk mata, mata menjadi awas, tidak mudah lamur
  11. Dadanya dimakan, jika sakit akan lekas sembuh, tanam disawah amat baik menyebabkan tanah subur
  12. Brutunya dimakan, menyebabkan ditakuti oleh orang
  13. Lehernya dimakan, menyebabkan disenangi oleh anak-anak
  14. Bulu sayap kanan kadut (pada ikat pinggang) bisa dikasihi orang
  15. Bulu sayap kiri dipakai kekili telinga, menyebabkan tidak tuli
  16. Sayap kanan di taruh di bawah tempat tidur, menyebabkan lekas bangun, kalau ditanam pada tempat angker di pojok tenggara atau timur, tapi jangan lebih dari 8 lembar, tempat itu menjadi punah angkernya
  17. Isi sayapnya dimakan menyebakan hati kuat
  18. Sayap dicampur minyak kelapa, dipakai mengurut, menghilangkan sakit beser, petek, gudig atau kudis
  19. Kakinya ditanam disawah atau lading, menyebabkan subur, jika dipakai obat busung akan lekas sembuh
  20. Kukunya dipakai menidurkan orang sakit lekas sembuh, jika dimakan dicintai wanita
  21. jantungnya dimakan bisa mempercepat apa yang di kehendaki
  22. Empedu direndam airnya diminum bisa kuat berjalan jauh
  23. Ungsilan( limpa) dimakan akan dikasihi istri dan guru
  24. Brutu dimakan oleh wanita disayang suami
  25. Brutu dan bulu leher dibakar, abunya dimakan oleh wanita menyebabkan cantik rupanya
  26. Kulitnya dipakai sabuk, menyebabkan kuat menahan sesuatu
  27. Hatinya di usapkan Zakar menyebabkan kuat asmara
  28. Pepusuhan(jantung) dicampur jamu atau air lalu diminum, menyebabkan orang kuat
  29. Otot (urat) dimakan menghilangkan sakit linu
  30. Bulunya semua di baker, abunya dibedakkkan pada orang sakit busung bisa lekas sembuh
  31. Jika burung itu seluruh badannya di campur adas pulasari sedikit dipakai jamu diminum, anak yang sakit cepat sembuh
Burung Perkutut (titiran) yang baik
  1. Kuku jarinya kedua jempolnya putih, bernama Srimangepel, peliharaan petani, yang memelihara kesampaian cita-citanya
  2. Paruh dan sisik kakinya hitam bernama Wisnuwicitra, yang memelihara selamat, dari banyak upaya dan gangguan
  3. Agak hitam seluruh badannya bernamaWisnumangemu, patut peliharaan orang yang berpangkat murah rejeki, lekas kaya
  4. Paruh dan sisik kakinya putih bernama Kasumawicitra yang memelihara banyak rejekinya, mudah mencari segala cita-citanya jadi
  5. banyak bulu ekornya 15 bernama Pendawa Mijil yang memelihara mudah dapat rejeki
  6. Matanya merah bercahaya bersinar sebagai mirah bernama Purnama sidi, warna bulu keputih-putihan yang memelihara banyak orang saying, memberi kewibawaan
  7. Mata kuning berkilau/ bercahaya bernama Mercu jiwa, yang memelihara dikasihi orang, mndatangkan rejeki dan selamat, jik keseluruhan badan dan kepalanya demikian, cocok peliharaan ratu
  8. Seluruh badannya putih, adalah utamanya burung patut peliharaan raja
  9. Waktu senja bersuara bernama Gedong meneb, akan memberi harta benda kepada yang memeliharanya
  10. Pagi waktu matahari terbit bersuara, bernamaGedong menga, yang memelihara selamat, bisa menyimpan uang dan emas
  11. Mata dan paruh kaki hitam, bernama Wisnu murti peliharaan raja, menjadi tumbal penolak penyakit atau perbuatan orang jahat, membawa keselamatan
  12. Warna bulu pada lehernya agak kuning, bernama Udan mas, yang memelihara banyak rejekinya, harta bendanya cukup, dapat keuntungan yang besar
  13. Suaranya bersusun bernama Widaksanagastagasti, amat baik yang memelihara tercapai segala cita-citanya, segala sesuatu tidak akan ditolaknya, dikasihi oleh orang banyak
  14. Burung perkutut yang suaranya ngelik (keras ) bernama Muncis, memberi hati tenang, tentram, dimalui/ ditakuti orang
  15. Jika suaranya ngelik-ngelik dan baik rupanya, selamat yang memelihara, jika dipakai memikat mudah dapat
  16. Berkobar (bercahaya) sebagai api, dapat membuat kaya raya dan segala keinginannya tercapai, selamat wal’afiat
  17. Burung perkutut yang bersarang di tanah, kotorannya baik dijadikan obat segala penyakit
Bumi – Bulan – Matahari
Jarak bumi terhadap matahari, kala revolusi dan kala rotasi
Nama Planet        Jarak x 1juta km       Kala revolusi              Kala rotasi
Matahari                                  -                                          -                                     25 hari
Mercurius                              58                                88 hari                                59 hari
Venus                                      108                              224 hari                            249 hari
Bumi                                        105                              365,3 hari                        23,6 jam
Mars                                        228                              687 hari                            24,6 jam
Yupiter                                   778                              11,9 tahun                       9,9 jam
Saturnus                                 1428                            29,9 tahun                      10,4 jam
Uranus                                    2867                            84 tahun                         10,8 jam
Neptunus                               4495                            164,8 tahun                   15,7 jam
Pluto                                        5900                           284,4 tahun                   6,4 hari
Kala revolusi ialah lamanya suatu planet mengitari matahari 360’ pada orbitnya asing
Kala rotasi ialah gerakan berputar pada sumbunya dengan arah yang searah jarum jam
Akibat dan Pengaruh Revolusi Bumi
Sumbu bumi condong 23,5’ terhadap garis tegak lurus pada bidang ekliptika, selama bumi berevolusi dan arah sumbu bumi tidak berubah. Kala revolusi bumi 365,3 hari atau setahun dibagi atas 12 bulan, maka terdapat empat tanggal yang perlu kita perhatikan yaitu ; 21 maret, 21 juni, 23 september dan 22 desember.
  1. 1. Tanggal 22 Desember
Sumbu bumi dan poros bumi –matahari membuat sudut 90’ + 23,5’ – 113,5’. Letak kutub utara paling jauh terhadap matahari, akibatnya adalah ;
  • Daerah kutub utara terus menerus terlindung dari sinar matahari atau malam terus menerus, dan daerah malam total ini makin hari makin sempit dan disebut musim dingin di daerah bumi utara
  • Kita di khatulistiwa melihat matahari berada di langit sebelah selatan, pada jam 12.00 siang sinar matahari tegak lurus pada garis 23,5’ lintang selatan itu kita sebut garis balik selatan
  • Pada saat yang sama letak kutub selatan berada paling dekat dengan matahari, sehingga terjadi siang terus menerus, karena selalu menghadap matahari. Dan daerah ini makin hari makin sempit dan berakhir tanggal 21 maret. Pada saat itu letak bumi daerah selatan kita sebut daerah Perihelium. Bumi di titik perihelium pada tanggal 1 januari, kecepatan revolusi di daerah periheliuam rata-rata 30,2 km/jam yang merupakan kecepatan bumi tercepat, sehingga bumi berada di daerah perihelium tidak lama kurang dari 0,25 tahun, dengan kata lain musim dingin di belah bumi utara atau musim panas di selatan berlangsung lebih pendek atau kurang dari 3 bulan, dan ini dianggap lebih menguntungkan karena sebagian besar dari benua di belah bumi utara yang lebih singkat menderita karena musim dingin. Dan dari pengamatan pada tanggal 22 desember letak matahari berada pada satu arah dengan  rasi bintang Capricorn, sehingga tgl tsb di sebut juga matahari berada pada titik capricornus
  1. 2. tanggal 21 Maret dan 23 September
Pada kedua tgl ini bumi berada di arah yang berlawanan terhadap matahari, sumbu bumi membuat sudut 90’ terhadap porosbumi – matahari, sehingga kutub utara dan selatan terletak sama jauh terhadap matahari. Akibatnya ialah lamanya waktu siang sama dengan waktu lamanya malam, masing-masing. Pada jam 12.00 siang sinar matahari jatuh lurus pad khatulistiwa, kita sebut matahari berada pada titik okinoksi, artinya siang sama dengan waktu malam jam 12.00
  1. 3. Pada tanggal 21 juni
Sumbu bumi dan poros bumi – matahari membuat sudut 90’ – 23,5’ = 66,5’. Kutub utara terletak paling dekat dengan matahari, akibatnya :
  • Daerah kutub utara terus menerus mendapat sinar  matahari atau terjadi siang terus menerus, daerah total siang ini makin lama makin sempit, selama waktu itu didaerah belah bumi utara sedang terjadi musim panas
  • Kita di khatulistiwa melihat matahari berada di langit sebelah utara, pada jam 12.00 siang sinar matahari jatuh tegak lurus pada garis 23,5’ lintang utara, garis itu kita sebut Garis Balik (matahari) utara.
  • Pada saat yang bersamaan kutub selatan terus menerus terlindung dari sinar matahari, sehingga terjadi malam terus menerus, kita katakana ini sebagai musim dingin. Pada saat itu bumi sedang berada di daerah Aphelium, dan ini terjadi pada tgl 1 juli, kecepatan revolusi di daerah ini rata-rata 29,2 km/jam, yang merupakan kecepatan rata-rata rendah. Dengan kata lain musim panas di daerah bumi utara atau musim dingin di selatan berlangsung lebih lama, dan ini menguntungkan daerah utara. Berdasar pengamatan dari bumi, matahari berada searah dengan rasi bintang cancer, sehingga pada tgl 21 juni itu disebut juga matahari berada di titik Cancer.
Peristiwa musim di bumi :
22 des              21 mar             21 jun              23 September              22 des
Utara               dingin              semi                 panas               gugur
Selatan                        panas               gugur               dingin              semi
Capricornus                                     Cancer
Gerakan Rotasi Planet-Plamet
Gerakan rotasi terjadi bersamaan denagan gerak revolusi, dan gerakan ini merupakan gerakan berputar pada sumbunya dengan arah yang searah jarum jam, waktu yang dipergunakanuntuk sekali rotasi 360’ disebut rotasi. Selamama berotasi kedudukan sumbu planet condong dengan besar sudut yang berbeda-beda, seperti gambar di bawah ini ;
Kecondongan sumbu planet terhadap bidang edarnya
Merku   Venus   Bumi    Mars    Yupit    Satr      Urns    Nep     Pluto
6’             9’        23,5’       26’        3’        236/8’   98.       29.
Kala rotasi bumi kita sebut sehari semalam. Diantara 9 planet mempunyai kala rotasi yang sangat berbeda-beda, bila kala rotasi bumi 24 jam kita jadikan ukuran, maka kala rotasi merkurius 25 hari, venus 249 hari dan yupiter sangat cepat yaitu 9,9 jam. Yang kala rotasinya hampir sama dengan bumi adalah Mars 24,6 jam
Akibat-akibat dari rotasi
  1. Terjadinya pergantian siang dan malam
  2. Terjadinya perbedaan waktu setempat
  3. Terjadinya pembelokan arah angina
  4. Terjadinya pemepatan bumi di daerah kutub
  5. Semua benda langit di luar bumi seolah-olah beredar dari timur ke barat
Pergantian siang malam
  • Siang dan malam apabila muka bumi menghadap ke matahari, sehingga mendapat sinar langsung dari matahari
  • Malam ialah apabila muka bumi membelakangi matahari sehingga tidak mendapat sinar langsung
Karena rotasi bumi sesuai arah jarum jam, maka siang dan malam selalu di mulai dari timur berurutan kearah barat, dengan demikian siang dan malam saling bergantian sambung menyambung terus menerus. Bagaimana cara pemberian nama hari ? dilakukan dengan perjanjian dan batas tempat yang disebut Batas garis tanggal internasional. Yaitu garis bujur barat/ timur 180, garis itu terletak  membujur dari kutub utara – selatan di tengah-tengah samudera pasifik, sehingga tidak banyak mengganggu. Hari pertama dari tempat sebelah barat garis, terus berangsur ke baratm, jadi bila di sebelah barat garis dimulai dengan hari minggu, maka di sebelah garis sebelum hari minggu berarti hari sabtu, bila hari minggu kita terbang ke California dari Tokyo, kita sampai di California menghadapai malam minggu, demikian seterusnya.
Perbedaan waktu
Keliling khatulistiwa 360’ busur, sekali bumi berputar 360’ selama 24 jam, satu jam meliputi daerah waktu 360’ ; 24 =  15’, setiap 15’ berbeda waktu 1 jam, disebut perbedaan waktu setempat. Secara astronomis Indonesia terletak diantara 95’ BT – 111’ BT yang berarti sepanjang 46’ bujur bumi atau 3 x 15’ bujur bumi atau meliputi 3 daerah waktu setempat ; WIT ; maluku , irian, WITA ; kalimntan, sulawesi, NTB, NTT dan timor, WIB ; sumatera, jawa
Perhitungan tahun matahari
Perhitungan tahun yang berdasar revolusi dan rotasi bumi disebut tahun matahari, dan dasarnya adalah :
  1. Kala rotasi bumi = 24 jam = sehari semalam, biasa disebut sehari
  2. Kala revolusi bumi 365,25 x kala rotasi bumi = 365,25 hari = 1 tahun
Satu tahun berumur 365 hari dan ada kelebihan 6 jam setiap tahunnya , dan setiap tahun yang ke 4 atau angkanya habis di bagi 4 di beri umur 366 hari, disebut kabisat.
Pada abad 16 adanya keanehan di temukan, yaitu awal semi tidak lagi jatuh pada 21 maret, tetapi telah maju jauh, dan akhirnya diketemukan : kala revolusi bumi bukan 365 hari 6 jam , tetapi tepatnya ialah 365 hari 5 jam 56 menit, atau 365 hari 6 jam kurang 4 menit.
Peredaran Bulan
Bulan adalah satu-satunya satelit kita (bumi), sebagai benda langit bulan sekaligus melakukan 3 kali gerakan :
  1. bulan berotasi pada sumbunya sesuai dengan arah jarum jam
  2. bulan berevolusi mengitari bumi
  3. terbawa bumi mengitari matahari
Muka bulan yang menghadap ke bumi selalu sama tidak berubah, artinya kala rotasi dan revolusi sama yaitu 27,3 hari. Pada waktu bulan baru, matahari, bulan dan bumi terletak dalam satu garis lurus.
1.       
    • Setiap hari bulan beredar (1 : 27,3) x 360’ = 13,2’
    • Selama 27,3 hari bumi telah beredar menmpuh jarak 27,3’. Karena 1 hari bumi berevolusi 1’. Bulan dari kedudukan purnama untuk sampai pada kedudukan bulan purnama kembali harus menempuh 27,3’ dan putaran itu di tempuh bulan dalam waktu (27,3 : 13,2) hari, jadi dari bulan purnama ke purnama berikutnya memerlukan waktu 27,3 hari -/+ 2,2 hari = 29,5 hari
Perhitungan bulan dan tarikh
Pranoto Wongso
No       Jawa               Masehi                                    Arab                           Jawa II
1.         Kaso                Juli – Agustus                         Sya’ban                    Ruwah
2.         Karo                Agustus – Sept                       Ramadhan              Puasa
3.         Katigo             Sept – Oktober                      Syawal                      Syawal
4.         Kapat              Okt – Nop                                Zulkih                        Dulkaidah
5.         Kalimo            Nop – Des                               Zulhijah                    Besar
6.         Kanem             Des – Jan                               Muharam                  Sura
7.         Kapitu             Jan – Febr                             Safar                            Sapar
8.         Kawolu           Februari – Maret                Robiulawal               Maulud
9.         Kasongo         Maret – April                      Robiulakhir                 Bakdomaulud
10.       Kasadaso       April – Mei                           Jumadilawal             Jumadilawal
11.       Dhesto             Mei – Juni                            Jumadilakhir            Jumadilakhir
12.       Sodho              Juni – Juli                             Rajab                           Rajab
Dan masing-masing umat di Indonesia dalam menentukan hari-hari besarnya memakai cara berbeda-beda ada yang memakai perhitungan matahari, bulan dan ada yang menggabungkan keduanya, oleh karena itu kadang jatuhnya haripun jadi berbeda pula.